Pembuktian Sederhana Kewenangan Pengadilan Niaga Dalam Mengadili Tuntutan Pekerja/Buruh Atas Upah Atau Uang Pesangon Yang Tidak Dibayar Oleh Perusahaan (Analisa Terhadap Putusan Pengadilan Niaga No. 49/Pailit/2004/PN.Niaga/Jkt. Pst Dan Putusan Pengadilan

dari perikatan sempurna adanya schuld dan haftung. Dengan demikian, jelas bahwa utang yang lahir dari perikatan alamiah adanya schuld tanpa haftung tidak dapat dimajukan untuk permohonan pernyataan pailit. misalnya utang yang lahir dari perjudian. Meskipun utang yang lahir dari perjudian telah jatuh waktu, hal ini tidak melahirkan hak kepada kreditor untuk menagih utang tersebut. Dengan demikian, meskipun debitor mempunyai kewajiban untuk melunasi utang itu, kreditor tidak mempunyai alas hak untuk menuntut pemenuhan utang tersebut. Dengan demikian kreditor tidak berhak memajukan permohonan pailit atas utang yang lahir dari perjudian. 162

5. Pembuktian Sederhana

Pembuktian sederhana dalam memutuskan permohonan pernyataan pailit terdapat dalam Faillissements Verordening, UU Nomor 4 Tahun 1998, dan UUK dan PKPU, Faillissements Verordening menentukan pembuktian sederhana dilakukan terhadap adanya peristiwa-peristiwa atau keadaan-keadaan yang menunjukkan deditor dalam keadaan telah berhenti membayar utang-utangnya, dan jika permohonan pernyataan pailit diajukan oleh seorang kreditor, maka terdapat hak penagihan dari kreditor ini. 163 Pendapat yang berkembang berkaitan dengan pembuktian sederhana pada masa Faillissements Verordening antara lain adalah pembuktian tentang debitor dalam keadaan berhenti membayar harus dilakukan secara sederhana summier. 162 Jono, Op.Cit, hal. 11-12. 163 Pasal 6 ayat 5 Faillissements Verordening. Artinya, pengadilan di dalam memeriksa permohonan pernyataan pailit tidak perlu terikat dalam sistem pembuktian dan alat-alat bukti yang ditentukan dalam hukum acara perdata. 164 Berdasarkan UU Nomor 4 Tahun 1998, fakta atau keadaan yang terbukti secara sederhana berkaitan dengan persyaratan permohonan pernyataan pailit, yaitu adanya dua kreditor atau lebih, debitor telah tidak membayar terhadap satu orang kreditornya, dan pembuktian terhadap adanya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih. 165 Terhadap permohonan pernyataan pailit yang diajukan oleh kreditor, maka pembuktian mengenai hak tagih kreditor pun dilakukan secara sederhana. 166 UUK dan PKPU menentukan fakta atau keadaan yang terbukti secara sederhana apabila persyaratan untuk dinyatakan palit telah terpenuhi. 167 Walaupun terdapat selisih besarnya jumlah utang antara debitor dengan kreditor hal tersebut tidak menghalangi untuk dijatuhkannya putusan pernyataan pailit kepada debitor. 168

