Latar Belakang Analisis pengaruh variabel ekonomi makro terhadap nilai Jakarta islamic Index

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam adalah suatu sistem dan jalan hidup yang utuh dan terpadu, memberikan panduan yang dinamis dan lugas terhadap semua aspek kehidupan termasuk sektor bisnis dan transaksi keuangan. Pemilikan kekayaan pribadi harus berperan sebagai harta produktif yang akan meningkatkan besaran produk nasional dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Harta sebagai salah satu titipan Allah SWT harus dikelola dengan baik dan profesional. Firman Allah dalam surat Al-Hadid ayat 7 “Berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah Telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan sebagian dari hartanya memperoleh pahala yang besar”. Aktifitas keuangan dalam Islam dipandang sebagai wahana bagi masyarakat modern untuk membawa mereka kepada paling tidak pelaksanaan dua hal. Pertama adalah prinsip at-ta’awun yaitu saling membantu dan saling bekerja sama di antara anggota masyarakat untuk kebaikan. Kedua adalah menghindari al-iktinaz yaitu menahan uangdana dan membiarkannya menganggur atau idle dan tidak berputar dalam transaksi yang bermanfaat bagi masyarakat umum. Oleh karena itu sistem ekonomi Islam menolak terjadinya akumulasi kekayaan yang dikuasai oleh beberapa orang saja. Bagi mereka yang tidak dapat memproduktifkan hartanya, Islam mengajarkan untuk melakukan investasi dengan prinsip syariah. Islam memperbolehkan pinjam meminjam tidak dengan bunga, melainkan dengan basis profit and loss sharing. Hal ini dapat diinterprestasikan bahwa Islam mendorong umatnya menjadi investor bukannya kreditor. Salah satu cara yang dapat digunakan supaya harta produktif dapat bermanfaat bagi masyarakat umum dan dapat mendorong masyarakat menjadi seorang investor yang prinsip-prinsipnya tidak bertentangan dengan ajaran Islam adalah dengan cara berinvestasi pada pasar modal syariah Oom Komariyah, 2006 Pasar modal secara umum dapat diidentikkan dengan sebuah tempat dimana modal diperdagangkan antara pihak yang memiliki kelebihan modal investor dengan orang yang membutuhkan modal issuer untuk mengembangkan investasi. Dalam Undang-Undang No. 8 tahun 1995, pasar modal didefinisikan sebagai “kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek” Nurul Huda, 2008 Pasar modal syariah Islamic Stock Market atau bursa efek syariah adalah kegiatan yang berhubungan dengan perdagangan efek syariah perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga profesi yang berkaitan dengannya, dimana semua produk dan mekanisme operasionalnya berjalan dengan hukum muamalat Islamiayah. Abdul Hamid, 2009. Langkah awal perkembangan pasar modal syariah di Indonesia dimulai dengan diterbitkannya reksa dana syariah pada 25 Juni 1997 diikuti dengan diterbitkannya obligasi syariah pada akhir 2002. Sedangkan untuk pasar saham syariah di Indonesia mulai dirintis sejak diluncurkannya indeks harga saham berdasarkan prinsip syariah pada tanggal 3 Juli 2000, yang disebut sebagai Jakarta Islamic Index JII. Nurul Huda, 2008 JII merupakan hasil kerjasama antara PT. Bursa Efek Indonesia BEI dengan PT. Danareksa Investment Management DIM. JII menggunakan tanggal awal perhitungan 1 Januari 1995 dengan nilai awal 100 dan metode perhitungan indeks dilakukan sesuai dengan ketetapan BEI. Saham-saham yang terdaftar dalam JII terdiri dari 30 saham yang telah lolos dari screening process yang dilakukan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional. Tetapi perlu diingat bahwa tidak berarti saham-saham di luar JII semuanya tidak sesuai dengan prinsip syariah. JII hanya menampung 30 saham dengan kinerja keuangan terbaik yang sudah sesuai dengan ketentuan syariah. Sehingga diluar JII pun masih ada saham syariah yang dapat dikategorikan sebagai saham yang termasuk dalam Islamic Stock Selection Index yang diluncurkan oleh Karim Business Consulting KBC yang berisi daftar semua saham dari emiten di BEI yang sesuai dengan syariah. Sumber: Bursa Efek Indonesia, Pergerakan JII tahun 2003-2009 Gambar 1.1 Perkembangan Indeks Jakarta Islamic Index Berdasarkan Gambar 1.1 dapat diketahui bahwa indeks JII yang tertinggi terjadi pada awal tahun 2008, yaitu bulan Februari dimana indeks JII mencapai angka 508.945. Sedangkan indeks JII yang terendah terjadi pada awal tahun 2003, yaitu sebesar 62.347. Berdasarkan tabel dan gambar diatas dapat dilihat bahwa indeks syariah