KESIMPULAN DAN SARAN 135 EFEK MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING BERBASIS EKSPERIMEN RIIL DAN LABORATORIUM VIRTUAL TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA METHODIST 1 MEDAN.

vii DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Diagram Hubungan Model, Pendekatan, Strategi, Metode, dan Teknik Pembelajaran 21 Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian 76 Gambar 4.1 Grafik Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas DI dan Inkuiri Terbimbing Pada Kategori Butir Soal 89 Gambar 4.2 Grafik Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas DI dan Inkuiri Terbimbing Kategori Ranah Kognitif 90 Gambar 4.3. Grafik Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Fisika Siswa Yang Tingkat Aktivitas Tinggi dan Rendah di Kelas DI 94 Gambar 4.4. Grafik Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Fisika Siswa Yang Tingkat Aktivitas Tinggi dan Rendah di Kelas Inkuiri Terbimbing 96 Gambar 4.5. Grafik Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Fisika Siswa Yang Memiliki Tingkat Aktivitas Tinggi di Kelas DI dan Inkuiri Terbimbing 97 Gambar 4.6. Grafik Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Fisika Siswa Yang Memiliki Tingkat Aktivitas Rendah di Kelas DI dan Inkuiri Terbimbing 99 Gambar 4.7. Grafik Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Fisika Siswa Yang Memiliki Tingkat Aktivitas Tinggi dan Rendah Seluruh Sampel 101 Gambar 4.8. Grafik Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Tingkat Aktivitas Tinggi Dan Rendah 102 Gambar 4.9. Grafik Nilai Rata-Rata Psikomotorik Siswa Kelas DI dan Ikuiri Terbimbing 104 Gambar 4.10. Grafik Nilai Rata-Rata Afektif Siswa Kelas DI dan Ikuiri Terbimbing 105 Gambar 4.10. Interaksi Antara Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Eksperimen Riil Dan Laboratorium Virtual Dengan Model Pembelajaran Langsung Direct Instruction Dengan Tingkat Aktivitas Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa 116 Gambar 4.1. Grafik Nilai Rata-Rata Gain Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas DI dan Inkuiri Terbimbing Pada Kategori Butir Soal 91 Gambar 4.2. Grafik Nilai Rata-Rata Gain Hasil Fisika Belajar Siswa Kelas DI dan Inkuiri Terbimbing Kategori Ranah Kognitif 92 viii Gambar 4.3. Grafik Nilai Rata-Rata Gain Hasil Belajar Fisika Siswa Yang Tingkat Aktivitas Tinggi dan Rendah di Kelas DI 97 Gambar 4.4. Grafik Nilai Rata-Rata Gain Hasil Belajar Fisika Siswa Yang Tingkat Aktivitas Tinggi dan Rendah di Kelas Inkuiri Terbimbing 99 Gambar 4.5. Grafik Nilai Rata-Rata Gain Hasil Belajar Fisika Siswa Yang Memiliki Tingkat Aktivitas Tinggi di Kelas DI dan Inkuiri Terbimbing 101 Gambar 4.6. Grafik Nilai Rata-Rata Gain Hasil Belajar Fisika Siswa Yang Memiliki Tingkat Aktivitas Rendah di Kelas DI dan Inkuiri Terbimbing 103 Gambar 4.7. Grafik Nilai Rata-Rata Gain Hasil Belajar Fisika Siswa Yang Memiliki Tingkat Aktivitas Tinggi dan Rendah Seluruh Sampel 105 Gambar 4.8. Grafik Nilai Rata-Rata Gain Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Tingkat Aktivitas Tinggi Dan Rendah 106 Gambar 4.9. Grafik Nilai Rata-Rata Psikomotorik Siswa Kelas DI dan Ikuiri Terbimbing 108 Gambar 4.10. Grafik Nilai Rata-Rata Afektif Siswa Kelas DI dan Ikuiri 109 Gambar 4.11. Interaksi Antara Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Eksperimen Riil Dan Laboratorium Virtual Dengan Model Pembelajaran Langsung Direct Instruction Dengan Tingkat Aktivitas Terhadap Gain Hasil Belajar Fisika Siswa 124 xi DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Silabus 142 Lampiran 2 Bahan Ajar 1 146 Lampiran 3 RPP Kelas Kontrol Pert. 1 153 Lampiran 4 LKS Tekanan Hidrostatis 158 Lampiran 5 RPP Kelas Eksperimen Pert. 1 159 Lampiran 6 LKS Lab. Virtual Tekanan Hidrostatis 168 Lampiran 7 Bahan Ajar 2 170 Lampiran 8 RPP Kelas Kontrol Pert. 2 179 Lampiran 9 LKS Hukum Archimedes 184 Lampiran 10 LKS Hukum Pascal 185 Lampiran 11 RPP Kelas Eksperimen Pert. 1 186 Lampiran 12 LKS Lab. Virtual Hukum Archimedes 195 Lampiran 13 LKS Lab. Virtual Hukum Pascal 197 Lampiran 14 Bahan Ajar 3 199 Lampiran 15 RPP Kelas Kontrol Pert. 3 203 Lampiran 16 LKS Persamaan Kontinuitas 208 Lampiran 17 RPP Kelas Eksperimen Pert. 3 209 Lampiran 18 LKS Lab Virtual Persamaan Kontinuitas 219 Lampiran 19 Bahan Ajar 4 221 Lampiran 20 RPP Kelas Kontrol Pert. 4 229 Lampiran 21 LKS Hukum Bernoulli 234 Lampiran 22 RPP Kelas Eksperimen Pert. 4 236 Lampiran 23 LKS Lab Virtual Hukum Bernoulli 245 Lampiran 24 Lembar Observasi Aktivitas 247 Lampiran 25 Kisi-Kisi Soal Pretes-Postes 250 Lampiran 26 Validitas Soal 262 Lampiran 27 Reliabilitas Soal 263 Lampiran 28 Tingkat Kesukaran Soal 264 Lampiran 29 Uji Daya Beda 265 Lampiran 30 Kelayakan Soal 266 Lampiran 31 Data Hasil Belajar Dan Tingkat Aktivitas Siswa 267 Lampiran 32 Nilai Psikomotor Siswa 268 Lampiran 33 Nilai Afektif Siswa 269 Lampiran 34 Rekapitulasi Nilai Rata-Rata Gain Hasil Belajar 270 Lampiran 35 Nilai Rata-Rata Gain Hasil Belajar Fisika Siswa 273 Lampiran 36 Rekapitulasi Tingkat Aktivitas Kelas Eksperimen 278 Lampiran 37 Rekapitulasi Tingkat Aktivitas Kelas Kontrol 279 Lampiran 38 Deskripsi Data Normalitas dan Homogenitas Hasil Belajar dan Tingkat Aktivitas Siswa 280 Lampiran 39 Hasil Uji Hipotesi Dengan One Way Dan Two Way Anova Menggunakan GLM Univariate 284

