BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Anggaran adalah suatu pernyataan formal yang dibuat oleh manajemen tentang rencana-rencana yang akan dilakukan pada masa yang akan datang untuk suatu periode
tertentu yang akan digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan selama periode tersebut, Hanson, 1966 dalam Supriono dan Syakhroza, 2003. Manajemen
perlu menyusun anggaran karena anggaran merupakan gambaran perencanaan atas seluruh aktivitas operasional perusahaan.
Anggaran merupakan suatu alat perencanaan dan pengendalian manajerial. Setiap organisasi termasuk PDAM Tirtanadi memerlukan anggaran sebagai salah satu
komponen penting, untuk menterjemahkan keseluruhan strategi ke dalam rencana dan tujuan jangka pendek maupun jangka panjang. Selain itu anggaran juga berfungsi
sebagai alat untuk mengkoordinasikan, mengkomunikasikan, memotivasi dan mengevaluasi prestasi, Kenis, 1979 dalam Kurnia, 2004. Kenis menyimpulkan bahwa
variasi dalam Budgeting Style dari Upper Management seperti yang direfleksikan dalam anggaran memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja dari lower level manajer.
Sistem penganggaran merupakan komponen-komponen yang berperan serta dalam mewujudkan tersusunnya suatu rencana keuangan baik rencana jangka pendek maupun
jangka panjang. Dengan penggunaan anggaran secara terus-menerus, maka fungsi anggaran sebagai alat pengendalian akan tercapai. Agar pelaksanaan anggaran dapat
Panangaran Ritonga: Pengaruh Budaya Paternalistik Dan Komitmen Organisasi terhadap Hubungan Antara Partisipasi Anggaran Dan Kinerja Manajerial Pada PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara, 2008.
USU e-Repository © 2008
berjalan secara efektif, Kenis, 1979 dalam Kurnia, 2004 menyatakan bahwa penyusunan anggaran dan penerapannya harus memperhatikan 5 lima dimensi
anggaran yaitu Budgetary Participation, Budget Goal Clarity, Budgetary Evaluation, Budgetary Feedback dan Budgetary Goal Difficulty.
Partisipasi anggaran budgetary participation menggambarkan keterlibatan manajer dalam menyusun anggaran pada pusat pertanggungjawaban. Organisasi sering
mengikutsertakan manajer tingkat menengah dan bawah dalam proses penyusunan anggaran. Keikutsertaan para manajer ini sangat penting dalam upaya memotivasi
bawahan untuk turut serta mencapai tujuan perusahaan. Partisipasi memungkinkan terjadinya komunikasi yang semakin baik, interaksi satu sama lain serta bekerja sama
dalam tim untuk mencapai tujuan organisasi. Dengan menyusun anggaran secara partisipatif diharapkan kinerja para manajer
akan meningkat. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa ketika suatu tujuan atau standar yang dirancang secara partisipatif disetujui, maka karyawan akan
menginternalisasikan tujuan atau standar yang ditetapkan, dan karyawan juga memiliki rasa tanggung jawab pribadi untuk mencapainya karena mereka ikut serta terlibat dalam
penyusunannya, Milani, 1975 dalam Ariadi, 2006. Semakin tinggi tingkat keterlibatan manajer dalam proses penyusunan anggaran, akan semakin meningkatkan kinerja,
Indriantoro, 1993 dalam Kurnia, 2004. Kejelasan sasaran anggaran Budget Goal Clarity menggambarkan sejauh mana
sasaran anggaran yang dinyatakan secara jelas dan spesifik serta dimengerti oleh pihak yang bertanggungjawab terhadap pencapaiannya, Kenis, 1979 dalam Kurnia, 2004.
Sasaran yang jelas mempunyai dampak yang positif terhadap komitmen pencapaian
Panangaran Ritonga: Pengaruh Budaya Paternalistik Dan Komitmen Organisasi terhadap Hubungan Antara Partisipasi Anggaran Dan Kinerja Manajerial Pada PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara, 2008.
USU e-Repository © 2008
sasaran dan menimbulkan kepuasan bagi karyawan, Ivancevich, 1976 dalam Kurnia, 2004 dan juga akan mendorong karyawan untuk melakukan yang terbaik, Locke, 1968
dalam Kurnia 2004. Evaluasi anggaran Budgetary Evaluation adalah tindakan yang dilakukan untuk
menelusuri penyimpangan atas anggaran ke departemen yang bersangkutan dan digunakan sebagai dasar untuk penilaian kinerja departemen, Kenis, 1979 dalam
Kurnia, 2004. Hal ini akan mempengaruhi tingkah laku, sikap dan kinerja manajer. Selanjutnya, menurut Kenis 1979, dalam Kurnia, 2004 menyatakan bahwa umpan
balik terhadap sasaran anggaran budgetary feedback yang dicapai adalah variabel penting yang memberikan motivasi kepada manajer. Jika anggota organisasi tidak
mengetahui hasil yang diperoleh dari upayanya untuk mencapai sasaran maka ia tidak mempunyai dasar untuk merasakan kesuksesan atau kegagalan, dan tidak ada insentif
untuk menujukkan kinerja yang lebih baik dan pada akhirnya menjadi tidak puas, Becker dan Green, 1962 dalam Kurnia, 2004.
