inspirasi, tantangan, memungkinkan orang bertindak, dan memberi semangat pada bawahannya.
4. Membangkitkan semangat
Kepemimpinan yang membangkitkan semangat dapat memenuhi kebutuhan para bawahannya akan arti dan tujuan dalam hidup, artinya menjadikan
anggotanya lebih bersemangat, positif, dan optimis mengenai masa depan yang memberikan harapan pada orang lain.
Tindakan kepemimpinan adalah sebuah hubungan, dan bahwa hubungan itu merupakan bentuk pelayanan untuk suatu tujuan dan orang banyak. Ketika
seorang pemimpin berada di puncak, ia melakukan lebih dari sekedar memberikan hasil tetapi ia juga menjawab ekspektasi dari pengikutnya.
2.1.1.3 Gaya Kepemimpinan
Menurut teori path-goal versi house dalam Thoha, 2008:296 ada 4 empat tipe atau gaya kepemimpinan sebagai berikut:
1. Kepemimpinan otoriter direktif Tipe ini sama dengan model kepemimpinan yang otokratis, cenderung otoriter,
dalam model ini tidak ada partisipasi dari bawahan. 2. Kepemimpinan yang mendukung Supportive Leadership
Kepemimpinan model ini mempunyai kesediaan untuk menjelaskan sendiri, bersahabat, mudah didekati, dan mempunyai perhatian kemanusiaan yang
murni terhadap bawahannya.
Universitas Sumatera Utara
3. Kepemimpinan partisipatif
Gaya kepemimpinan ini, pemimpin berusaha meminta dan mempergunakan saran-saran dari bawahannya.
4. Kepemimpinan yang berorientasi pada prestasi Menetapkan serangkaian tujuan yang menantang bawahannya untuk
berprestasi.
2.1.1.4 Fungsi Kepemimpinan
Menurut Sule dkk, 2005:259 fungsi kepemimpinan dalam hubungannya dengan peningkatan aktivitas dan efisiensi perusahaan yaitu:
1. Fungsi kepemimpinan sebagai inovator
Sebagai inovator, pemimpin harus mampu mengadakan berbagai inovasi- inovasi baik yang menyangkut pengembangan produk, sistem manajemen
yang efektif dan efesiensi, maupun dibidang konseptual yang keseluruhannya dilaksanakan dalam upaya mempertahankan dan atau meningkatkan kinerja
perusahaan. 2.
Fungsi kepemimpinan sebagai komunikator Sebagai komunikator, maka pimpinan harus mampu menyampaikan maksud
dan tujuan komunikasi yang dilakukan secara baik kepada seseorang dan atau sekelompok karyawan sehingga timbul pengertian di kalangan mereka.
a. pemimpin harus mampu menyampaikan maksud dan tujuan
komunikasi yang dilakukan secara baik kepada seseorang dan atau
Universitas Sumatera Utara
sekelompok karyawan sehingga timbul pengertian di kalangan mereka.
b. pemimpin harus mampu memahami, mengerti dan mengambil
intisari pembicaraan – pembicaraan orang lain. 3.
Fungsi kepemimpinan sebagai motivator Sebagai motivator, pemimpin merumuskan dan melaksanakan berbagai
kebijaksanaan yang mengarah kepada upaya mendorong karyawan untuk melaksanakan sesuatu kegiatan tertentu sesuai dengan tugas dan tanggung
jawab yang mampu memberikan sumbangan terhadap keberhasilan pencapaian tujuan perusahaan.
4. Fungsi kepemimpinan sebagai kontroler
Sebagai kontroler pengendali pemimpin melaksanakan fungsi pengawasan terhadap berbagai aktivitas perusahaan agar terhindar dari penyimpangan baik
terhadap pemakaian sumber daya maupun didalam pelaksanaan rencana atau program kerja perusahaan sehingga pencapaian tujuan menjadi efektif dan
efisiensi.
