Pengertian Kualitas Pelayanan Kualitas Pelayanan 1.
29
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kualitas Pelayanan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas suatu layanan, faktor-faktor tersebut biasanya muncul akibat beberapa hal, seperti
pendapat Purwaningsih Y dan Murtiningsih, yang menjelaskan faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan adalah sebagai berikut:
27
a. Faktor Kesadaran
Faktor kesadaran berfokus pada individu yang melakukan suatu tugas atau pekerjaan, kesadaran pada kuallifikasi pekerjaan,
resiko yang dihadapi, konsumen yang ditangani dan cakupan tugas penting akan mempengaruhi perilaku seseorang dalam
berhubungan dengan orang lain. b.
Faktor Aturan Aturan biasanya memuat hal - hal yang mengikat dan merupakan
patokan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Aturan memuat cara kerja normative yang harus ditempuh suatu organisasi atau
individu. Bahwa aturan yang dibuat untuk mengatur organisasi dank arena setiap aturan pada akhirnya menyangkut langsung
ataupun tidak langsung kepada orang, maka masalah manusia dan sifat kemanusiaannya harus menjadi pertimbangan utama.
c. Faktor Organisasi
Organisasi pelayanan pada dasarnya berbeda dengan organisasi pada umumnya meskipun terdapat sedikit perbedaan dalam
penerapannya karena sasaran pelayanan ditujukan kepada
27
Purwaningsih, Y, dan Murtiningsih. 2006. Determinasi Jam Kerja Para Pekerja di Provinsi Jawa Tengah. Empirika Vol. 19 No. 1, Juni 2006, hlm. 2-3.
30
manusia yang mempunyai watak dan kehendak yang multi komplek. Oleh karena itu organisasi pelayanan ini lebih banyak
ditekankan kepada pengaturan dan mekanisme kerjanya yang harus mampu menghasilkan pelayanan yang memadai.
d. Faktor Keterampilan dan Kemampuan
Bahwa kuallitas pelayanan sangat dipengaruhi oleh kualitas kemampuan dan keterampilan individu dalam melayani
pengguna. Keterampilan dan kemampuan merupakan keadaan yang menggambarkan kondisi seseorang dari sisi tinjau baik skill
maupun fisik dapat melakukan atau pekerjaan sesuai dasar ketentuan yang berlaku.
e. Faktor Sarana Pelayanan
Bahwa kualitas pelayanan yang tinggi harus didukung oleh sarana pelayanan yang lengkap. Sarana berfungsi untuk
memudahkan pelayanan, memberikan kecepatan pelayanan yang lebih tinggi, menciptakan keakuratan dan kehandalan serta
kejelasan informasi yang seharusnya dicatat yang hasil akhir bermuara pada efisiensi dan efektivitas pelayanan.
Untuk dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan di atas Nasution menyatakan sebagai berikut:
28
a. Transcendental approach Dalam pendekatan ini, kualitas dapat dirasakan atau diketahui,
tetapi sulit didefenisikan dan dioperasionalkan. Sudut pandang
28
Nasution M.N. Manajemen Jasa Terpadu, Bogor: Ghalia Indonesia, 2004, hlm. 43.
31
ini biasanya diterapkan dalam dunia seni, misalnya seni music, seni drama, seni tari, dan seni rupa.
b. Product - based approach Pendekatan ini menganggap bahwa kualitas merupakan
karakteristik atau atribut yang dapat dikuantifikasikan dan dapat diukur. Perbedaan dalam kualitas mencerminkan perbedaan
dalam jumlah beberapa unsur atau atribut yang memiliki produk. Karena pandangan ini sangat objektif, maka tidak dapat
menjelaskan perbedaan dalam selera, kebutuhan dan preferensi individual.
c. User - based approach Pendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa kualitas
tergantung pada orang yang memandangnya, sehingga produk yang paling memuaskan preferensi seseorang merupakan produk
yang berkualitas paling tinggi. d. Manufacturing - based approach
Pendekatan ini bersifat supply - based dan terutama memperhatikan
praktik-praktik perekayasaan
dan pemanufakturan,
serta mendefenisikan
kualitas sebagai
kesesuaiansama dengan persyaratan. Dalam sektor jasa, dapat dikatakan bahwa kualitasnya bersifat operations - driven.
Pendekatan ini berfokus pada penyesuaian spesifikasi yang dikembangkan secara internal, yang sering kali didorong oleh
tujuan peningkatan produktivitas dan penekanan biaya.
32
e. Value - based approach Pendekatan ini memandang kualitas dari segi nilai dan harga.
Dengan mempertimbangkan trade - off antara kinerja dan harga, kualitas didefenisikan sebagai “affradable axcellence”. Kulaitas
dalam perspektif ini bersifat relative, sehingga produk yang memilliki kualitas paling tinggi belum tentu produk yang
bernilai.