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi IPTEK memengaruhi hampir seluruh kehidupan manusia di berbagai bidang. Untuk dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, maka kualitas sumber daya manusia harus ditingkatkan melalui peningkatan mutu pelajaran di sekolah. Pendidikan tidak hanya bertujuan memberikan materi pelajaran saja, tetapi menekankan bagaimana mengajak siswa untuk menemukan dan membangun pengetahuannya sendiri sehingga siswa dapat mengembangkan kecakapan hidup life skill dan siap untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan. Sains merupakan bagian dari salah satu ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami tentang alam. Belajar sains merupakan suatu proses yang dapat memberikan sejumlah pengalaman kepada siswa untuk mengerti dan membimbing mereka menggunakan pengetahuan sains tersebut. Pada hakekatnya sains termasuk fisika dipandang sebagai suatu proses, produk dan sikap. Untuk itu, pembelajaran fisika perlu dikembangkan berdasarkan hakekatnya sendiri. Fisika merupakan salah satu ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan eksperimen yang mencari solusi atas berbagai macam pertanyaan tentang gejala-gejala dan fenomena alam. Kualitas pendidikan saat ini belum menunjukkan relevansi yang tinggi dengan kebutuhan masyarakat. Ilmu sains yang diterapkan di sekolah seakan-akan tidak berdampak dalam cara hidup dan cara berfikir siswa di lingkungannya. Hal ini disebabkan karena masih kurangnya penguasaan materi oleh guru-guru sains. Berdasarkan hasil uji kompetensi guru SMA oleh pusat kurikulum dan sistem pengujian Balitbang Depdiknas, diperoleh rata-rata penguasaan kurikulum sebesar 4.33 dan rata-rata nilai penguasaan pelajaran Fisika 4.86 sedangkan guru SMP rata-rata nilai penguasaan kurikulum 4.17 dan rata-rata penguasaan mata pelajaran fisika 6.64 pada skala 10. 1 Berdasarkan hasil studi pendahuluan di SMA Methodist 1 Medan menunjukkan bahwa nilai rata-rata ulangan harian fisika siswa di sekolah tersebut masih rendah dan pada umumnya di bawah KKM 70 untuk pelajaran fisika. Setelah dilakukanya tes pendahuluan kepada siswa terhadap materi yang sudah pernah dipelajari siswa sebelumnya, diperoleh hasil yang sangat rendah dengan perolehan nilai rata-rata sebesar 50.00. Hal ini disebabkan karena kegiatan pembelajaran yang berlangsung di kelas masih menitikberatkan peran guru sebagai pemeran utama dalam proses pembelajaran. Guru juga masih mengutamakan ketuntasan materi dan kurang mengoptimalkan aktivitas belajar siswa. Siswa hanya menerima informasi yang diberikan oleh guru, sehingga partisipasi aktif dalam pembelajaran kurang terlihat. Hal tersebutlah yang mengakibatkan pembelajaran hanya terfokus pada kegiatan menghafal konsep, sehingga penguasaan konsep siswa rendah khususnya kemampuan dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Kurang terlatihnya kemampuan pemecahan masalah akan membuat siswa merasa kesulitan untuk memahami konsep fisika. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan hasil belajar siswa Hasil belajar tentunya dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran ini menyangkut model pembelajaran yang digunakan guru di kelas. Dalam membangun kompetensi siswa pada suatu mata pelajaran, harusnya lebih menekankan pada apa yang siswa kerjakan, bukan apa yang siswa ketahui. Namun pada kenyataanya, masih banyak juga guru yang lebih banyak memberikan teori daripada praktik. Mengkonstruksi pengetahuan siswa dengan tugas mengisi LKS dan melakukan evaluasi hasil belajar hanya dengan soal-soal yang menekankan pada daya ingat serta melakukan praktikum dengan suasana kelas yang teacher oriented, dimana siswa hanya mengikuti apa yang dicontohkan guru, sehingga kebanyakan siswa menjadi pasif dan kreativitasnya pun terhambat. Guru dengan kompetensi yang dimilikinya diharapkan mampu memilih model pembelajaran yang tepat agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan serta mencapai hasil belajar yang lebih optimal. Semua itu menuntut lingkungan belajar yang kaya dan nyata rich and natural environtman agar dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna dan akhirnya dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Mengajar bukan sekedar