S3.3.21 Tak lupa dengan para angin yang berputar

Lampiran 6: Gaya Bahasa Anafora dalam Puisi Karya Siswa No. Kode Puisi Wujud Anafora dalam Puisi 1. S1.01 Mereka, tertanam dalam kitab suci Mereka adalah sebuah keajaiban untuk yang hidup Mereka bersatu menjadi jantung kebenaran 2. S1.02 Tiada untaian kata yang mampu gambarkan kasihmu Tiada niat setulus niat juangmu 3. S1.04 Namamu yang berarti jalan yang lurus Namamu yang berarti lemah lembut Namamu yang selalu kutunggu Namamu yang kini beresonansi dalam hati Namamu yang kini eksis dalam setiap laju neuron 4. S1.06 Aku rela menengadah sakit Aku rela membuang kebahagiaan Aku rela menjerit kepahitan 5. S1.07 Berharap mengubah kefanaan Berharap mempengaruhi kehidupan Dan berharap muncul secercah harapan

6. S1.08

Mereka yang diperbudak oleh sebuah kenyataan Mereka yang dihempaskan dari sebuah keterbatasan Dan Mereka yang berada di pusat dua kubu Aku yang sedang berlari demi perintah Aku yang jatuh dan bangkit demi komando Dan Aku yang bersikeras menumpahkan rasa Dirinya yang digantungkan di antara pilihan Dirinya yang digulungkan dari kehampaan Dan Dirinya yang sekuat tenaga memerangi hitam

7. S1.14

Di mana arta jadi pemulus segala ihwal Di mana kredibilitas sudah nyaris punah Di mana dinasti lebih krusial daripada rakyat Digerus oleh para insan berkursi tinggi Digerus oleh media tersuap Sampai kapan kita harus begini? Sampai kapan penderitaan ini kita alami? Sampai kapan?

8. S1.17

Satu langkah lagi kita berada di tepian Satu malam lagi pagi mengantar kesepian Walau nanti peluit menjauh Walau esok fajar memisahkan

9. S1.19

Sesuatu tak selamanya berdosa Sesuatu tak selamanya beresensi

10. S1.20 itulah pembatas

itulah norma Itulah kebiasaan No. Kode Puisi Wujud Anafora dalam Puisi 11. S1.22 Tak terhitung telah berapa joule yang kau serap Tak terhitung telah berapa tetes hujan yang kau terima Kudengar kini kau sakit, Kudengar kini kau telah berbeda Kuharap kau tetap kau Kuharap kau tetap Teladan.

12. S1.23 Ada priacintapria

Ada juga yang versiwanita

13. S1.25 Sungguhdakuhanyabutuhpelukanmu,

Sungguhdakuhanyabutuhhangatnyasenyummu,

14. S1.27 Tak dapat berbincang walau sekadar sapa

Tak dapat merasa karena beku seketika

15. S1.28 Mengapa harta karun harus dikubur

Mengapa tidak dititipkan pada bank saja Mengapa burung merpati yang mengirim surat

16. S1.29 Di atas kerikil lapangan Saint Mark

Di bawah lindungan Ka’bah Di dalam heningnya pura Di samping Buddha yang tertawa Di antara ayat-ayat Alkitab Diantara Juz-jus Al – Quran Diantara nyanyian Veda Diantara gumaman Tripitaka Ataukah bersama Muhammad? Atau bersama para Brahmana? Atau mungkin, Siddharta Gautama?

17. S1.32

Dengar suaraku? Dengar suara kami?

18. S1.33

Dalam sajak baris puisi Dalam ikatan ikhuwah dari-Nya Lewat senyuman khasmu itu Lewat lantunan ayat suci yang kau senandungkan Sang pemilik langit bumi berserta isinya Sang pengatur rezeki jodoh dan juga kematian

19. S1.35 Dalam kesendirian nyatanya berdua

Dalam hening malam mulai terajut fajar

20. S1.36 Di sinilah tempat awal kami bertemu

Di sinilah kami berkumpul menjadi satu Di sinilah keluarga kami bersatu padu Di sinilah kami berkumpulkan tuk melepas sendu Disinilah kami melepas segala penat didada Disinilah kami mengobati hati yang lara Disinilah kami di tempa