Lampiran 6: Gaya Bahasa Anafora dalam Puisi Karya Siswa No.
Kode Puisi
Wujud Anafora dalam Puisi
1.
S1.01 Mereka, tertanam dalam kitab suci
Mereka adalah sebuah keajaiban untuk yang hidup Mereka bersatu menjadi jantung kebenaran
2.
S1.02 Tiada untaian kata yang mampu gambarkan kasihmu
Tiada niat setulus niat juangmu
3.
S1.04 Namamu yang berarti jalan yang lurus
Namamu yang berarti lemah lembut Namamu yang selalu kutunggu
Namamu yang kini beresonansi dalam hati Namamu yang kini eksis dalam setiap laju neuron
4.
S1.06 Aku rela menengadah sakit
Aku rela membuang kebahagiaan Aku rela menjerit kepahitan
5.
S1.07 Berharap mengubah kefanaan
Berharap mempengaruhi kehidupan Dan berharap muncul secercah harapan
6. S1.08
Mereka yang diperbudak oleh sebuah kenyataan Mereka yang dihempaskan dari sebuah keterbatasan
Dan Mereka yang berada di pusat dua kubu Aku yang sedang berlari demi perintah
Aku yang jatuh dan bangkit demi komando Dan Aku yang bersikeras menumpahkan rasa
Dirinya yang digantungkan di antara pilihan Dirinya yang digulungkan dari kehampaan
Dan Dirinya yang sekuat tenaga memerangi hitam
7. S1.14
Di mana arta jadi pemulus segala ihwal Di mana kredibilitas sudah nyaris punah
Di mana dinasti lebih krusial daripada rakyat Digerus oleh para insan berkursi tinggi
Digerus oleh media tersuap Sampai kapan kita harus begini?
Sampai kapan penderitaan ini kita alami? Sampai kapan?
8. S1.17
Satu langkah lagi kita berada di tepian Satu malam lagi pagi mengantar kesepian
Walau nanti peluit menjauh Walau esok fajar memisahkan
9. S1.19
Sesuatu tak selamanya berdosa Sesuatu tak selamanya beresensi
10. S1.20 itulah pembatas
itulah norma Itulah kebiasaan
No. Kode
Puisi Wujud
Anafora dalam Puisi 11. S1.22
Tak terhitung telah berapa joule yang kau serap Tak terhitung telah berapa tetes hujan yang kau terima
Kudengar kini kau sakit, Kudengar kini kau telah berbeda
Kuharap kau tetap kau Kuharap kau tetap Teladan.
12. S1.23 Ada priacintapria
Ada juga yang versiwanita
13. S1.25 Sungguhdakuhanyabutuhpelukanmu,
Sungguhdakuhanyabutuhhangatnyasenyummu,
14. S1.27 Tak dapat berbincang walau sekadar sapa
Tak dapat merasa karena beku seketika
15. S1.28 Mengapa harta karun harus dikubur
Mengapa tidak dititipkan pada bank saja Mengapa burung merpati yang mengirim surat
16. S1.29 Di atas kerikil lapangan Saint Mark
Di bawah lindungan Ka’bah
Di dalam heningnya pura Di samping Buddha yang tertawa
Di antara ayat-ayat Alkitab Diantara Juz-jus Al
– Quran Diantara nyanyian Veda
Diantara gumaman Tripitaka Ataukah bersama Muhammad?
Atau bersama para Brahmana? Atau mungkin, Siddharta Gautama?
17. S1.32
Dengar suaraku? Dengar suara kami?
18. S1.33
Dalam sajak baris puisi Dalam ikatan ikhuwah dari-Nya
Lewat senyuman khasmu itu Lewat lantunan ayat suci yang kau senandungkan
Sang pemilik langit bumi berserta isinya Sang pengatur rezeki jodoh dan juga kematian
19. S1.35 Dalam kesendirian nyatanya berdua
Dalam hening malam mulai terajut fajar
20. S1.36 Di sinilah tempat awal kami bertemu
Di sinilah kami berkumpul menjadi satu Di sinilah keluarga kami bersatu padu
Di sinilah kami berkumpulkan tuk melepas sendu Disinilah kami melepas segala penat didada
Disinilah kami mengobati hati yang lara Disinilah kami di tempa