2.1.2 Konflik 2.1.2.1 Pengertian Konflik
Dalam kehidupan yang dinamis antar individu dan antar komunitas, baik dalam organisasi maupun dimasyarakat yang majemuk, konflik sering terjadi
manakala saling berbenturan kepentingan. Konflik pada dasarnya merupakan sesuatu hal yang alamiah yang dapat diperkirakan terjadi ketika sebuah
Universitas Sumatera Utara
lingkungan atau organisasi terdiri dari berbagai karakteristik individu. Konflik didefenisikan sebagai suatu proses interaksi sosial dimana dua orang atau lebih,
bertentangan dalam pendapat atau tujuan mereka Siagian, 2003:160. Menurut Kusnadi 2003:11 konflik diartikan sebagai adanya kesenjangan
atau ketidaksesuaian diantara berbagai pihak dalam suatu organisasi dengan organisasi lain, diantara berbagai bidang dalam sebuah organisasi, maupun
diantara anggota didalam suatu bagian tertentu dalam organisasi maupun pemimpin dengan bawahan didalam suatu organisasi. Konflik juga bisa dianggap
persaingan. Persaingan yang dimaksud adalah antar kelompokantar anggota didalam suatu bagian saling beradu dalam pembagian kerja, karena kepemimpinan
yang kurang baik. Sedangkan konflik lebih mengacu pada gangguan terhadap pencapaian tujuan tersebut.
Menurut Daft 2006:482 konflik adalah segala bentuk perbedaan perlawanan, bertentangan atau berseberangan dari pemikiran masing-masing
individu. Rivai dkk, 2008:507 menyatakan bahwa konflik kerja adalah ketidaksesuaian antara dua atau lebih anggota-anggota atau kelompok dalam suatu
organisasi yang harus membagi sumber daya yang terbatas atau kegiatan-kegiatan kerja atau karena kenyataan bahwa mereka mempunyai perbedaan status, tujuan,
dan persepsi. Konflik kerja juga dapat diartikan sebagai perilaku anggota organisasi yang dicurahkan untuk beroposisi terhadap anggota yang lain. Selain
itu konflik diartikan sebagai perbedaan, pertentangan dan perselisihan Sedarmayanti, 2011:73.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan konflik mengacu pada Wahyudi, 2006:273 menyatakan bahwa, konflik mengacu pada pertentangan atau individu atau kelompok yang
dapat meningkatkan ketegangan sebagai akibat saling menghalangi dalam pencapaian tujuan. Demikian halnya persoalan alokasi sumber daya yang terbatas
dalam organisasi dapat menimbulkan konflik antar individu maupun antar kelompok.
Menurut Robins, 2008:32 konflik adalah sebagai proses yang bermula ketika satu pihak lain telah mempengaruhi secara negatif, sesuatu yang menjadi
keperdulian pihak pertama. Konflik yang terjadi didalam sebuah organisasi, secara pasti berakibat
pada pelaksanaan pekerjaan yang tidak efektif dan efisien. Kondisi itu jika dibiarkan akan berakibat pada kepemimpinan yang sulit untuk mencapai tujuan
organisasi. Untuk itulah setiap pemimpin harus mampu menyelesaikan atau sekurang-kurangnya membantu penyelesaian konflik yang terjadi dalam
organisasinya, agar tidak terjadi penghambat dalam mewujudkan tujuan organisasi.
2.1.2.2 Sumber Konflik
Sumber konflik dapat dibagi menjadi 4 empat faktor, yaitu : 1.
Faktor komunikasi communication factors : faktor komunikasi dapat menjadi penyebab konflik ketika para anggota dalam sebuah organisasi
maupun antarorganisasi tidak dapat atau tidak mau untuk saling mengerti dan saling memahami dalam berbagai hal dalam organisasi.
Universitas Sumatera Utara
2. Faktor struktur tugas maupun struktur organisasi job structure or
organization structure : struktur tugas dapat menyebabkan konflik ketika
sebagian anggota tidak bisa memahami pekerjaan mereka dari struktur tugas yang ada, atau juga terjadi ketidaksesuaian dalam hal pembagian kerja,
maupun prosedur kerja yang tidak dipahami. 3.
Faktor personal Personal factors : faktor personal dapat menjadi sumber konflik dalam organisasi ketika individu-individu dalam organisasi tidak
dapat saling memahami satu sama lain, sehingga terjadi berbagai persoalan yang dapat mendorong terciptanya konflik antarindividu, baik di dalam satu
bagian tertentu maupun antarbagian tertentu dalam organisasi. 4.
Faktor Lingkungan environmental factors : faktor lingkungan dapat menjadi sumber konflik ketika lingkungan dimana setiap individu bekerja tidak
mendukung terwujudnya suasana kerja yang kondusif bagi efektifitas pekerjaan yang dilakukan oleh setiap orang maupun setiap kelompok kerja
Sule dkk, 2005:291.
2.1.2.3 Cara-Cara Mengendalikan Konflik