Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kinerja Guru

23

2.1.1.3 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kinerja Guru

Kinerja guru sebagai hasil atau prestasi yang diperlihatkan oleh guru dalam kewajiban dan tanggung jawabnya dalam melaksanakan tugas pendidikan dan pengajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor. Jasmani dan Mustofa 2013: 155 menyatakan bahwa kinerja atau prestasi kerja diartikan sebagai ungkapan kemampuan yang didasari oleh pengetahuan, sikap, keterampilan, dan motivasi dalam menghasilkan sesuatu. Sebagaimana pendapat dari Davis 2007 dalam Jasmani dan Mustofa 2013: 155, yang menyatakan bahwa faktor yang memengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan ability dan faktor motivasi motivation atau dengan kata lain, “performance = abilty + motivation”. Menurut Hasibuan 2001 dalam Jasmani dan Mustofa 2013: 160, prestasi kerja merupakan gabungan dari tiga faktor, yaitu kemampuan dan minat seorang pekerja, kemampuan dan penerimaan atas penjelasan delegasi tugas, serta peran dan tingkat motivasi seorang pekerja. Kemudian diperinci lagi kedalam beberapa faktor yang lebih kompleks lagi, menurutnya faktor-faktor yang bisa memengaruhi kinerja guru antara lain: 1 sikap mental motivasi kerja, disiplin kerja, etika kerja; 2 pendidikan; 3 keterampilan; 4 manajemen kepemimpinan; 5 tingkat penghasilan; 6 gaji dan kesehatan; 7 jaminan sosial; 8 iklim kerja; 9 sarana prasarana; 10 teknologi; dan 11 kesempatan berprestasi. Hal senada juga dikemukakan oleh Rachmawati dan Daryanto 2013: 19, dimana terdapat beberapa faktor-faktor yang memengaruhi kinerja guru. Pertama, kepribadian dan dedikasi. Kepribadian adalah keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsur psikis dan fisik, artinya seluruh sikap dan 24 perbuatan seseorang merupakan suatu gambaran dari kepribadian orang itu, dengan kata lain baik tidaknya citra seseorang ditentukan oleh kepribadiannya. Kepribadian guru akan tercermin dalam sikap dan perbuatannya dalam membina dan membimbing anak didik. Semakin baik kepribadian guru, semakin baik dedikasinya dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru, ini berarti tercermin suatu dedikasi yang tinggi dari guru dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pendidik. Guru yang memiliki kepribadian baik dapat membangkitkan kemauan untuk giat memajukan profesinya dan meningkatkan dedikasi dalam melakukan pekerjaan mendidik, sehingga dapat dikatakan bahwa guru itu memiliki akuntabilitas yang tinggi. Kedua, pengembangan profesi. Menurut Pidarta 1999 “profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan biasa seperti halnya dengan pekerjaan-pekerjaan lain ”. Tetapi pekerjaan itu harus diterapkan kepada masyarakat untuk kepentingan masyarakat umum, bukan untuk kepentingan individual, kelompok atau golongan tertentu saja. Pengembangan profesi guru merupakan hal penting bagi guru untuk diperhatikan guna mengantisipasi perubahan dan beratnya tuntutan terhadap profesi guru. Pengembangan profesionalisme guru menekankan kepada penguasaan ilmu pengetahuan atau kemampuan manajemen beserta strategi penerapannya. Pembinaan dan pengembangan profesi guru bertujuan untuk meningkatkan kinerja dan dilakukan secara terus menerus sehingga mampu menciptakan kinerja sesuai dengan persyaratan yang diinginkan, di samping itu pembinaan harus sesuai arah dan tugasfungsi yang bersangkutan dalam lingkungan sekolah. 25 Ketiga, kemampuan mengajar. Untuk melaksanakan tugas-tugas dengan baik, guru memerlukan kemampuan. Cooper dalam Zahera, 1997 mengemukakan bahwa guru harus memiliki kemampuan merencanakan pengajaran, menuliskan tujuan pengajaran, menyajikan bahan pelajaran, memberikan pertanyaan kepada siswa, mengajarkan konsep, berkomunikasi dengan siswa, mengamati kelas, dan mengevaluasi hasil belajar. Kompetensi guru adalah kemampuan atau kesanggupan guru dalam mengelola pembelajaran. Kemampuan mengajar guru sebenarnya merupakan pencerminan penguasaan guru atas kompetensinya. Imron 1995 mengemukakan 10 kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh guru, yaitu: 1 menguasai bahan; 2. menguasai