F. Kewenangan Pengadilan Niaga Dalam Mengadili Tuntutan PekerjaBuruh

Atas Upah Atau Uang Pesangon Yang Tidak Dibayar Oleh Perusahaan 1. Dalam Perusahaan Yang Telah Dinyatakan Pailit Kepentingan pekerjaburuh terhadap suatu perusahaan yang dinyatakan pailit adalah berkaitan dengan pembayaran upah dan pesangon. Apabila perusahaan tempat 164 Zainal Asikin, Op.Cit, hal. 28. Lihat juga Pasal 164 HIR248 RBg, dan Pasal 1866 KUHPerdata mengenai alat-alat bukti yaitu alat bukti tertulis, saksi, persangkaan-persangkaan, pengakuan, dan sumpah. 165 Lihat Pasal 1 ayat 1 dan Pasal 6 ayat 3 UU Nomor 4 Tahun 1998. 166 Penjelasan Pasal 6 ayat 3 UU Nomor 4 Tahun 1998. 167 Pasal 8 ayat 4 UUK dan PKPU. 168 Penjelasan Pasal 8 ayat 4 UUK dan PKPU. bekerja pekerjaburuh dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga, maka dalam putusannya Pengadilan Niaga harus mengangkat seorang hakim pengawas dan kurator. 169 Setelah putusan pailit diterima, hakim pengawas dalam jangka waktu 3 tiga hari harus menyampaikan kepada kurator tentang rencana penyelenggaraan rapat kreditor pertama, 170 dimana rapat kreditor pertama paling lambat harus dilaksanakan 30 tiga puluh hari setelah tanggal putusan pailit diucapkan. 171 Penetapan hakim pengawas mengenai rencana penyelenggaraan rapat kreditor harus diumumkan oleh Kurator dalam Berita Negara Republik Indonesia dan paling sedikit 2 dua surat kabar harian yang ditetapkan oleh hakim pengawas, mengenai ikhtisar putusan pernyataan pailit yang memuat nama, alamat, dan pekerjaan debitor; nama hakim pengawas; nama, alamat, dan pekerjaan kurator; nama, alamat, dan pekerjaan anggota panitia kreditor sementara apabila telah ditunjuk; tempat dan waktu penyelenggaraan rapat pertama kreditor dalam waktu paling lambat 5 lima hari setelah putusan pailit diterima. 172 Selain itu juga kurator memberitahukan tentang penyelenggaraan rapat kreditor yang ditetapkan oleh hakim pengawas tersebut kepada kreditor yang dikenal dengan surat tercatat atau melalui kurir, dan dengan iklan paling sedikit dalam 2 dua surat kabar harian. 173 169 Pasal 15 ayat 1 UUK dan PKPU. 170 Pasal 86 ayat 2 UUK dan PKPU. 171 Pasal 86 ayat 1 UUK dan PKPU. 172 Pasal 15 ayat 4 UUK dan PKPU. 173 Pasal 86 ayat 3 UUK dan PKPU. Rapat kreditor merupakan forum resmi bagi para kreditor untuk memutuskan berbagai hal yang berkaitan dengan kepailitan atau Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang PKPU yang terjadi dengan dipimpin oleh seorang hakim pengawas dan wajib dihadiri oleh kurator. 174 Dalam rapat kreditor dilakukan suatu rapat verifikasi. Rapat verifikasi atau rapat pencocokan piutang dalam suatu perkara kepailitan merupakan suatu prosedur yang menentukan karena pada rapat inilah diadakan pencocokan piutang-piutang. Pada rapat ini, piutang-piutang kreditor atau utang-utang debitor yang dinyatakan pailit didata oleh kurator untuk dicocokkan mengenai benar tidaknya pengakuan sebagai kreditor, besarnya piutang kreditor maupun kedudukannya sebagai kreditor, hal ini berguna untuk melindungi debitor pailit terhadap tagihan-tagihan yang tidak ada dasarnya dan bagi pihak kreditor sebagai perlindungan terhadap kemungkinan utang-utang fiktif yang dibuat oleh debitor. 175 Rapat verifikasi atau rapat pencocokan piutang ini juga dipimpin oleh seorang hakim pengawas dan merupakan salah satu tipe dari rapat kreditor. 176 Selain itu sebagai tambahan dari rapat verifikasi, dalam rapat kreditor juga dibahas mengenai hal-hal berikut ini, antara lain : 177 a. usul untuk mengajukan perpanjangan waktu PKPU menjadi 270 hari ; b. usul untuk pemecatan atau penggantian kurator ; 174 http:www.pn-jakartapusat.go.id, “Menjadi Kreditor yang Efektif dalam Perkara Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang PKPU”, diakses tanggal 25 Mei 2009. Lihat juga Pasal 85 UUK dan PKPU. 175 Disriani Latifah, “Eksekusi Putusan Pailit”, http:staff.blog.vi.ac.iddisriani.latifah2008 1030eksekusi-putusan-pailit, diakses tanggal 25 Mei 2009. 176 http:www.pn-jakartapusat.go.id, Op.Cit.. 177 Ibid. c. usul untuk pembubaran atau penggantian panitia kreditor sementara yang telah ditunjuk oleh pengadilan sebelumnya dan menggantinya dengan panitia kreditor tetap ; d. usul untuk menyetujui rencana perdamaian ; e. cara untuk menjual harta atau asset debitor dalam perkara kepailitan. Dalam rapat pencocokkan piutang inilah semua kreditor termasuk pekerjaburuh wajib menyerahkan piutangnya masing-masing kepada kurator disertai perhitungan atau keterangan tertulis lainnya yang menunjukkan sifat dan jumlah piutang, disertai dengan surat bukti atau salinannya, dan suatu pernyataan ada atau tidaknya kreditor mempunyai suatu hak istimewa, hak gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotek, hak agunan atas kebendaan lainnya, atau hak untuk menahan benda. 