UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
berhasil mencapai usus halus. Kemudian bakteri berusaha masuk ke dalam tubuh dan akhirnya merangsang sel darah putih untuk menghasilkan interleukin yang
merangsang terjadinya gejala demam, perasaan lemah, sakit kepala, nafsu makan berkurang, sakit perut, gangguan buang air besar serta gejala lainnya Darmawati
dan Sri Sinto, 2008.
2.4.5 Helicobacter pylori
2.4.5.1 Morfologi
Helicobacter pylori adalah bakteri gram negatif berbentuk batang atau kokoid beberapa kepustakaan menyebutnya spiral atau seperti huruf “S”,
mempunyai flagel yang memungkinkan bakteri ini memiliki daya motilitas tinggi, dan bersifat mikroaerofilik. Tempat yang sesuai didalam tubuh manusia adalah
antrum. H.pylori dapat berkonversi dari bentuk batang ke bentuk kokoid. Bentuk batang lebih virulen dibanding bentuk kokoid, sedangkan bentuk kokoid sendiri
dikatakan berperan terhadap kekambuhan infeksi Tehuteru, 2004.
2.4.5.2 Klasifikasi
Domain : Eubacteria
Kingdom : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Kelas : Epsilonproteobacteria
Ordo : Campylobacterales
Famili : Helicobacteraceae
Genus : Helicobacter
Spesies : Helicobacter pylori bioweb.uwlax.edu
2.4.5.3 Patogenesis dan Patologi
Infeksi H.pylori seringkali ditemui pada anak-anak. Terdapat tiga kelainan yang dapat ditemukan sebagai akibat infeksi H.pylori pada anak. Pertama, infeksi
akut H.pylori pada lambung dapat menyebabkan hipoklorhidria akibat adanya proses inflamasi yang menyebabkan disfungsi sel parietal. Dalam beberapa bulan,
keadaan hipoklorhidria ini dapat sembuh dan pH lambung kembali normal,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
sedangkan pada infeksi kronis, H.pylori akan terus merangsang produksi asam lambung. Mekanisme terjadinya keadaan tersebut belum diketahui secara pasti.
Kelainan kedua yang ditemukan adalah inflamasi lambung. Infeksi H.pylori dapat menginduksi respon humoral sistemik dan mukosa, namun antibodi yang terbentuk
tidak dapat mengeradikasi kuman. Hal ini diduga disebabkan adanya mukus lambung yang melindungi H.pylori, sehingga tidak dapat ditembus oleh antibodi
spesifik. Kolonisasi H.pylori di lambung biasanya disertai proses inflamasi sehingga dapat ditemukan sel neutrofil, sel T, sel plasma, dan makrofag secara
bersamaan dengan berbagai derajat degenerasi dan kerusakan sel epitel. Ulserasi merupakan kemungkinan kelainan ketiga yang tergantung dari virulensi strain
H.pylori. Masing-masing strain H.pylori mempunyai tingkat virulensi yang berbeda Tehuteru, 2004.
Gastritis atrofi, ulkus duodenum, dan karsinoma lambung lebih banyak dijumpai pada pasien yang terinfeksi oleh H.pylori yang memproduksi CagA
Tehuteru, 2004.
2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Bakteri
Secara umum ada dua faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan bakteri yaitu faktor lingkungan dan zat hara sebagai nutrien yang sesuai untuk
pertumbuhan optimum. Termasuk dalam faktor lingkungan adalah suhu, pH, oksigen dan tekanan osmotik Lay dan Hastowo, 1992 dalam Silaban, 2011.
a. Suhu Pada umumnya bakteri tumbuh pada suhu 37
℃, untuk setiap spesies ada batasan suhu maksimum dan minimum untuk pertumbuhan. Beberapa
kelompok bakteri menurut suhu optimum yaitu psikrofil Bakteri dapat tumbuh pada suhu 5-30
℃ mesofil bakteri tumbuh pada suhu 15-50℃ dan termofil bakteri dapat tumbuh pada suhu 50
℃-60℃. b. pH
Pada umumnya bakteri tumbuh pada pH sekitar 7,0, meskipun kisaran pHnya, untuk mengatur pH dapat ditambahkan asam atau basa.