2. Faktor struktur tugas maupun struktur organisasi job structure or
organization structure : struktur tugas dapat menyebabkan konflik ketika
sebagian anggota tidak bisa memahami pekerjaan mereka dari struktur tugas yang ada, atau juga terjadi ketidaksesuaian dalam hal pembagian kerja,
maupun prosedur kerja yang tidak dipahami. 3.
Faktor personal Personal factors : faktor personal dapat menjadi sumber konflik dalam organisasi ketika individu-individu dalam organisasi tidak
dapat saling memahami satu sama lain, sehingga terjadi berbagai persoalan yang dapat mendorong terciptanya konflik antarindividu, baik di dalam satu
bagian tertentu maupun antarbagian tertentu dalam organisasi. 4.
Faktor Lingkungan environmental factors : faktor lingkungan dapat menjadi sumber konflik ketika lingkungan dimana setiap individu bekerja tidak
mendukung terwujudnya suasana kerja yang kondusif bagi efektifitas pekerjaan yang dilakukan oleh setiap orang maupun setiap kelompok kerja
Sule dkk, 2005:291.
2.1.2.3 Cara-Cara Mengendalikan Konflik
Menurut Daft, 2006:486 ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya untuk mengatasi atau
mengendalikan konflik yaitu : 1.
Berkompetisi, maksudnya mencerminkan ketegasan untuk mendapatkan yang diinginkan, dan harus digunakan ketika tindakan yang cepat dan tegas sangat
Universitas Sumatera Utara
diperlukan dalam isu-isu penting atau tindakan-tindakan yang tidak umum, seperti pada saat pemotongan biaya darurat atau urgen.
2. Menghindar, maksudnya tidak mencerminkan ketegasan ataupun
kekooperatifan. 3.
Berkompromi, maksudnya mencerminkan jumlah ketegasan dan kekooperatifan yang cukup.
4. Mengakomodasi, maksudnya mencerminkan tingkat kekooperatifan yang
tinggi, yang cocok digunakan ketika orang-orang sadar bahwa mereka salah, sebuah isu lebih penting bagi orang lain dari pada bagi diri sendiri.
5. Berkolaborasi, maksudnya mencerminkan tingkat ketegasan dan
kekooperatifan yang tinggi.
2.1.2.4 Bentuk –Bentuk Konflik
Rivai dkk, 2008:508 mengkategorikan bentuk – bentuk dalam konflik menjadi tiga kelompok yaitu :
1. Berdasarkan pelakunya
Menurut pelakunya, konflik bisa bersifat internal atau ekstrenal bagi individu yang mengalaminya.
2. Berdasarkan penyebabnya
Menurut penyebabnya, konflik disebabkan karena mereka yang bertikai ingin memperoleh keuntungan sendiri atau karena timbulnya perbedaan pendapat,
penilaian dan norma. 3.
Berdasarkan akibatnya.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan menurut akibatnya konflik dapat bersifat baik atau buruk.
2.1.2.5 Jenis-jenis Konflik
Menurut Sagala, 2009:99 Jenis – Jenis Konflik adalah : 1.
Konflik dalam diri seseorang. Seseorang dapat mengalami konflik internal dalam dirinya karena ia harus
memilih tujuan yang saling bertentangan. Ia merasa bimbang mana yang harus dipilih atau dilakukan. Konflik dalam diri seseorang juga dapat terjadi karena
tuntutan tugas yang melebihi kemampuannya. 2.
Konflik antar individu. konflik antaraindividu terjadi seringkali disebabkan oleh adanya perbedaan
tentang isu tertentu, tindakan, dan tujuan di mana hasil bersama sangat menentukan.
3. Konflik antar-anggota kelompok
suatu kelompok dapat mengalami konflik substantif atau konflik afektif 4.
Konflik intra perusahaan konflik intra perusahaan meliputi empat subjenis, yaitu konflik vertikal,
horizontal, lini-staff dan konflik peran. 5.
konflik antar perusahaan
Universitas Sumatera Utara
konflik bisa juga terjadi antarorganisasi karena mereka memiliki saling ketergantungan satu sama lain terhadap pemasok, pelanggan, maupun
distributor.
2.1.3 Stres Kerja 2.1.3.1 Pengertian Stres Kerja
Menurut Robbins 2008:321 stres sebagai suatu istilah payung yang merangkumi tekanan, beban, konflik, keletihan, ketegangan, panik, perasaan
gemuruh, kemurungan dan hilang daya. Sedarmayanti 2011:76 menyatakan bahwa stres kerja adalah suatu kondisi berupa kelebihan tuntutan dan tekanan dari
pimpinan yang menciptakan adanya ketidakseimbangan fisik dan psikis, yang mempengaruhi emosi, proses berfikir, dan kondisi seorang karyawan. Stres yang
terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungan. Faktor kunci dari stres adalah persepsi seseorang dan penilaian
terhadap situasi dan kemampuannya untuk menghadapi atau mengambil manfaat dari situasi yang dihadapi. Dengan kata lain, bahwa reaksi terhadap stres
dipengaruhi oleh bagaimana pikiran dan tubuh individu mempersepsikan suatu peristiwa.
