Naik turun nilai tukar mata uang asing kurs diperkirakan karena kurs mata uang akan mendorong investor untuk tidak menginvestasikan dananya
di pasar modal melainkan pada transaksi di pasar valuta asing. Hal ini akan mengakibatkan transaksi keuangan para investor di BEI akan berkurang.
Karena dianggap lebih menguntungkan berspekulasi pada gejolak kurs asing tersebut sehingga akan mengakibatkan JII BEI akan melemah. Sebaliknya
juga apabila kurs valuta asing stabil maka spekulasi yang mereka lakukan pada kurs yang stabil kurang menguntungkan, sehingga mereka tetap
melakukan perdagangan di pasar modal dan JII akan menguat. Kenaikan harga saham di suatu bursa akan menarik capital inflow, sehingga akan
meningkatkan permintaan akan mata uang domestik, akibatnya nilai tukar domestik akan terapresiasi.
3. Jumlah Uang Beredar M
2
Uang beredar adalah semua jenis uang yang berada di perekonomian yaitu, adalah jumlah dari mata uang dalam peredaran ditambah dengan uang
giral dalam bank-bank umum Sukirno, 2004. Variabel jumlah uang yang beredar yang digunakan adalah jumlah uang beredar dalam arti luas M
2
atau likuiditas perekonomian dalam satuan milyar rupiah
Menurut Sadono Sukirno 2004 M
2
merupakan perluasan dari definisi M
1
dengan uang kuasi. Uang kuasi adalah bentuk kekayaan yang sangat likuid yang terdiri dari deposito berjangka atau rekening tabungan pada bank.
Sumber: Bank Indonesia, tahun 2010
Gambar 4.3 Jumlah Uang Beredar M2
Berdasarkan Gambar 4.3 dapat diketahui bahwa jumlah uang beredar yang tertinggi terjadi pada akhir tahun 2009, dimana jumlah uang beredar
mencapai 2.141.384,. Sedangkan jumlah uang bereda yang terendah terjadi pada awal tahun 2003. Berdasarkan tabel dan gambar di atas juga dapat
dilihat bahwa jumlah uang beredar setiap bulannya terus meningkat. Jumlah uang beredar M
2
bergantung pada basis moneter, rasio deposito-cadangan, dan rasio deposito-uang kartal. Naik turunnya jumlah
uang beredar diperkirakan karena basis moneter tersebut. Kenaikan basis moneter menyebabkan kenaikan yang proporsional pada jumlah uang yang
beredar. Sedangkan penurunan rasio depositi-cadangan atau rasio deposito- uang kartal meningkatkan pengganda dan jumlah uang beredar.
4. Tingkat Inflasi
Secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang
saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas atau mengakibatkan kenaikan harga pada barang lainnya. Inflasi juga merupakan
salah satu ukuran aktifitas ekonomi yang sering digunakan untuk menggambarkan kondisi ekonomi nasional Tajul Khalwaty, 2000.
Menurut Mankiw 2002 Indeks Harga Konsumen merupakan suatu ukuran atas keseluruhan biaya pembelian barang dan jasa oleh rata-rata
konsumen. Laju inflasi juga merupakan penghitungan lain yang sering digunakan untuk menghitung tingkat inflasi. Menurut Mankiw 2003 laju
inflasi inflation rate adalah perubahan presentase dalam indeks harga dari jangka waktu yang sebelumnya. Laju inflasi merupakan suatu indikator yang
sangat menentukan dalam perekonomian makro suatu negara. Inflasi juga merupakan suatu masalah bagi ekonomi makro yang apabila tidak segera
ditangani akan menyebabkan ketidakstabilan perekonomian yang pada akhirnya hanya akan memperburuk kinerja perekonomian suatu negara.
Kestabilan nilai mata uang, baik inflasi maupun nilai tukar, sangat penting untuk mendukung pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan
meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Sumber: Bank Indonesia, tahun 2010
Gambar 4.4 Tingkat Inflasi
Berdasarkan Gambar 4.4 dapat diketahui bahwa tingkat inflasi yang tertinggi terjadi pada akhir tahun 2005, yaitu pada bulan November sebesar
18.38. Kondisi ini disebabkan karena kuatnya tekanan eksternal kebijakan fiskal yang mendukung kenaikan harga BBM oleh pemerintah yang ikut
mendukung sasaran inflasi. Dampak dari kenaikan BBM domestik bertujuan menjaga keseimbangan fiskal yang sejalan dengan kenaikan harga minyak di
dunia. Kenaikan BBM ini merupakan salah satu dampak dari krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun itu. Selain itu adalah faktor internal yaitu
ganguan pemasokan dan distribusi, tingginya ekspektasi inflasi dan depresiasi nilai tukar yang mengakibatkan tekanan harga asemakin meningkat. Tinggi
inflasi tahun 2005 memberi dampak signifikan terhadap kenaikan harga BBM sebanyak dua kali lipat pada tahun 2005.
Sedangkan tingkat inflasi yang terendah terjadi pada akhir tahun 2009, yaitu pada bulan November sebesar 2.41. Hal ini disebabkan oleh turunya
bahan makanan, makanan jadi, minuman, rokok, tembakau, perumahan, air, gas, dan bahan bakar, sandang, ekspor, komunikasi dan jasa keuangan. Hal
ini menunjukkan bahwa inflasi di Indonesia mengalami fluktuasi. Keadaan inflasi yang cenderung berfluktuasi dan tidak stabil menunjukkan bahwa
keadaan perekonomian di Indonesia juga tidak stabil.
5. Produk Domestik Bruto