79
Berdasarkan tabel di atas maka model regresi dapat dibentuk sebagai berikut:
SE = -48,594 – 0,177 KE + 1,775 KS + 2,360 G + 0,004 KE . G – 0,035 KS . G + e....3
Dari persamaan di atas dapat terlihat bahwa gender memiliki nilai koefisien yang lebih besar dan semakin tinggi bila dibandingkan dengan koefisien gender pada
model ke 2, maupun bila dibandingkan dengan koefisien variabel lainnya dalam mempengaruhi sikap etis mahasiswa akuntansi yaitu sebesar 2,360. Demikian pula
halnya dengan interaksi antara kecerdasan emosional dengan gender dan interaksi antara kecerdasan spiritual dengan gender. Hal ini berarti bahwa gender memang memiliki sifat
sebagai variabel moderating yang ber
pengaruh signifikan terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap
sikap etis mahasiswa akuntansi.
5.4. Pembahasan
Dari serangkaian pengujian yang telah dilakukan diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi. Hasil ini sejalan dengan ungkapan Binet Simon, Wechsler Azwar, 2004; Freeman
Fudyartanta, 2004; Salovey Mayer dalam Svyantek 2003 dan Goleman 2005; Zohar Marshall 2002 dan Ummah dkk 2003.
Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Maryani Ludigdo 2001, Baihaqi 2002 dan Tikollah dkk 2006 yang menunjukkan kecerdasan
emosional sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi sikap dan perilaku etis seseorang. Demikian pula dengan penelitian Clark Dawson 1996; Maryani
Universitas Sumatera Utara
80
Ludigdo 2001, dan Weaver Agle 2002 yang menunjukkan religiusitas sebagai salah satu bentuk pengungkapan kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap sikap dan
perilaku etis seseorang. Adanya pengaruh kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual secara
simultan terhadap sikap etis sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Goleman 2003 bahwa kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional bukanlah keterampilan-
keterampilan yang saling bertentangan, melainkan keterampilan-keterampilan yang sedikit terpisah. Hal ini diperkuat oleh Agustian 2004 bahwa kecerdasan intelektual
dan kecerdasan emosional diperlukan untuk mencapai sukses yang memadai. Namun, kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional saja tidaklah cukup dalam mencapai
kebahagiaan dan kebenaran yang hakiki. Masih ada nilai-nilai lain yang tidak bisa dipungkiri keberadaannya yaitu kecerdasan spiritual Agustian, 2004. Potensi
kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional akan tidak berkembang optimal pada diri seseorang apabila tidak ditunjang dengan kekuatan kecerdasan spiritualnya
Ludigdo, 2004. Oleh karena itu, sinergi antara kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual perlu dibangun dalam suatu sistem yang
terintegrasi. Kecerdasan emosional dibutuhkan untuk mengendalikan ego diri seseorang.
Sedangkan kecerdasan spiritual akan menunjukkan adanya rasa berketuhanan pada diri seseorang sehingga dalam segala aktivitasnya selalu terliputi dimensi berketuhanan
tersebut Ludigdo, 2004. Walaupun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kecerdasan emosional, dan
Universitas Sumatera Utara
81
kecerdasan spiritual secara simultan berpengaruh signifikan terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi, namun tidak demikian halnya dengan pengaruh secara parsial.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial hanya kecerdasan spiritual yang berpengaruh signifikan terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi, sedangkan kecerdasan
emosional tidak berpengaruh. Dengan demikian hasil penelitian ini secara parsial tidak mendukung apa yang dikemukan oleh Binet Simon, Wechsler Azwar, 2004, dan
Freeman Fudyartanta, 2004, namun mendukung apa yang dikemukakan oleh Salovey Mayer 1990 dalam Svyantek 2003, Goleman 2005, Zohar Marshall 2002,
serta Ummah dkk 2003, Baihaqi 2002, Tikollah dkk 2006. Hasil penelitian ini secara parsial mendukung penelitian Maryani Ludigdo 2001, Clark Dawson
1996, serta Weaver Agle 2002. Hasil penelitian ini secara parsial yang menunjukkan hanya kecerdasan
spiritual berpengaruh signifikan serta berpengaruh dominan terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi, menempatkan kecerdasan spiritual sebagai variabel yang
berpengaruh dominan terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi. Pengaruh dominan kecerdasan spiritual terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi tersebut erat kaitannya
dengan struktur dan pembentukan sikap yang ada pada individu. Mengikuti skema triadik dalam struktur dan pembentukan sikap, struktur sikap terdiri dari tiga komponen
yang saling menunjang yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif Azwar, 2005. Hal ini sejalan dengan pandangan Secord Backman yang
mengemukakan sikap sebagai konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif, dan konatif yang berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu
Universitas Sumatera Utara
82
obyek Azwar, 2005. Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku
atau apa yang benar bagi obyek sikap. Komponen afektif menyangkut masalah emosional perasaan subyektif seseorang terhadap suatu obyek sikap, yang dapat
bersifat mendukung atau tidak mendukung. Komponen konatif perilaku menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang
berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapinya. Komponen perilaku ini banyak dipengaruhi oleh kepercayaan kognitif dan perasaan afektif Azwar, 2005. Dengan
demikian sikap individu terbentuk oleh pengetahuan dan kepercayaan individu terhadap obyek sikap. Sementara pengetahuan dan kepercayaan tersebut merupakan bagian dari
komponen kognitif dari struktur sikap. Hal ini berarti bahwa sikap secara dominan dipengaruhi oleh komponen kognitif. Oleh karena itu kecerdasan spiritual sebagai
representasi kognitif individu memiliki pengaruh dominan terhadap sikap etis. Hasil penelitian ini yang menempatkan kecerdasan spiritual sebagai satu-
satunya variabel yang secara parsial berpengaruh terhadap sikap etis sejalan dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya Maryani Ludigdo, 2001; Clark Dawson, 1996;
Weaver Agle, 2002. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa hal, yakni: 1.