Akhirnya, kesulitan sasaran anggaran budgetary goal difficulty mempunyai dampak terhadap motivasi. Hofstede 1980 dalam Muslimah 1998 menyatakan bahwa
sasaran anggaran yang lebih ketat menimbulkan motivasi yang lebih tinggi, namun jika melewati batas tertentu, maka pengetatan sasaran anggaran justru akan mengurangi
motivasi. Merchant 1981 dalam Fitri 2004 mengemukakan bahwa untuk tujuan motivasional, sasaran anggaran yang tepat adalah stretch target, yaitu sasaran yang
ketat. Govindarajan 1986 dalam Kurnia 2004 menggunakan pendekatan kontinjensi
dengan mengevaluasi berbagai faktor kondisional yang dapat mempengaruhi efektifitas
Panangaran Ritonga: Pengaruh Budaya Paternalistik Dan Komitmen Organisasi terhadap Hubungan Antara Partisipasi Anggaran Dan Kinerja Manajerial Pada PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara, 2008.
USU e-Repository © 2008
sistem penganggaran terhadap kinerja manajerial. Selanjutnya Mparta 1998 dalam Kurnia 2004 mengemukakan faktor kultural dalam suatu negara dapat mempengaruhi
hubungan partisipasi dengan kinerja yang diharapkan. Penelitian Frucot dan Shearon 1991 dalam Supriono 2004 menunjukkan perilaku dan budaya manajer berpengaruh
terhadap kinerja. Jika budaya suatu negara mempengaruhi keefektifan penganggaran maka salah satu budaya di Indonesia yaitu budaya paternalistik yang masih sangat kuat
dapat pula mempengaruhi proses penganggaran. Selain budaya organisasi, komitmen organisasi juga dapat mempengaruhi hubungan
anggaran dengan kinerja manajerial. Manajer yang memiliki tingkat komitmen organisasi tinggi akan memiliki pandangan positif dan berusaha berbuat yang terbaik
demi kepentingan organisasi, Porter, et, al, 1974 dalam Supriono, 2004. Komitmen organisasi yang tinggi akan meningkatkan kinerja Randall, 1970.
Sampai saat ini hasil penelitian mengenai partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial masih menunjukkan pertentangan. Ratnawati 2004 dalam penelitiaannya
menyatakan bahwa Budgetary Goal Characteristics tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial sedangkan Ariadi 2006 menyatakan bahwa
anggaran partisipatif yaitu salah satu dari budgetary goal characteristic berpengaruh terhadap kinerja manajerial. Hasil penelitian yang bertentangan tersebut mendorong para
peneliti untuk memasukkan variabel-variabel lain yang diperkirakan, dapat menghubungkan partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial.
Chong dan Chong 2002 telah melakukan suatu penelitian yang menguji peran komitmen tujuan anggaran dan job relevant information di antara hubungan partisipasi
anggaran dengan kinerja manajerial. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa efek
Panangaran Ritonga: Pengaruh Budaya Paternalistik Dan Komitmen Organisasi terhadap Hubungan Antara Partisipasi Anggaran Dan Kinerja Manajerial Pada PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara, 2008.
USU e-Repository © 2008
motivasi pada partisipasi anggaran secara bersama-sama akan menggerakkan efek informasi pada tingginya komitmen manajer tingkat bawah sehingga meningkatkan
usaha untuk mengumpulkan dan menggunakan job relevant information. Ketersediaan dan penggunaan informasi yang relevan dengan tugas akan meningkatkan kinerja
manajerial. Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah air minumair bersih yang selalu harus
ada pada suatu negara. Oleh karena itu ketersediaan air minumair bersih perlu tetap dijaga. Ketersediaan air minumair bersih itu adalah merupakan kewajiban negara
terhadap masyarakat yang harus dipenuhi baik dari segi kuantitas, kualitas maupun kontinuitasnya. Kewajiban negara terhadap pelayanan air minumair bersih kepada
masyarakat didelegasikan kepada PDAM-PDAM yang tersebar pada 33 provinsi di Indonesia, sehingga pelayanan air minumair bersih kepada masyarakat menjadi tugas
PDAM-PDAM. Tugas tersebut tercantum dalam peraturan daerah masing-masing pemerintah daerah.
Untuk itu PDAM Tirtanadi harus membuat misinya yaitu senantiasa mampu melayani kebutuhan air bersih kepada masyarakat. Misi ini harus dapat dilaksanakan
oleh jajaran manajemen PDAM Tirtanadi. Misi itu harus terwujud dalam bentuk meningkatkan dan memelihara “Tiga Tas Air” yaitu Kuantitas air, Kualitas air dan
Kontinuitas air, tetap survive dan profitable melaksanakan misi sosial dan memberikan kontribusi PAD kepada pemerintah daerah.