landasan kependidikan; 3 menyusun program pengajaran; 4 melaksanakan program pengajaran; 5 menilai proses dan hasil belajar; 6 menyelenggarakan proses bimbingan dan penyuluhan; 7 menyelenggarakan administrasi sekolah; 8 mengembangkan kepribadian; 9 berinteraksi dengan sejawat dan masyarakat; 10 menyelenggarakan penelitian sederhana untuk kepentingan mengajar. Selain itu, berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada Bab IV Pasal 10, dinyatakan bahwa ada empat kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru, yaitu: kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian, dan kompetensi profesional. Keempat, antar hubungan dan komunikasi. Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia, manusia dapat saling berhubungan satu sama lain dalam kehidupan sehari-hari di rumah tangga, di tempat kerja, di pasar, dalam masyarakat atau dimana saja manusia berada. Tidak ada manusia yang tidak akan 26 terlibat komunikasi. Pentingnya komunikasi bagi organisasi tidak dapat dipungkiri, adanya komunikasi yang baik suatu organisasi dapat berjalan dengan lancar dan berhasil dan begitu pula sebaliknya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Muhammad A. 2001 bahwa kelupaan informasi dapat memberikan efek besar terhadap kelangsungan kehidupan. Guru dalam proses pelaksanaan tugasnya perlu memperhatikan hubungan dan komunikasi baik antara guru dengan kepala sekolah, guru dengan guru, guru dengan peserta didik, dan guru dengan personalia lainnya di sekolah. Kinerja guru akan meningkat seiring adanya kondisi hubungan dan komunikasi yang sehat di antara komponen sekolah, sebab dengan hubungan dan komunikasi yang lancar dan baik mendorong pribadi seseorang untuk melakukan tugas dengan baik. Kelima, hubungan dengan masyarakat. Sekolah merupakan lembaga sosial yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat lingkungannya, sebaliknya masyarakat pun tidak dapat dipisahkan dari sekolah sebab keduanya memiliki kepentingan, sekolah merupakan lembaga formal yang diserahi mandat untuk mendidik, melatih, dan membimbing generasi muda bagi peranannya di masa depan, sementara masyarakat merupakan pengguna jasa pendidikan. Sekolah merupakan sistem terbuka terhadap lingkungannya termasuk masyarakat pendukungnya. Sebagai suatu sistem terbuka sudah jelas tidak dapat mengisolasi diri sebab bila hal ini ia lakukan berarti ia menuju ambang kematian. Menurut Pidarta 1999 bahwa suatu sekolah tidak dibenarkan mengisolasi diri dari masyarakat. Manfaat hubungan dengan masyarakat sangat besar bagi peningkatan kinerja guru melalui peningkatan aktivitas-aktivitas bersama, komunikasi yang 27 kontinu dan proses saling memberi dan menerima serta membuat instropeksi sekolah dan guru giat dan kontinu. Setiap aktifitas guru dapat diketahui oleh masyarakat sehingga guru akan berupaya menampilkan kinerja yang lebih baik. Keenam, kedisiplinan. The Liang Gie 1972 memberikan pengertian disiplin sebagai berikut, disiplin adalah suatu keadaan tertib dimana orang-orang yang tergabung dalam suatu organisasi induk tunduk pada peraturan yang telah ada dengan rasa senang. Tujuan disiplin menurut Arikunto dan Suharsimi 1993 yaitu agar kegiatan sekolah dapat berlangsung secara efektif dalam suasana tenang, tentram dan setiap guru beserta karyawan dalam organisasi sekolah merasa puas karena terpenuhi kebutuhannya. Kedisiplinan sangat perlu dalam menjalankan tugas dan kewajiban guru sebagai pengajar, pendidik, dan pembimbing peserta didik. Disiplin yang tinggi akan mampu membangun kinerja yang profesional, sebab pemahaman disiplin yang baik guru mampu mencermati aturan-aturan dan langkah strategis dalam melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar. Ketujuh, kesejahteraan. Faktor kesejahteraan menjadi salah satu yang berpengaruh terhadap kinerja guru didalam meningkatkan kualitasnya, sebab semakin sejahteranya seorang guru makin tinggi kemungkinan untuk meningkatkan kinerjanya. Mulyasa 2002 menegaskan bahwa terpenuhinya berbagai macam kebutuhan manusia, akan menimbulkan kepuasan dalam melaksanakan apapun tugasnya. Untuk memaksimalkan kinerja guru langkah strategis yang