cenderung setiap bulannya mengalami peningkatan, walaupun di beberapa bulan tertentu terjadi penurunan. Hal ini dapat di katakan bahwa indeks syariah mempunyai perkembangan yang cukup baik. Peningkatan indeks JII diperkirakan karena adanya apresiasi kurs rupiah terhadap USD, sedangkan penurunan indeks JII diperkirakan karena kurs rupiah yang terdepresiasi terhadap USD. Jadi kondisi perekonomian yang baik merupakan sentimen positif yang akan berdampak pada kenaikan harga di pasar saham. Keberadaan pasar modal di Indonesia merupakan salah satu faktor terpenting dalam ikut membangun perekonomian nasional, terbukti telah banyak industri dan perusahaan yang menggunakan institusi pasar modal sebagai media untuk menyerap investasi dan media untuk memperkuat posisi keuangannya. Bangkitnya ekonomi Islam di Indonesia dewasa ini menjadi fenomena yang menarik dan menggembirakan terutama bagi penduduk Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Praktek kegiatan ekonomi konvensional, khususnya dalam kegiatan pasar modal yang mengandung unsur spekulasi sebagai salah satu komponennya nampaknya masih menjadi hambatan psikologis bagi umat Islam untuk turut aktif dalam kegiatan investasi terutama di bidang pasar modal. Perbedaan secara umum antara pasar modal konvensional dengan pasar modal syariah dapat dilihat pada instrumen dan mekanisme transaksinya, sedangkan perbedaan nilai indeks saham syariah dengan nilai indeks saham konvensional terletak pada kriteria saham emiten yang harus memenuhi prinsip-prinsip dasar syariah. Secara umum konsep pasar modal syariah dengan pasar modal konvensional tidak jauh berbeda meskipun dalam konsep pasar modal syariah disebutkan bahwa saham yang diperdagangkan harus berasal dari perusahaan yang bergerak dalam sektor yang memenuhi kriteria syariah dan terbebas dari unsur ribawi, serta transaksi saham dilakukan dengan menghindarkan berbagai praktik spekulasi. Untuk mendapatkan keuntungan yang optimal, maka seorang pelaku pasar harus memilih strategi portfolio yang tepat. Pada dasarnya terdapat dua strategi besar yang dapat digunakan dalam mengelola portfolio yang dimiliki, yaitu strategi pasif dan aktif. Dalam melakukan analisis portfolionya, strategi aktif ini dapat dipilah lagi menjadi analisis tehnikal dan fundamental. Analisis tehnikal dapat didefinisikan sebagai metode untuk memprediksi forecasting terhadap fluktuasi pada harga saham, baik saham individu maupun pasar secara keseluruhan. Analisis ini menggunakan data pasar spesifik, terutama harga dan volume perdagangan. Fokus dari analisis tehnikal adalah penentuan timing yang memberi arahan kapan saat yang tepat melakukan transaksi pembelian dan penjualan saham dengan memperhatikan trend pergerakan harga yang diyakini memilki pola-pola tertentu yang cenderung berulang. Untuk mendapatkan beat the market, para analisis tehnikal memanfaatkan pola trend ini untuk pengambilan keputusan investasi yang dikenal sebagai market timing. Reni Maharani, 2006 Metode analisis yang kedua adalah analisis fundamental. Analisis ini memanfaatkan informasi yang tersedia sebagai bahan analisis untuk sampai kepada nilai intrinsik suatu sekuritas. Perbedaan antara harga berlaku dengan nilai intrisik ini dijadikannya sebagai prinsip dalam menilai sekuritas. Dimana hal ini merupakan dasar bagi pengambilan keputusan investasinya. Informasi yang sering digunakan dalam melakukan analisis ini antara lain adalah kondisi makro ekonomi, kinerja industri dan kondisi perusahaan emiten. Dalam analisis fundamental, kondisi variabel makro sangat mempengaruhi keputusan-keputusan investasi yang diambil oleh pemodal. Saat terjadi gejolak pada kondisi moneter dimana indikator ekonomi makro menunjukkan trend penurunan atau perlambatan, maka harga-harga saham akan menurun. Reni Maharani, 2006. Menurut Mankiw 2002 analisis fundamental adalah ilmu yang mempelajari pernyataan-pernyataan akuntansi suatu perusahaan dan prospeknya di masa mendatang dalam jangka menentukan nilai perusahaan tersebut. Pada dasarnya analisis fundamental adalah analisis yang dilakukan terhadap perusahaan itu sendiri yang berhubungan dengan prospek pertumbuhan dan kemampuan memperoleh keuntungan meliputi tiga tahap analisis, yaitu ekonomi makro, indsutri dan perusahaan Ahmad Rodoni, 2005 Kondisi perekonomian yang diharapkan membaik merupakan sentimen positif yang berdampak pada kenaikan harga saham. Kondisi perekonomian akan mempengaruhi kondisi pasar, dimana