S3.10 Memporak porandakan seluruh ciptaan S2.16 Marah menjulur lidah merah S1.15 Kutak sanggup memohon maaf S3.1.24 Kami hanyalah manusia biasa S3.2.06 ku harap semua ini berhenti S3.13 Ikan-ikan ia ambil dagingnya, giginya hingga siripnya
Lampiran 38: Gaya Bahasa Metonimia dalam Puisi Karya Siswa No.
Kode Puisi
Wujud Metonimia dalam Puisi
1. S1.03
Kuharap rasa ini memenuhi Hukum III Newton Lampiran 39: Gaya Bahasa Paralelisme dalam Puisi Karya Siswa
No. Kode
Puisi Wujud
Paralelisme dalam Puisi 1.
S1.26 Kubayangkan dirimu yang tersenyum di bawah naungan bintang
malam Tidak, lupakan.
Lampiran 40: Gaya Bahasa Parabel dalam Puisi Karya Siswa No.
Kode Puisi
Wujud Parabel dalam Puisi
1.
S1.21 Menjamurlah legenda
yang tetap renyah ditelan dan enak dicerna Semesta menyuguhkan saga
Tentang Tuhan, tentang utusan, tentang insan
Telah kudapati becercah kisah uzur tentang sepasang kekasih yang enyah dari surga demi sebuah
hukuman, pria bertongkat yang membelah segara
jabang bayi yang berkutbah tentang kebenaran, dan pesuruh terakhir yang mampu
mengiris bulan menjadi dua bagian
Telah kudapati tokoh dari kisah serupa, yaitu api yang membisik batin sepadang insan agar jadi pendosa,
raja yang minta disembah dan tewas di telan segara, perburuan utusan yang dirasa memanipulasi,
dan orang-orang yang berkelit akan sebuah paham
“Maka, mana pihak yang benar, Ayah?” seorang anak mempersoalkannya
si Ayah menyahut apa yang ia percayai,
“Sepasang insan, pria bertongkat, jabang bayi, dan pesuruh terakhir
,” Anak itu pun mafhum
Maka, ketika ia dewasa dan beranak Ia punya jawaban untuk pertanyaan putranya
Diteruskan lagi oleh putranya pada cucunya, turun-temurun
“Maka, mana pihak yang benar, Ayah?” anak lain mempertanyakannya
Sang Ayah menyauri dengan apa yang ia yakini,
“Si Api, raja, warga yang memburu wali, dan orang yang menolak paham.”
Anak kedua pun mahfum Maka, ketika kelak ia dewasa dan beranak
Ia punya jawaban untuk pertanyaan putranya Diteruskan lagi oleh putranya pada cucunya, turun-temurun
Waktu merekam kisah sekaligus melunturkannya Ruang membuktikan sejarah serta mematahkannya
Dan, mulut, tangan, hati, pikiran manusia Yang menetapkan kebenarannya
Diteruskan lagi oleh siapa yang bertanya turun-temurun
Sedang beberapa orang tetap mempersoalkan, “Siapa yang benar”