dapat dilakukan pemerintah yaitu memberikan kesejahteraan yang layak sesuai volume kerja guru, selain itu memberikan insentif pendukung sebagai 28 jaminan bagi pemenuhan kebutuhan hidup guru dan keluarganya. Program peningkatan mutu pendidikan apapun yang dilakukan, jika kesejahteraan guru masih rendah maka besar kemungkinan program tersebut tidak akan mencapai hasil yang maksimal. Jadi, kesejahteraan merupakan salah satu faktor yang memengaruhi kinerja guru. Kedelapan, iklim kerja. Sekolah merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai unsur yang membentuk satu kesatuan yang utuh. Terdapat berbagai macam sistem sosial yang dapat saling memengaruhi sehingga akan membentuk perilaku dari hasil hubungan individu dengan individu ataupun individu dengan lingkungannya. Iklim sekolah memegang peranan penting sebab iklim itu menunjukan suasana kehidupan pergaulan dan pergaulan di sekolah itu. Iklim kerja adalah hubungan timbal balik antara faktor-faktor pribadi, sosial dan budaya yang memengaruhi sikap individu dan kelompok dalam lingkungan sekolah yang tercermin dari suasana hubungan kerjasama yang harmonis dan kondusif antar personalia di sekolah. Terbentuknya iklim yang kondusif pada tempat kerja dapat menjadi faktor penunjang bagi peningkatan kinerja, sebab kenyamanan dalam bekerja membuat guru berpikir dengan tenang dan berkonsentrasi hanya pada tugas yang sedang dilaksanakan. Tempe 1992 dalam Supardi 2014: 50 mengemukakan bahwa faktor- faktor yang memengaruhi prestasi kerja atau kinerja seseorang antara lain adalah lingkungan, perilaku manajemen, desain jabatan, penilaian kerja, umpan balik, dan administrasi pengupahan. Sedangkan Kopelman 1986 dalam Supardi 2014: 50 menyatakan bahwa kinerja organisasi ditentukan oleh empat faktor antara 29 lain: 1 lingkungan; 2 karakteristik individu; 3 karakteristik organisasi; dan 4 karakteristik pekerjaan. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa kinerja pegawai dalam hal ini adalah guru sangat dipengaruhi oleh karakteristik individu yang terdiri atas pengetahuan, keterampilan, kemampuan kompetensi, motivasi, kepercayaan, nilai-nilai serta sikap. Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa kinerja guru dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang berasal dari dalam diri guru faktor internal maupun faktor yang berasal dari luar guru faktor eksternal. Faktor internal yang mampu memengaruhi kinerja guru adalah disiplin kerja, pendidikan, keterampilan atau kemampuan mengajar yang didalamnya berisi mengenai kompetensi yang harus dimiliki oleh guru, motivasi, kepuasan kerja, sedangkan faktor eksternal yang mampu memengaruhi kinerja guru adalah manajemen kepemimpinan, tingkat penghasilan, gaji dan kesehatan, dan jaminan sosial kesejahteraan, iklim kerja, sarana prasarana, teknologi, dan kesempatan berprestasi. 2.1.1.4 Penilaian Kinerja Guru Kinerja adalah hasil atau pencapaian prestasi kerja yang dilakukan oleh seseorang sesuai tanggung jawab dan wewenangnya dalam sebuah unit kerja atau organisasi. Untuk mengetahui seberapa besar kinerja seseorang, diperlukan suatu alat atau kegiatan untuk mengukur kinerja seseorang dalam sebuah unit kerja atau organisasi. Alat atau kegiatan yang bisa dilakukan untuk mengukur kinerja seorang adalah alat penilaian kinerja guru APKG. APKG biasanya dirancang dengan memperhatikan indikator kinerja guru. 30 Menurut Rivai 2009 dalam Priansa 2014: 355, penilaian kinerja mengacu pada suatu sistem formal dan terstruktur yang digunakan untuk mengukur, menilai, dan memengaruhi sifat-sifat yang berkaitan dengan pekerjaan, perilaku, dan hasil, termasuk tingkat ketidakhadiran. Pegawai memerlukan umpan balik atas hasil kerja mereka sebagai panduan bagi perilaku mereka di masa yang akan datang. Guru sebagai salah satu faktor yang memengaruhi keberhasilan dalam bidang pendidikan, memerlukan penilaian kinerja guru sebagai panduan dan refleksi dalam melakukan pengembangan dan peningkatan kompetensi terhadap kewajiban dan tanggung jawabnya dalam pencapaian tujuan nasional pendidikan. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru memuat mengenai sistem penilaian kinerja guru, dimana sistem penilaian kinerja guru merupakan sistem penilaian yang dirancang untuk mengidentifikasi kemampuan guru dalam melaksanakan tugasnya melalui pengukuran penguasaan kompetensi yang ditunjukan dalam unjuk kerjanya. Kesimpulan dari pengertian tersebut adalah penilaian yang dilakukan lebih kepada kompetensi-kompetensi yang dimiliki guru, yang memengaruhi tingkat kinerja guru. Menurut Priansa 2014: 355, penilaian kinerja guru adalah suatu sistem formal dan terstruktur yang digunakan untuk mengukur, menilai, dan memetakan sifat-sifat yang berkaitan dengan pekerjaan, perilaku, dan hasil kerja guru terkait dengan peran yang diembannya. Sedangkan dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009, 31 penilaian kinerja guru adalah penilaian dari tiap butir kegiatan tugas utama guru dalam rangka pembinaan karir, kepangkatan, dan jabatannya. Gaffar 2005 dalam Supardi 2014: 69, menyatakan bahwa untuk menilai kinerja guru dapat dilihat dari aspek: penguasaan content knowledge, behavioral skill, dan human relation skill. Michel 1987 dalam Supardi 2014: 70, menyatakan bahwa aspek yang dilihat dalam menilai kinerja individu termasuk guru, yaitu: “quality of work, promptness, initiative, capability, and commnucation ”. Berdasarkan pendapat kedua ahli, kinerja guru dapat dinilai dari penguasaan keilmuan, keterampilan tingkah laku, kemampuan membina hubungan, kualitas kerja, inisiatif, kapabilitas diri, dan kemampuan dalam berkomunikasi. Hal berbeda dikemukakan oleh Rachmawati dan Daryanto 2013: 121-6, dimana indikator penilaian kinerja guru dilakukan terhadap tiga kegiatan pembelajaran di kelas, yaitu: perencanaan program kegiatan pembelajaran, pelaksanaan kegiatan pembelajaran, dan evaluasipenilaian pembelajaran. Pertama, perencanaan program kegiatan pembelajaran. Tahap perencanaan dalam kegiatan pembelajaran adalah tahap yang berhubungan dengan kemampuan guru menguasai bahan ajar. Kemampuan guru dapat dilihat dari cara atau proses penyusunan program kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru, yaitu mengembangkan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran RPP. Indikator untuk merencanakan pembelajaran adalah sebagai berikut: 1 merumuskan tujuan pembelajaran; 2 memilih dan mengembangkan bahan pelajaran; 3 merencanakan kegiatan belajar, termasuk merencanakan pendekatan 32 dan metode mengajar, langkah-langkah kegiatan belajar mengajar, serta alat dan sumber belajar; dan 4 merencanakan penilaian Susanto, 2015: 40. Kedua, pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran di kelas adalah inti penyelenggaraan pendidikan yang ditandai oleh adanya kegiatan pengolahan kelas, penggunaan media dan sumber belajar, dan penggunaan metode serta strategi pembelajaran. Semua tugas tersebut merupakan tugas dan tanggung jawab guru yang secara optimal dalam pelaksanaannya menuntut kemampuan guru. Kemampuan yang dituntut dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran adalah pengelolaan kelas, penggunaan media dan sumber belajar, dan penggunaan metode pembelajaran. Ketiga, evaluasipenilaian pembelajaran. Penilaian hasil belajar adalah kegiatan atau cara yang ditunjukan untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dan juga proses pembelajaran yang telah dilakukan. Pada tahap ini seorang guru dituntut memiliki kemampuan dalam menentukan pendekatan dan cara-cara evaluasi, pengolahan, dan penggunaan hasil evaluasi. Berdasarkan uraian mengenai penilaian kinerja guru, dapat disimpulkan bahwa penilaian kinerja guru adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kinerja guru dalam tugas dan tanggung jawabnya dalam bidang pendidikan, khususnya di sekolah dan di dalam pembelajaran. Indikator kinerja guru dapat dilihat dari perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, evaluasipenilaian pembelajaran, dan hubungan antar pribadi. Penilaian kinerja guru diharapkan menjadi panduan bagi guru dalam refleksi diri untuk mengetahui kekurangan dan kelebihannya, dan juga sebagai acuan bagi guru dalam 33 meningkatkan kompetensi yang dimilikinya yang dapat berpengaruh positif terhadap kinerja guru itu sendiri.