Pada dasarnya stres tidak selalu berdampak buruk bagi individu, hal tersebut berarti bahwa pada situasi atau kondisi tertentu stres yang dialami
seorang individu akan memberikan akibat positif yang mengharuskan individu
Universitas Sumatera Utara
tersebut melakukan tugas lebih baik. Akan tetapi pada tingkat stres yang tinggi atau stres ringan yang berkepanjangan akan menyebabkan menurunnya kinerja
karyawan. Ada beberapa faktor penyebab stres kerja, antara lain: a konflik antar pribadi dengan pimpinan, b beban kerja yang sulit dan berlebihan, c terbatasnya
waktu untuk menyelesaikan pekerjaan, d tekanan dan sikap kepemimpinan yang kurang adil dan tidak wajar www.stres kerja; defenisi dan faktor penyebab
sumber;google.com. Menurut Fathoni, 2006:130 stres kerja adalah suatu kondisi dimana
individu mendapatkan tekanan dari pihak internal maupun eksternal. Sumber tekanan internal dapat berupa kondisi fisik, perilaku, kognitif, emosional, dan
lain-lain. Sedangkan sumber eksternal dapat berupa lingkungan fisik, karakteristik pekerjaan, lingkungan dan lain sebagainya. Stres dipandang tidak hanya sekedar
sebuah stimulus atau respon, melainkan stres merupakan hasil interaksi unik antara kondisi stimulus lingkungan dan kecendrungan individu untuk memberikan
tanggapan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa stres kerja timbul karena
tuntutan lingkungan dan tanggapan setiap individu dalam menghadapinya dapat berbeda. Akibat adanya stres kerja tersebut yaitu orang menjadi nervous,
merasakan kecemasan yang kronis, peningkatan ketegangan pada emosi, proses berpikir dan kondisi fisik individu. Selain itu, sebagai hasil dari adanya stres kerja
karyawan mengalami beberapa gejala stres yang dapat mengancam dan mengganggu pelaksanaan kerja mereka, seperti : mudah marah dan agresif, tidak
Universitas Sumatera Utara
dapat relaks, emosi yang tidak stabil, sikap tidak mau bekerja sama, perasaan tidak mampu terlibat, dan kesulitan dalam masalah tidur.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terjadinya stres kerja adalah dikarenakan adanya ketidakseimbangan antara karakteristik kepribadian karyawan
dengan karakteristik aspek-aspek pekerjaannya dan dapat terjadi pada semua kondisi pekerjaan. Adanya beberapa atribut tertentu dapat mempengaruhi daya
tahan stres seorang karyawan.
2.1.3.2 Faktor-faktor Penyebab Stres Kerja
Menurut Permadi 2010:49 faktor-faktor dipekerjaan yang dapat menimbulkan stres dikelompokkan ke dalam dua faktor penyebab atau sumber
munculnya stres atau stres kerja, yaitu faktor lingkungan kerja dan faktor personal. Faktor lingkungan kerja dapat berupa kondisi fisik, manajemen kantor
maupun hubungan sosial di lingkungan pekerjaan. Sedangkan faktor personal bisa berupa tipe kepribadiaan, peristiwapengalaman pribadi maupun kondisi sosial
ekonomi keluarga dimana pribadi berada dan mengembangkan diri. Betapa pun kedua faktor kedua tidak secara langsung berhubungan dengan perkerjaan, namun
karena dampak yang ditimbulkan pekerjaan cukup besar, maka faktor pribadi ditempatkan sebagai sumber atau penyebab munculnya stres.
Menurut Fathoni 2006:128 secara umum faktor-faktor penyebab stres kerja dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Tidak adanya dukungan sosial. Artinya stres akan cenderung muncul pada para karyawan yang tidak mendapat dukungan dari lingkungan sosial mereka.
Universitas Sumatera Utara
Dukungan sosial disini bisa berupa dukungan dari lingkungan pekerjaan maupun lingkungan keluarga. Banyak kasus menunjukkan bahwa para
karyawan yang mengalami stres kerja adalah mereka yang tidak mendapat dukungan khususnya moral dari keluarga, seperti orang tua, mertua, anak,
teman, dan semacamnya. Begitu juga ketika seseorang tidak memperoleh dukungan dari rekan sekerjanya baik pemimpin maupun bawahan akan
cenderung lebih mudah terkena stres. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya dukungan sosial yang menyebabkan ketidaknyamanan menjalankan pekerjaan
dan tugasnya. 2. Tidak adanya kesempatan berpartisipasi dalam pembuatan keputusan di kantor.
