157
IX. SIMPULAN DAN SARAN
9.1. Simpulan
1. Pengaruh ENSO dan IOD lebih kuat di wilayah pola hujan monsun
dibandingkan dengan equatorial. Kedua fenomena tersebut berpengaruh kuat pada periode September – November. Di wilayah monsunal, ENSO
berpengaruh kuat di sebagian besar wilayah Utara Jawa Barat sedangkan IOD berpengaruh kuat pada sebagian besar wilayah Selatan Jawa Barat. Di
wilayah equatorial ENSO dan IOD berpengaruh di sebagian wilayah Barat dan Selatan Sumatera Barat. Sekitar 84 luas sawah di Jawa Barat terdapat
pada wilayah yang dipengaruhi ENSO dan IOD secara bersamaan sedangkan di Sumatera Barat hanya sekitar 20.
2. Sekitar 14 luas sawah di Jawa Barat dan 73 luas sawah di Sumatera
Barat tidak terpengaruh oleh kedua fenomena tersebut. Wilayah yang paling kuat terpengaruh ENSO dan IOD di Jawa Barat adalah kabupaten
Indramayu sedangkan di Sumatera Barat kabupeten Pesisir Selatan. Sekitar 55 luas sawah di Indramayu terdapat pada wilayah yang terpengaruh kuat
oleh ENSO dan 13 oleh IOD. Pengaruh ENSO dan IOD terhadap curah hujan sangat mempengaruh awal musim tanam onset.
3. Di wilayah monsunal yang tidak terpengaruh seperti di Cianjur, puncak
onset terdapat pada September IIIOktober I tetapi di wilayah yang terpengaruh kuat seperti di Indramayu, onset lebih lambat 6 dasarian pada
November IIIDesember I. Di wilayah equatorial yang tidak terpengaruh kedua fenomena tersebut seperti di Solok, puncak onset terdapat pada Mei
IIIJuni I, sedangkan pada wilayah yang terpengaruh seperti di Pesisir Selatan puncak onset mundur 2 sampai 3 dasarian.
4. Di lahan tadah hujan dengan pola monsun, periode waktu tanam optimal
lebih pendek 3 sampai 4 dasarian dibandingkan dengan periode waktu tanam di lahan irigasi. Periode waktu tanam optimal lahan tadah hujan dan
irigasi di wilayah pola hujan equatorial lebih panjang dengan awal waktu tanam lebih cepat dua sampai tiga dasarian.
158 5.
Di wilayah monsunal seperti di Cianjur puncak onset terjadi pada September IIIOktober I, pada saat terjadi El Niño maupun IOD positif,
puncak onset tidak bergeser. Di Indramayu pada tahun normal, puncak onset terdapat pada Oktober III, saat terjadi El Niño di wilayah tersebut,
onset mundur 3 sampai 6 dasarian untuk lahan tadah hujan yaitu pada November III sampai dengan Desember III, dan untuk lahan irigasi onset
mundur 2 sampai 3 dasarian yaitu pada Oktober IIINovember I. 6.
Saat terjadi IOD positif, onset mundur 2 sampai 3 dasarian untuk lahan tadah hujan yaitu pada November IIIII dan 1 dasarian untuk lahan irigasi
yaitu pada Oktober II. Di wilayah equatorial seperti di Solok, Onset di Solok pada Mei IIJuni I untuk lahan tadah hujan dan Mei I untuk lahan
irigasi. Saat terjadi El Niño maupun IOD positif, puncak onset tidak bergeser. Sedangkan di Pesisir Selatan, onset pada tahun normal terdapat
pada Oktober ISeptember III. Pada saat terjadi El Niño maupun IOD positif, onset hanya mundur 1 dasarian baik pada lahan tadah hujan maupun irigasi
yaitu masing-masing pada September IIIOktober I dan September I. 7.
Prediksi curah hujan hanya dilakukan di Indramayu dan Pesisir Selatan. Hasil prediksi curah hujan untuk MT III tahun 20102011 menunjukkan
bahwa periode Sep 2010-Mei 2011 curah hujan diprediksi di atas rata-rata normalnya. Pada kondisi basah tersebut, potensi waktu tanam lebih cepat 1
dasarian di lahan tadah hujan dan 2 dasarian di lahan irigasi dibandingkan pada kondisi normal. Onset di Indramayu terdapat pada Oktober II 2010
untuk lahan sawah tadah hujan dan September III Oktober I 2010 untuk lahan sawah irigasi. Onset di Pesisir Selatan terdapat pada September III
Oktober I 2010 untuk lahan sawah tadah hujan dan September I September II 2010 untuk lahan sawah irigasi.
8. Dampak ENSO dan IOD terutama IOD positif dan El Niño terkait dengan
kekeringan akibat keterbatasan ketersediaan sumberdaya air. dalam hal pemanfaatan sumberdaya air petani di Indramayu harus menambahkan
pasokan irigasinya dengan pompanisasi dan sumur dengan penyesuaian waktu tanam lebih dari 3 dasarian. Di Pesisir Selatan, petani kebanyakan
mengandalkan air hujan dan sungai sebagai pasokan irigasinya dan
159 sebagian petani memundurkan tanam 2 – 3 dasarian. Pada saat kekeringan
rotasi tanam di wilayah monsunal lebih bervariatif terutama pada lahan tadah hujan dari padi - padi menjadi padi – palawija dan padi saja.
9. Strategi penetapan kalender tanam harus lebih ditekankan perhatiannya
terhadap variabilitas iklimnya dengan mencermati kekuatan pengaruh ENSO dan IOD. Di wilayah monsunal terkena dampak, wilayah yang
terpengaruh kuat oleh ENSO dan IOD mengakibatkan onset mundur 1 – 3 dasarian dan potensi waktu tanam lebih pendek bila dibandingkan dengan
wilayah terkena dampak lainnya, sedangkan di wilayah equatorial pengaruh ENSO dan IOD tidak menunjukkan perbedaan pergeseran waktu tanam.
10. Adaptasi pola tanam berdasarkan hasil dari karakterisasi dinamika kalender
tanam, dan analisis potensi waktu tanam tidak terlepas dari daya dukung ketersediaan air serta kemampuan adaptasi petani. Petani yang berada di
wilayah terkena dampak kuat oleh ENSO terutama pada lahan tadah hujan, pola tanam yang dilakukan adalah padi – padi – bera menjadi padi –
palawija – bera.
9.2. Saran