129 Tabel 6.4 Respon petani terhadap penggunaan sumber air untuk tanaman padi
pada tahun normal dan tahun kering di Kabupaten Pesisir Selatan Musim Tanam I dan Musim Tanam II
Tipe Irigasi Sumber
Air Tahun Normal
Tahun Kering Musim
Tanam I Musim
Tanam II Musim
Tanam I Musim
Tanam II …………………………........................................
Teknis Irigasi 100 100 100 100
Semi Teknis Irigasi
100 100 0 0
Sungai 0 0
25 25 Hujan
0 0 75 75
Non Teknis Irigasi
100 67 0 0
Hujan 0 33
100 100 Tadah Hujan
Hujan 100
100 100 100
6.3.3. Adaptasi waktu tanam padi di Wilayah Monsunal
Untuk memperoleh gambaran onset di wilayah monsunal terkena dampak seperti di Indramayu dilakukan wawancara di lima kecamatan antara lain di
Anjatan, Bongas, Kertasemaya, Sukagumiwang, dan Krangkeng. Onset dimulai antara Oktober III sampai dengan Desember IIIII. Sebanyak 50 responden di
lahan irigasi teknis menanam pada Oktober III sisanya menanam pada November I sampai dengan Desember II. Namun pada lahan irigasi teknis golongan 3
sebagian besar responden 50 melakukan penanaman pada Oktober IIINovember I dan sebagian petani lainnya menanam sampai dengan Desember
II. Pada lahan tadah hujan 57 responden melakukan penanaman pada November IIIII dan sisanya sebanyak 43 menanam pada Oktober IIINovember
I Gambar 6.1. Untuk mengetahui gambaran waktu dan masa tanam di wilayah monsunal
yang tidak terkena dampak anomali iklim yaitu di Kabupaten Cianjur dilakukan wawancara di empat kecamatan antara lain di Ciranjang, Warungkondang,
Campaka dan Karangtengah. Waktu tanam di kabupaten Cianjur pada lahan irigasi teknis 1 dan 2 pada September IIIOktober I sebanyak 50 petani
menanam pada periode tersebut dan 50 lainnya menanam pada November III. Petani pada lahan irigasi teknis 3 serempak menanam pada Oktober IIIII
130 sedangkan petani pada lahan tadah hujan sekitar 60 melakukan penanaman pada
November III selebihnya menanam pada Oktober IIIII. Dari hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa baik petani di Indramayu maupun di Cianjur masih
belum menanam dengan waktu tanam yang serempak. Gambar 6.2.
Gambar 6.1 Respon petani terhadap onset padi di wilayah monsunal terkena dampak anomali iklim Indramayu.
Gambar 6.2 Respon petani terhadap onset padi di wilayah monsunal tidak terkena dampak anomali iklim Cianjur
Perbedaan rotasi tanam yang dilakukan oleh petani di Indramayu sangat tergantung pada tipe lahan irigasi, terutama irigasi teknis dan non irigasi tadah
hujan. Pada lahan dengan tipe lahan irigasi, sekitar 33 dari seluruh responden dengan tipe lahan rigasi teknis 1 dan 2 melakukan tiga kali tanam yaitu padi-padi-
padi demikian pula pada irigasi teknis 3, sebanyak 58 responden menanam dengan pola yang sama. Pada lahan dengan tipe lahan tadah hujan kebanyakan
131 hanya melakukan dua kali tanam setiap tahunnya yaitu padi-padi-bera sebanyak
64. Perbedaan ketersediaan air di kedua daerah ini terlihat melalui rotasi
tanam yang jauh berbeda antara kedua daerah tersebut. Perbedaan ini terlihat jelas pada lahan tadah hujan, pola tanam di daerah Indramayu didominasi oleh dua kali
tanam yaitu padi-padi, sedangkan di daerah Cianjur didominasi oleh tiga kali tanam yaitu padi-padi-palawija Tabel 6.5. Daerah Cianjur lebih dipengaruhi
oleh iklim lokal karena letak wilayah yang dekat dengan pegunungan sehingga tidak terlalu terlihat jelas perbedaan pola tanama antara tipe lahan irigasi teknis
dan tadah hujan dengan curah hujan terjadi hampir terjadi setiap tahun dan sumber air yang cukup banyak melalui aliran sungai maupun mata air.
Tabel 6.5 Respon petani terhadap penyesuaian rotasi tanam pada tahun normal dan tahun kering di wilayah monsunal
Tipe Irigasi Tahun Normal
Tahun Kering padi-
padi- padi
padi- padi-
palawija padi-
padi padi-
palawija padi-
padi- padi
padi- padi-
palawija padi-
padi padi-
palawija padi
INDRAMAYU ……………………………………............................................................