Hal ini berkaitan dengan hak dan kewenangan seseorang dalam menjalankan tugas dan pekerjaannya. Banyak orang mengalami stres kerja ketika mereka
tidak dapat memutuskan persoalan yang menjadi tanggung jawab dan kewenangannya. Stres kerja juga bisa terjadi ketika seorang karyawan tidak
dilibatkan dalam pembuatan keputusan yang menyangkut dirinya. 3. Pelecehan seksual. Yakni, kontak atau komunikasi yang berhubungan atau
dikonotasikan berkaitan dengan seks yang tidak diinginkan. Pelecehan seksual ini bisa dimulai dari yang paling kasar seperti memegang bagian badan yang
sensitif, mengajak kencan dan semacamnya sampai yang paling halus berupa rayuan, pujian bahkan senyuman yang tidak pada konteksnya. Stres akibat
pelecehan seksual yang banyak terjadi dinegara yang tingkat kesadaran warga khususnya wanita terhadap persamaan jenis kelamin cukup tinggi, namun tidak
ada undang-undang yang melindunginya.
Universitas Sumatera Utara
4. Kondisi lingkungan kerja. Kondisi lingkungan kerja fisik ini bisa berupa suhu yang terlalu panas, terlalu dingin, terlalu sesak, kurang cahaya, dan
semacamnya. Ruangan yang terlalu panas menyebabkan ketidaknyamanan seseorang dalam menjalankan pekerjaannya, begitu juga ruangan yang terlalu
dingin. Panas tidak hanya dalam pengertian temperatur udara, tetapi juga sirkulasi atau arus udara. Disamping itu, kebisingan juga memberi andil yang
tidak kecil bagi munculnya stres kerja, sebab beberapa orang sangat sensitif pada kebisingan dibanding yang lain.
5.Manajemen yang tidak sehat. Banyak orang yang stres dalam pekerjaan ketika gaya kepemimpinan para manajernya cenderung neurotis, yakni seorang
pemimpin yang sangat sensitif, tidak percaya orang lainkhususnya bawahan, terlalu mendramatisir suasana hati atau peristiwa sehingga mempengaruhi
pembuatan keputusan ditempat kerja. Situasi kerja atasan selalu mencurigai bawahan, memperbesarkan peristiwakejadian yang semestinya sepele dan
semacamnya, seseorang akan tidak leluasa menjalankan pekerjaannya, hingga akhirnya menimbulkan stress kerja.
6. Tipe kepribadian. Seseorang dengan kepribadian yang cenderung tidak merasa puas terhadap hidup, apa yang diraihnya, cenderung berkompetisi dengan orang
lain meskipun dalam situasi atau banyak peristiwa yang non kompetitif. 7. Peristiwapengalaman pribadi. Stres kerja sering disebabkan pengalaman
pribadi yang menyakitkan, kematian pasangan, perceraian, sekolah, anak sakit atau gagal sekolah, kehamilan tidak diinginkan, peristiwa traumatis atau
menghadapi masalah hukum.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan menurut Sedarmayanti 2011:79 faktor – faktor penyebab stres kerja karyawan antara lain :
1. Kondisi kerja
Kondisi kerja adalah suatu keadaan dimana ketidaksetujuan antara dua orang atau lebih anggota atau kelompok dalam organisasi yang timbul karena
mereka harus menggunakan sumber daya secara bersama – sama atau menjalankan kegiatan bersama – sama, atau karena mempunyai persepsi yang
berbeda. Konflik kerja juga merupakan kondisi yang dipersepsikan ada diantara pihak – pihak yang merasakan adanya ketidaksesuaian tujuan dan
peluang untuk mencampuri usaha pencapaian tujuan lain. 2.
Beban kerja Beban kerja adalah keadaan karyawan dihadapkan pada sejumlah pekerjaan
dan tidak mempunyai cukup waktu untuk menyelesaikan pekerjaannya. 3.
Waktu kerja Karyawan selalu dituntun untuk segera menyelesaikan tugas pekerja
sesuai dengan yang telah ditentukan. Dalam melakukan pekerjaan karyawan merasa dikejar oleh waktu untuk mencapai target kerja.
4. Sikap kepemimpinan
Dalam setiap organisasi, kedudukan pemimpin sangat penting. Seorang pemimpin melalui pengaruhnyaa dapat memberikan dampak yang sangat
berarti terhadap aktivitsas kerja karyawan. Dalam pekerjaan stresfull, para karyawan bekerja lebih baik jika pemimpinnya mengambil tanggung jawab
lebih besar dalam memberikan pengarahan.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3.3 Dampak Stres Kerja Pada Perusahaan