usaha untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, melainkan juga usaha untuk menciptakan sistem lingkungan yang membelajarkan siswa agar tujuan pengajaran dapat tercapai secara optimal Gulo,2004 dalam Kristianti. Mengajar dalam pemahaman seperti ini memerlukan suatu model yang tepat bagi tujuan yang ingin dicapai, terutama dalam upaya mengembangkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Untuk itu perlu dibina dan dikembangkan kemampuan professional guru untuk mengelola program pengajaran dengan strategi belajar yang kaya dengan variatif. Sesuai dengan yang tertera dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMA BNSP,2006, pembelajaran fisika di sekolah memiliki tujuan yaitu siswa dapat mengembangkan kemampuan penalaran induktif dan deduktif, menguasai konsep dan prinsip untuk mendeskripsikan berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Dalam konteks pembelajaran Sains, Sund Towbridge 1973 menjelaskan bahwa model pembelajaran inkuiri dapat memfasilitasi siswa mengembangkan keterampilan memperoleh sesuatu yang baru acquisitive sklills, keterampilan manipulasi manipulative skills, dan keterampilan proses, keterampilan berkomunikasi communicative skills, keterampilan kreatif creative skills dan sikap siswa. Pandangan lain tentang pembelajaran dengan pendekatan inkuiri menurut Hebrang 2000 dalam Kristianti dapat melibatkan siswa secara aktif menggunakan proses sains dan kemampuan kecakapan ilmiah dan kreatif seperti mereka menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Keberhasilan siswa menyerap informasi dan pengetahuan dapat ditentukan oleh keaktifan siswa selama proses belajar mengajar dan transfer pengetahuan tidak lagi berorientasi pada guru tetapi pada keterlibatan aktif siswa pada saat proses belajar mengajar. Guru tidak lagi berperan sebagai aktor tetapi lebih sebagai fasilitator. Kegiatan belajar lebih menekankan siswa yang aktif sehingga proses pembelajaran berlangsung efektif. Seorang guru fisika mempunyai tugas untuk membuat kondisi pembelajaran yang menarik, menyenangkan yaitu kondisi pembelajaran yang demokratis, dapat membangkitkan siswa berani menyampaikan pendapat dan mampu menghubungkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari. Dengan kondisi pembelajaran yang seperti itu, diharapkan siswa menjadi senang terhadap pelajaran fisika, sehingga tidak lagi menganggap fisika itu sulit dan musuh bagi kalangan siswa pada saat mendapat pelajaran fisika, dengan demikian prestasi belajar atau hasil belajar juga akan semakin meningkat. Sehubungan dengan kegiatan pembelajaran di kelas, peran guru masih mendominasi suasana belajar teacher centered indikasinya adalah guru lebih banyak memberikan pengajaran yang bersifat instruksi perintah, sementara siswa hanya berperan sebagai objek belajar yang pasif, dimana siswa hanya sekedar diberi informasi mengenai konsep-konsep penting dan teori-teori sains semata, sehingga siswa kurang dilatih untuk melakukan kegiatan-kegiatan penyelidikan. Akibatnya siswa kurang mampu untuk menemukan sendiri konsep- konsep tersebut. Pada kondisi lainnya, ada juga siswa yang hanya dilatih untuk pintar menyelesaikan soal-soal, tetapi mereka kurang dilatih untuk mengaitkan proses sains yang mereka peroleh dari kenyataan yang ada di dalam kehidupan sehari-hari. Seorang guru dituntut harus memiliki kemampuan dalam menyampaikan materi pelajaran dengan metode pembelajaran yang tepat, sehingga belajar menjadi suatu hal yang menyenangkan dan mudah bagi siswa. Menurut Santosa 2002: 68 dalam Nugroho, 2012 dalam meningkatkan kemampuan guru dalam merancang media jauh lebih mudah daripada menyuruh seorang ahli media untuk menjadi guru. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa guru memiliki potensi untuk mengembangkan media pembelajaran secara mandiri karena materi yang disampaikan dapat disesuaikan dengan kondisi siswa. Untuk merancang pembelajaran hendaknya dipilih media yang benar-benar efektif dan efisien. Media yang efektif adalah yang mampu untuk mengkomunikasikan sesuatu yang ingin disampaikan. Guru dapat merancang sendiri media itu media by design atau atau dibantu oleh ahli media, mungkin dapat juga membeli media karya orang lain media by utilization.

Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) terhadap hasil belajar siswa Pada materi litosfer

6 18 182

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA ANTARA PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI

1 10 53

PENGARUH PENGGUNAAN MODUL PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

0 5 52

Penerapan Laboratorium Riil Dan Virtual Pada Pembelajaran Fisika Melalui Metode Eksperimen Ditinjau Dari Gaya Belajar

0 4 33

EFEK MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER BERBASIS PETA KONSEP DAN AKTIVITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA.

1 8 30

PENGARUH PENGGUNAAN LABORATORIUM VIRTUAL DIBANDINGKAN DENGAN LABORATORIUM RIIL DENGAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA PADA POKOK BAHASAN LAJU REAKSI.

0 1 24

A. L. Sari E. Yenti - KOMPARASI MODEL INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN EKSPERIMEN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUAL TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

0 0 8

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING BERBASIS EKSPERIMEN RIIL DAN LABORATORIUM VIRTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA EFFECTS OF GUIDED INQUIRY LEARNING MODEL BASED REAL EXPERIMENTS AND VIRTUAL LABORATORY TOWARDS THE RESULTS OF STUDENTS’ PH

0 0 18

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY DAN INKUIRI TERBIMBING BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA DAN SIKAP ILMIAH SISWA

0 0 17

1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMPN 1 LEMBAR TAHUN PELAJARAN 20152016

0 1 11