2.1.2 Kompetensi Pedagogik

Dokumen yang terkait

PENGARUH KEMANDIRIAN BELAJAR DI SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA KELAS V SDN GUGUS KI HAJAR DEWANTARA KECAMATAN TUGU KOTA SEMARANG

0 6 25

PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK TERHADAP KINERJA GURU SEKOLAH DASAR GUGUS SADEWA DAN BIMA KECAMATAN KUTOWINANGUN KABUPATEN KEBUMEN

1 24 181

PENGARUH INTENSITAS PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP TANGGUNG JAWAB BELAJAR SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR GUGUS KI HAJAR DEWANTARA KECAMATAN BUTUH PURWOREJO

2 22 162

KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU PROFESIONAL DI SEKOLAH DASAR GUGUS YUDHISTIRA KECAMATAN SELOGIRI Kompetensi Pedagogik Guru Profesional Di Sekolah Dasar Gugus Yudhistira Kecamatan Selogiri Kabupaten Wonogiri.

0 3 19

KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU PROFESIONAL DI SEKOLAH DASAR GUGUS YUDHISTIRA KECAMATAN SELOGIRI Kompetensi Pedagogik Guru Profesional Di Sekolah Dasar Gugus Yudhistira Kecamatan Selogiri Kabupaten Wonogiri.

0 2 17

PENDAHULUAN Kompetensi Pedagogik Guru Profesional Di Sekolah Dasar Gugus Yudhistira Kecamatan Selogiri Kabupaten Wonogiri.

0 2 12

Pengaruh Kompetensi Pedagogik Dan Motivasi Terhadap Kinerja Guru Penjasorkes : Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Taktakan Kota Serang.

1 2 47

PENGARUH KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP KINERJA GURU SEKOLAH DASAR DI GUGUS MAS MANSYUR KECAMATAN ROWOSARI KABUPATEN KENDAL

0 0 97

PENGARUH SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU TERHADAP KINERJA GURU SEKOLAH DASAR NEGERI GUGUS SIKAPAT DAN SIPAYUNG KECAMATAN KAJORAN KABUPATEN MAGELANG

0 1 76

PENGARUH KEBIASAAN BELAJAR DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR PADA SISWA KELAS IV DI GUGUS KI HAJAR DEWANTARA KECAMATAN CILONGOK

0 2 16