155 Indramayu lebih memilih memundurkan jadual tanam menunggu hujan karena
ketersediaan air relatif lebih terbatas sedangkan di Cianjur sebagian besar responden memilih untuk mencari sumber air lain untuk pasokan irigasinya.
Namun ada juga beberapa responden yang memundurkan jadual tanam sekitar 2 minggu dari yang sudah ditentukan disebabkan letak wilayah yang cukup jauh
dari sumber air lain. Perbedaan adaptasi petani dalam menghadapi kekeringan juga terjadi di
wilayah equatorial. Kekeringan yang terjadi di Solok tidak dirasakan oleh petani irigasi teknis, namun pada lahan irigasi non teknis dan tadah hujan, petani
melakukan adaptasi dengan memundurkan jadual tanam dan mencari alternatif pasokan irigasi. Kekeringan masih dirasakan oleh petani di Pesisir Selatan baik
pada lahan irigasi teknis maupun tadah hujan. Kekeringan berdampak cukup serius pada lahan tadah hujan di wilayah ini karena petani lebih memilih
memundurkan jadual tanamnya meskipun lebih dari empat minggu.
8.5. Strategi adaptasi kalender tanam menghadapi variabilitas iklim.
Beras masih merupakan komponen utama ketahanan pangan dengan peningkatan sekitar 1,5 setiap tahunnya oleh karena itu perlu strategi adaptasi
kalender tanam untuk antisipasi terhadap fenomena ENSO dan IOD agar resiko kegagalan panen dapat dikurangi dan diminimalisasi.. Beberapa point penting
yang dihasilkan dalam penelitian ini berkaitan dengan upaya pelaksanaan strategi adaptasi kalender tanam dalam mendukung komponen utama ketahanan pangan
adalah dengan penetapan kalender tanam berdasarkan pengaruh kondisi iklim global akibat anomali ENSO dan IOD.
Terdapat wilayah sentra padi yang terpengaruh dan yang tidak terpengaruh oleh kedua anomali tersebut baik di wilayah monsunal maupun equatorial. Pada
wilayah yang terpengaruh baik oleh ENSO maupun IOD di wilayah monsunal seperti di Indramayu maka penetapan kalender tanam harus lebih ditekankan
perhatiannya terhadap variabilitas iklimnya. Kekuatan pengaruh ENSO dan IOD pun harus lebih dicermati seperti halnya yang terjadi di Indramayu, pada saat
terjadi El Niño, kecamatan Anjatan dan Krangkeng yang kuat dipengaruhi oleh ENSO, onset mundur 1 - 3 dasarian lebih lama dibandingkan dengan di
156 Kertasemaya, wilayah yang terkena pengaruh sedang oleh ENSO. Pada saat
terjadi IOD positif, wilayah yang terkena pengaruh kuat oleh IOD potensi waktu tanam lebih pendek dibandingkan dengan wilayah lainnya yang terkena dampak
sedang dan lemah oleh IOD positif. Namun di wilayah equatorial, di wilayah yang terpengaruh oleh ENSO dan IOD seperti di Pesisir Selatan, onset mundur hanya 1
– 2 dasarian baik pada saat terjadi El Niño maupun IOD positif, hal tersebut menunjukkan bahwa pengaruh kedua fenomena tersebut lemah di wilayah
equatorial. Pada wilayah yang tidak terpengaruh oleh kedua fenomena iklim tersebut
maka penetapan kalender tanam cenderung berdasarkan kondisi iklim lokal dan atau tergantung sifat hujan yang dipengaruhi oleh kondisi iklim lokal dan atau
perubahan sifat hujan monsun di wilayah tersebut. Perencanaan waktu tanam berdasarkan konsep neraca air yang
dihubungkan dengan ENSO dan IOD pada tingkat kecamatan dengan mempertimbangkan hasil prediksi curah hujan dalam skala waktu dasarian dapat
lebih membantu dalam penetapan tanam kedepan. Dengan melihat respon petani terhadap adaptasi kalender tanam menunjukkan bahwa petani masih perlu
melakukan adaptasi lagi seperti di lahan irigasi teknis, setengah teknis dan tadah hujan yang mempunyai karakteristik masing-masing dalam upaya adaptasinya.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemangku kebijakan sekaligus memberikan informasi yang bersifat edukatif bagi petani
dalam menetapkan dan merencanakan waktu dan pola tanam yang tepat. Kebaruan dari hasil penelitian ini adalah: 1 Penetapan kalender tanam
melalui pendekatan strategis, taktis dan operasional berdasarkan konsep klimatis, hidrologis dan agronomis dengan menggunakan parameter ENSO dan IOD dalam
menetapkan waktu, pola dan rencana tanam pada periode dasarian di tingkat kecamatan. 2 Mengintegrasikan empat metode untuk strategi penetapan kalender
tanam berupa analisis korelasi ENSO, IOD dengan curah hujan, analisis neraca air menggunakan WARM Ver 2 dan Irigasi padi sawah, analisis prediksi
menggunakan ANN dan wawancara dengan petani menggunakan metode purposive sampling.
157
IX. SIMPULAN DAN SARAN