Teknis 1 dan 2 33
58 9
13 27 30 30
Teknis 3 17
50 33
7 12 22
42 17
Tadah Hujan 64
36 0 0 0
13 87
CIANJUR
Teknis 1 dan 2 100
20 80 0 0 0 Teknis 3
100 20 80 0 0 0
Tadah Hujan 60
20 20
0 60 0 40
Perilaku petani di daerah Indramayu dan Cianjur dalam beradaptasi disaat tahun kering disajikan pada tabel 6.6. Sebagian besar petani berusaha memenuhi
kebutuhan air lahan pertaniannya dengan cara mencari sumber air yang lain atau memundurkan waktu tanam.
Sebagian besar petani di Indramayu atau sekitar 75 – 83 responden pada lahan irigasi teknis baik pada irigasi golongan 1, 2 dan 3 melakukan antisipasi
kekeringan dengan memundurkan waktu tanam rata-rata sekitar 2 minggu, hanya sekitar 25 petani tidak melakukan perubahan waktu tanam karena air relatif
tersedia. Petani dengan lahan irigasi teknis golongan 1 dan 2 tidak berusaha
132 mencari air dalam mengantisipasi waktu tanam, mereka lebih memilih
memundurkan waktu tanamnya rata-rata sekitar 2 minggu menunggu suplai irigasi. Sebagian besar 64 petani pada lahan tadah hujan lebih memilih
mencari air sedangkan sisanya 36 lebih memilih untuk memundurkan waktu tanam menunggu hujan meskipun lebih dari 4 minggu.
Lebih dari 80 Petani di Cianjur baik pada lahan irigasi maupun pada lahan tadah hujan saat menghadapi kekeringan mencari air dengan memompa air
dari sungai. Hanya sebagian kecil 17 – 20 petani tetap menanam pada lahan irigasi teknis dan hanya 20 petani lahan tadah hujan yang memundurkan waktu
tanamnya. Tabel 6.6 Respon Petani terhadap kekeringan di Indramayu dan Cianjur
Tipe Irigasi Indramayu
Cianjur Tetap
menanam Mencari
air Mundur
2 minggu
Mundur 4
minggu Tetap
menanam Mencari
air Mundur
2 minggu
Mundur 4
minggu ....................................................................... ..........................................................
Teknis 1 dan 2 25 0 75 0
17 83 0 0 Teknis 3
0 17 83 0
20 80 0 0 Tadah Hujan
0 64 0 36 0 80
20
Akibat terjadinya kekeringan yang tidak dapat dihindari, petani sendiri melakukan tindakan pencegahan baik dengan memundurkan jadual tanam atau
tindakan lain yang dapat mengurangi kerusakan akibat kekeringan. Perbedaan respon petani di Indramayu dan Cianjur disebabkan kondisi iklim dan
ketersediaan air yang cukup berbeda. Responden yang berada di Cianjur lebih memilih untuk mencari sumber air lain dibanding memundurkan jadual tanam di
saat terjadi kekeringan. Hal ini dilakukan oleh seluruh responden di Cianjur baik pada lahan irigasi maupun lahan tadah hujan. Namun ada juga beberapa
responden yang memundurkan jadual tanam sekitar 2 minggu dari yang sudah ditentukan karena letak lahan yang cukup jauh dari sumber air.
Berbeda dengan Cianjur, responden dengan tipe lahan lahan irigasi di Indramayu lebih memilih untuk memundurkan jadual tanam dibanding mencari
air. Responden dengan lahan irigasi teknis 1 di Indramayu lebih memilih untuk memundurkan jadual tanam sekitar 2 minggu. Responden dengan lahan irigasi
teknis 3 juga melakukan hal yang serupa dengan yang dilakukan oleh para petani
133 dengan tipe lahan lahan irigasi teknis 1. Pemunduran jadual tanam ini disebabkan
petani takut mengalami kerugian akibat kerusakan lahan dan petani juga tidak mau mengeluarkan biaya tambahan untuk menyewa pompa dan menggunakan air
sungai. Tindakan petani ini terlihat jelas pada MT II tahun kering, sangat sedikit petani yang menggunakan pompa sungai sebagai alternatif sumber air lainnya.
Untuk wilayah tadah hujan, respon petani sangat terlihat perbedaannya dibandingkan dengan respon petani pada lahan irigasi. Petani tadah hujan lebih
memilih untuk mencari air dimana responden kebanyakan yang melakukan 2 kali tanam. Hal ini terlihat juga melalui sumber air yang sering mereka gunakan di
musim kering yaitu pompa sungai, petani mau untuk mengeluarkan biaya tambahan untuk menggunakan pompa. Petani tadah hujan yang memundurkan
jadual tanam hingga satu bulan adalah petani yang melakukan hanya sekali tanam, sehingga para petani menunggu hujan untuk mulai menanam lagi.
6.3.4. Adaptasi Waktu Tanam Padi di Wilayah Equatorial