kondisi pasar kemudian juga akan mempengaruhi keuntungan yang diperoleh para pemodal. Selain mempengaruhi para pemodal, kondisi perekonomian juga akan mempengaruhi perusahaan dalam memperoleh laba. Di samping mempengaruhi kondisi perusahaan, kondisi perekonomian juga mempengaruhi kondisi industri. Oleh karena itu, dalam melakukan analisis fundamental, sebelum melakukan analisis kondisi industri dan perusahaan terlebih dahulu dimulai dengan menganalisis kondisi perekonomian. Berdasarkan data empiris, pergerakan variabel ekonomi makro dan harga saham sering memiliki pola yang kontradiktif atau berlawanan dengan teori ekonomi. Sebagai contoh, pada bulan Juni-Juli 2005, dimana nilai tukar rupiah terhadap USD terus melemah, seharusnya harga saham di BEI mengalami penurunan. Tetapi yang terjadi justru menguat, bahkan IHSG mencatat rekor tertinggi dalam sejarahnya. Tabel 1.1 Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD dan IHSG Bulan Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD Indeks Harga Saham Gabungan Juni 9713 1122.38 Juli 9819 1182.3 Sumber: Bursa Efek Indonesia, tahun 2005 Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat bahwa nilai tukar rupiah terdepresiasimelemah terhadap USD, yaitu pada bulan Juni 9713 menjadi 9819. Tetapi IHSG justru menguat dari 1122.38 menjadi 1182.3. Data ini dapat dijadikan landasan awal untuk melihat pengaruh variabel makro terhadap Jakarta Islamic Index. Hermanto dan Manurung 2002 dalam Oksiana Jatiningsih 2007, dalam penelitiannya tentang pengaruh variabel makro, investor, dan bursa yang telah maju terhadap indeks BEJ mengungkapkan bahwa bahwa variabel jumlah uang beredar dalam arti M 2 mempunyai pengaruh yang positif terhadap indeks BEJ. Karena dana yang dipegang oleh masyarakat semakin banyak maka semakin banyak pula dana yang akan digunakan untuk melakukan investasi di bursa saham. Sehingga akan menaikkan harga saham-saham yang nantinya akan berpengaruh pada kenaikan IHSG. Penelitian ini dapat di jadikan landasan awal untuk melihat pengaruh jumlah yang beredar terhadap Jakarta Islamic Index. Menurut Reilly 1992 dalam Oksiana Jatiningsih 2007 mengemukakan ada dua pendapat mengenai hubungan antara tingkat inflasi dengan harga saham. Pendapat pertama menyatakan bahwa ada korelasi positif antara inflasi dengan harga saham. Pendapat ini didasarkan pada asumsi bahwa inflasi yang terjadi adalah demand pull inflation, yaitu inflasi yang terjadi karena adanya kelebihan permintaan atas penawaran barang yang tersedia. Pada keadaan ini, perusahaan dapat membebankan peningkatan biaya kepada konsumen dengan proporsi yang lebih besar sehingga keuntungan perusahaan meningkat. Dengan demikian, akan meningkatkan kemampuan perusahaan untuk membayar deviden dan akan memberikan penilaian positif pada harga saham. Pendapat yang kedua menyatakan bahwa ada korelasi negatif antara inflasi dengan harga saham. Pendapat ini didasarkan pada asumsi bahwa inflasi yang terjadi adalah cost push inflation, yaitu inflasi yang terjadi karena kenaikan biaya produksi. Dengan adanya kenaikan harga bahan baku dan tenaga kerja, sementara perekonomian dalam keadaan inflasi maka produsen tidak rnetnpunyai keberanian untuk menaikkan harga produknya. Hal ini akan mengakibatkan keuntungan perusahaan untuk membayar deviden pun menurun yang akan berdampak pada penilaian harga saham yang negatif. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh pergerakan variabel ekonomi makro terhadap indeks syariah maka penulis mengambil judul ”Analisis Pengaruh Variabel Ekonomi Makro Terhadap Nilai Jakarta Islamic Index Periode Januari 2003-Desember 2009 ”. B. Rumusan Masalah Adanya pengaruh variabel ekonomi makro terhadap pergerakan harga saham, menjadikan variabel makro sebagai salah satu indikator yang dapat digunakan untuk memprediksi indeks saham. Berdasarkan uraian di atas pokok permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah terdapat pengaruh jangka panjang dan jangka pendek nilai tukar rupiah terhadap USD Kurs terhadap Jakarta Islamic Index? 2. Apakah terdapat pengaruh jangka panjang dan jangka pendek jumlah uang beredar M 2 terhadap Jakarta Islamic Index? 3. Apakah terdapat pengaruh jangka panjang dan jangka pendek tingkat inflasi terhadap Jakarta Islamic Index? 4. Apakah terdapat pengaruh jangka panjang dan jangka pendek produk domestik bruto PDB terhadap Jakarta Islamic Index?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian