S3.3.19 Bagaikan tanah yang diinjak-injak

Lampiran 9: Gaya Bahasa Epitet dalam Puisi Karya Siswa No. Kode Puisi Wujud Epitet dalam Puisi 1. S1.01 sedangkan menjadi pemalas saat menarik napas emas untuk Sang Hebat Mereka dijauhi oleh Pemberi Peruntungan dari bengisnya dusta Niscaya Yang Bersayap tak akan bosan memujimu

2. S1.02

Semoga Sang Penguasa senantiasa terangi perjalananmu di dunia

3. S1.03

Kala itu raja siang mengembara 4. S1.04 Kala itu, raja siang terbaring Dewi malam hadir sebagai substitusi

5. S1.15

Kini berdiri dengan segala pemberian Sang Maha Kuasa 6. S1.20 jangan tinggalkan si jiwa tua

7. S1.21

sepasang kekasih yang enyah dari surga demi sebuah hukuman, pria bertongkat yang membelah segara jabang bayi yang berkutbah tentang kebenaran, dan pesuruh terakhir yang mampu mengiris bulan menjadi dua bagian api yang membisik batin sepadang insan agar jadi pendosa, raja yang minta disembah dan tewas di telan segara, perburuan utusan yang dirasa memanipulasi, “Si Api, raja, warga yang memburu wali, dan orang yang menolak paham.”

8. S1.23

Makaberikancintahanyapada Sang Ar-Rahman

9. S1.28

Yang Membolak-balikkan hati pun juga tahu Semoga Yang Maha Sayang 10. S3.1.07 Mungkin ini semua merupakan teguran Yang Maha Kuasa 11. S3.2.21 Bukan hanya letusan si berapi

12. S3.3.14 Kau buat raja Maghma

Lampiran 10: Gaya Bahasa Hiperbola dalam Puisi Karya Siswa No. Kode Puisi Wujud Hiperbola dalam Puisi 1. S1.01 kau haus akan kepercayaan penuh seribu hari Perisai siap membentang melawan seribu kontradiksi yang mengancam

2. S1.06

Gundukan rasa menyayat jiwa Menggerus keinginan umat pendosa Gumpalan murka menimpuk luka Gempita tangis menerpa cita Mendorong niat tulus pemeran utama Menggurat restu Memohon yang tidak ada Aku rela menengadah sakit Aku rela membuang kebahagiaan Aku rela menjerit kepahitan

3. S1.12

Tubuh hitammu slalu sentuh retinaku

4. S1.13

Bendungan air mata tak mampu kutahan Butiran cinta itu pecah berkeping-keping

5. S1.15

Hingga menggerus batas khayalku

6. S1.25

Uang manifestasinyamemikulberatakar-akargunungbumipertiwi,

7. S2.02

Di bulan biru ini Sukmaku terasa kelabu Serpihan yang pernah kurangkai Entah mengapa kembali tercecer Rasaku semakin terjepit dan terhimpit kematian Membakar eforbia yang lama kusemai Menghancurkan ideologi yang telah berdiri Melupakan sejuta memori di otakku Meninggalkan seluruh ego dalam benakku

8. S2.11

Indah matamu memantulkan cahaya jingga tak terlukiskan 9. S2.20 Berteriak aku sejadi-jadinya

10. S3.1.07 Seakan-akan bumi ini berguling bak bola disepak

Bangunan-bangunan di sekeliling pun luluh lantah dengan tanah Tak kuasa aku melihat sekelilingku penuh dengan kehancuran Tanah pun sekan menjerit-jerit bak kesakitan

11. S3.1.13 Pohon, rumah hancur lebur bagaikan alas 12. S3.1.16 menumpahkan beribu telaga.