Budaya Paternalistik yaitu budaya di Indonesia yang masih memiliki kecenderungan kuat di mana para manajer level menengah dan bawah masih merasa sungkan terhadap
atasannya untuk mengungkapkan pikiran, gagasan dan ide-ide mereka, meskipun para
Panangaran Ritonga: Pengaruh Budaya Paternalistik Dan Komitmen Organisasi terhadap Hubungan Antara Partisipasi Anggaran Dan Kinerja Manajerial Pada PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara, 2008.
USU e-Repository © 2008
manajer tersebut tahu bahwa hal itu lebih baik dari pada sekedar menuruti perintah atasan. Seseorang diberikan kewenangan sesuai dengan aturan dari atasan dan
mempertimbangkannya sebagai suatu obligasi untuk memberikan perlindungan kepada yang lain dibawah pengawasan manajer. Bawahan saling memberi pengawasan dan
perlindungan dari kewenangan manajer dengan menunjukkan loyalitas, rasa hormat dan patuh.
Secara umum PDAM yang ada di Indonesia khususnya di Sumatera Utara juga menganut budaya paternalistik di mana masyarakat Indonesia masih menganut budaya
Timur dan PDAM merupakan perusahaan milik daerah yang pemiliknya adalah Kepala Daerah.
Dalam prakteknya, PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara menerapkan penyusunan anggaran secara partisipatif, yaitu dengan melibatkan semua manajer mulai
dari level terendah di cabang-cabang sampai pada level manajer pusat pertanggungjawaban di kantor pusat. Anggaran yang disusun secara partisipatif
disamping berfungsi sebagai alat perencanaan dan koordinasi, juga dipakai oleh manajemen sebagai alat pengawasan dan penilaian kinerja manajerial. Hal ini didasari
pemikiran bahwa, jika suatu tujuan dirancang secara partisipatif, maka manajer akan memiliki rasa tanggung jawab pribadi yang tinggi karena mereka ikut serta terlibat
dalam penyusunan anggaran. Namun, budaya paternalistik bukan merupakan kesesuaian terbaik dan tidak mampu bertindak sebagai variabel moderating terhadap hubungan
antara partisipasi anggaran dan kinerja manjerial, Kurnia, 2002. Komitmen mencakup penerimaan dan kepercayaan akan nilai dan tujuan organisasi.
Komitmen organisasi menunjukkan keyakinan dan dukungan yang kuat terhadap nilai
Panangaran Ritonga: Pengaruh Budaya Paternalistik Dan Komitmen Organisasi terhadap Hubungan Antara Partisipasi Anggaran Dan Kinerja Manajerial Pada PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara, 2008.
USU e-Repository © 2008
dan sasaran goal yang ingin dicapai oleh organisasi, Mowday.et.al.,1979 dalam Coryanata, 2004. Manajer yang memiliki tingkat komitmen organisasi yang tinggi akan
memiliki pandangan positif dan lebih berusaha berbuat yang terbaik demi kepentingan organisasi, Porter.et.al.,1974 dalam Coryanata 2004.
Komitmen organisasi kepada karyawan organizations commitment to employees dapat ditunjukan dalam beberapa cara antara lain memperdulikan emosi, pekerja dan
kebaikan secara fisik pada semua tingkat, memperhatikan kepuasan kerja dan pengembangan karyawan, kecukupan dan keadilan, kompensasi keuangan, dan
keinginan untuk membagi return moneter yang luar biasa kepada semua pekerja pada semua tingkat. Komitmen yang dilakukan organisasi kepada karyawannya merupakan
praktek manajemen sumber daya manusia yang diharapkan menjadi determinan terpenting dalam menghasilkan kinerja organisasi Eisenberger et.al., 1990 dalam
Budiwibowo dan Ikhsan, 2003. Komitmen organisasai kepada karyawan membuat karyawan lebih berhati-hatiteliti dalam melaksanakan tanggung jawab pekerjaan
mereka. Hal itu juga membuktikan rasa kerterlibatan dengan perusahaan, inisiatif dan inovasi pekerja lebih besar, bahkan dengan tidak adanya reward langsung.
Dengan adanya komitmen yang tinggi kemungkinan terjadinya senjangan anggaran dapat dihindari. Sebaliknya, individu dengan komitmen rendah akan mementingkan
dirinya sendiri atau kelompoknya. Individu tersebut tidak memiliki keinginan untuk menjadikan organisasi kearah yang lebih baik, sehingga kemungkinan terjadinya
senjangan anggaran apabila dia terlibat dalam penyusunan angggaran akan lebih besar. Dari fenomena – fenomena di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai
partisipasi anggaran dan kinerja manejerial dengan fokus penelitian budaya paternalistik
Panangaran Ritonga: Pengaruh Budaya Paternalistik Dan Komitmen Organisasi terhadap Hubungan Antara Partisipasi Anggaran Dan Kinerja Manajerial Pada PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara, 2008.
USU e-Repository © 2008
dan komitmen organisasi sebagai variabel moderating. Sebelumnya kedua variabel ini telah diteliti oleh Ratnawati Kurnia pada PTS Kopertis wilayah III Indonesia.
1.2. Rumusan Masalah Penelitian