Responden penelitian, yakni mahasiswa akuntansi. 2.
Variabel penelitian, dimana dalam penelitian ini kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual serta gender digabungkan dalam satu penelitian serta ditekankan
pada sikap etis.
Universitas Sumatera Utara
83
3. Pengukuran variabel, dimana dalam penelitian ini sikap etis ditinjau dari sensitivitas
etika mahasiswa akuntansi. Hasil penelitian ini yang menunjukkan kecerdasan emosional dan kecerdasan
spiritual secara simultan berpengaruh signifikan terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi sedangkan secara parsial hanya kecerdasan spiritual yang berpengaruh
signifikan, menggambarkan beberapa hal yang patut dicermati, yakni: 1.
Kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan yang tak terpisahkan dalam kehidupan seseorang. Oleh karena itu, dalam upaya
pembentukan dan pengembangan sikap dan perilaku etis mahasiswa akuntansi maupun akuntan, perlu mengembangkan kecerdasan tersebut secara komprehensif
dan proporsional. 2.
Pengembangan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual yang dilakukan secara tidak komprehensif dan tidak proporsional akan memberi peran yang
dominan terhadap kecerdasan intelektual seseorang dalam bersikap dan berperilaku etis. Hal ini akan memberi peluang terjadinya sikap dan perilaku
mahasiswa akuntansi maupun akuntan yang hanya mempertimbangkan rasionalitas dalam melakukan tugas dan kewajiban profesionalnya. Pertimbangan yang hanya
didasarkan pada rasionalitas cenderung menekankan pada hal-hal yang bersifat menguntungkan finansial dan mengabaikan hal-hal yang bersifat etis. Dalam
keadaan demikian kemungkinan terjadinya perilaku yang menyimpang akan semakin besar.
Universitas Sumatera Utara
84
Hasil penelitian menunjukkan konsep gender telah dipahami dengan baik oleh para mahasiswa akuntansi baik pria maupun wanita dan menempatkan gender sebagai
variabel moderating yang memperkuat hubungan antara
kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap
sikap etis. Hal yang mendasari pemikiran ini adalah alternatif penjelas mengenai perbedaan gender tentang perilaku tidak etis dalam bisnis.
Pendekatan tersebut adalah pendekatan sosialisasi gender gender sosialization approach dan pendekatan struktural structural approach. Pendekatan sosialisasi
gender menjelaskan bahwa pria dan wanita membawa perbedaan nilai dan perlakuan dalam pekerjaannya. Pria dan wanita merespon secara berbeda tentang reward dan cost.
Pria berusaha mencari kesuksesan kompetisi dan bila perlu melanggar aturan untuk mencapai kesuksesan, hal ini menunjukkan kecenderungan tidak etis. Sedangkan wanita
lebih menekankan pada pelaksanaan tugas serta cenderung taat pada peraturan dan kurang toleran dengan individu yang melanggar aturan.
Pria biasanya lebih menstimulasi bagian otak kiri, dimana seperti diketahui bahwa bagian otak kiri ini lebih berkaitan kepada hal-hal yang berhubungan dengan
matematika, sains, logika. Sedangkan wanita biasanya lebih banyak menstimulasi bagian otak sebelah kanan, yang lebih berfungsi pada hal-hal yang bersifat emosional,
kemampuan berbicara, artistik, dan perasaan. Perbedaan stimulasi pada otak ini dapat disebabkan karena kodrat yang berbeda dari pria dan wanita, sehingga terdapat
perbedaan perlakuan antara pria dan wanita yang pada akhirnya akan membentuk peran gender. Hal ini menguatkan bahwa jenis gender dan tingkat kecerdasan memiliki satu
hubungan yang erat karena pada dasarnya gender merupakan seperangkat peran yang
Universitas Sumatera Utara
85
dimainkan untuk menunjukkan kepada orang lain bahwa seseorang tersebut feminim atau maskulin. Penampilan, sikap, kepribadian, tanggung jawab keluarga adalah
perilaku yang akan membentuk peran gender. Peran gender ini akan berubah seiring waktu dan berbeda antara satu kultur dengan kultur yang lainnya. Peran ini juga
dipengaruhi oleh kelas sosial, usia dan latar belakang etnis.
Universitas Sumatera Utara
86
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dikemukakan sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi. Adanya pengaruh kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual secara simultan terhadap sikap etis dikarenakan
kecerdasan emosional diperlukan untuk mencapai sukses yang memadai. Namun kecerdasan emosional saja tidaklah cukup dalam mencapai kebahagiaan dan
kebenaran yang hakiki karena masih ada nilai-nilai lain yang juga harus ada yaitu kecerdasan spiritual sehingga kecerdasan emosional akan tidak berkembang optimal
pada diri seseorang apabila tidak ditunjang dengan kekuatan kecerdasan spiritualnya. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Maryani Ludigdo 2001,
Baihaqi 2002 dan Tikollah dkk 2006 yang menunjukkan kecerdasan emosional sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi sikap dan perilaku etis seseorang.
Demikian pula dengan penelitian Clark Dawson 1996; Maryani Ludigdo 2001, dan Weaver Agle 2002 yang menunjukkan religiusitas sebagai salah
satu bentuk pengungkapan kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap sikap dan perilaku etis seseorang.
68
Universitas Sumatera Utara