178 Adapun bukti-bukti surat yang harus dilampirkan oleh pekerjaburuh adalah surat perjanjian kerja sebagai bukti bahwa memang pekerjaburuh yang mendaftarkan hak tagih adalah benar pekerjaburuh dari perusahaan yang dinyatakan pailit. Selain perjanjian kerja juga dilampirkan slip gaji terakhir dari pekerjaburuh untuk membuktikan besaran upah yang harus diterima oleh pekerjaburuh atas pembagian dari harta pailit. Apabila telah ada putusan P4, maka putusan P4 tersebut yang akan digunakan oleh kurator dalam perhitungan besaran utang yang akan dibayarkan kepada pekerjaburuh. 179 Debitor wajib hadir sendiri tanpa kuasa dalam rapat pencocokkan utang agar dapat memberikan keterangan yang diminta oleh hakim pengawas mengenai sebab 178 Pasal 115 ayat 1 UUK dan PKPU. 179 Wawancara dengan Agus Subroto, mantan hakim Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dan Mantan Ketua Pengadilan Negeri Tanjung Pinang Kepulauan Riau yang sekarang menjabat sebagai Ketua Pengadilan Negeri dan Niaga Semarang, pada tanggal 15 Juli 2009. musabab kepailitan dan keadaan harta pailit, selain itu kreditor juga dapat meminta keterangan dari debitor pailit mengenai hal-hal yang dikemukakan melalui hakim pengawas dan pertanyaan yang diajukan kepada debitor pailit dan jawaban yang diberikan olehnya, wajib dicatat dalam berita acara. 180 Kurator wajib mencocokkan perhitungan piutang yang diserahkan kreditor dengan catatan yang telah dibuat sebelumnya dan keterangan debitor pailit atau berunding dengan kreditor jika terdapat keberatan terhadap penagihan yang diterima 181 Kurator juga berhak meminta kepada kreditor agar memasukkan surat yang belum diserahkan, termasuk memperlihatkan catatan dan surat bukti asli. 182 Kurator juga wajib memasukkan piutang yang disetujuinya ke dalam suatu daftar piutang yang sementara diakui, sedangkan piutang yang dibantah termasuk alasannya dimasukkan ke dalam daftar tersendiri. 183 Dalam daftar tersebut dibubuhkan pula catatan terhadap setiap piutang apakah menurut pendapat kurator piutang yang bersangkutan diistimewakan atau dijamin dengan gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, hak agunan atas kebendaan lainnya, atau hak untuk menahan benda bagi tagihan yang bersangkutan dapat dilaksanakan. Apabila kurator hanya membantah adanya hak untuk didahulukan atau adanya hak untuk menahan benda, piutang yang 180 Pasal 121 UUK dan PKPU. Dalam hal yang dinyatakan pailit suatu badan hukum, maka kewajiban itu menjadi tanggungjawab pengurus badan hukum tersebut Pasal 122 UUK dan PKPU. 181 Pasal 116 ayat 1 UUK dan PKPU. 182 Pasal 116 ayat 2 UUK dan PKPU. 183 Pasal 117 UUK dan PKPU. bersangkutan harus dimasukkan dalam daftar piutang yang sementara diakui berikut catatan kurator tentang bantahan serta alasannya. 184 Di dalam proses kepailitan sendiri dikenal tiga macam kreditor, yaitu kreditor separatis, kreditor preferen, dan kreditor konkuren. 185 Pembedaan tersebut menurut UUK dan PKPU, berhubungan dengan posisi kreditor bersangkutan dalam proses pembagian harta pailit. Secara teoritis, kreditor dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu : 186 1. kreditor dengan jaminan secured creditor yang terdiri dari pemegang hak gadai dan atau fidusia jaminan benda bergerak dengan kepercayaan serta pemegang hak tanggungan dan atau hipotek jaminan benda tidak bergerak ; dan 2. kreditor tanpa jaminan unsecured creditor baik yang dapat memiliki hak istimewa umum maupun khusus maupun yang tidak memiliki hak istimewa konkuren. Kreditor pemegang gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotek, atau hak agunan atas kebendaan lainnya atau kreditor dengan jaminan disebut kreditor separatis, karena berdasarkan Pasal 55 UUK dan PKPU, kreditor tersebut berwenang untuk mengeksekusi haknya seolah-olah tidak terjadi kepailitan. Separatis di sini berarti terpisahnya hak eksekusi atas benda-benda yang dijaminkan dari harta yang 184 Pasal 118 UUK dan PKPU. 185 Dalam penjelasan Pasal 2 ayat 1 UUK dan PKPU disebutkan bahwa yang dimaksud dengan “Kreditor” dalam ayat ini adalah baik kreditor konkuren, kreditor separatis, maupun kreditor preferen. Khusus mengenai kreditor separatis dan kreditor preferen, mereka dapat mengajukan permohonan pernyataan pailit tanpa kehilangan hak agunan atas kebendaan yang mereka miliki terhadap harta debitor dan haknya untuk didahulukan. 186 Imam Nasima dan Eryanto Nugroho, Op.Cit. dimiliki debitor yang dipailitkan. Dengan begitu, kreditor separatis mendapatkan posisi paling utama dalam proses kepailitan sehubungan dengan hak atas kebendaan yang dijaminkan untuk piutangnya sepanjang nilai piutang yang diberikan oleh kreditor separatis tidak jauh melampaui nilai benda yang dijaminkan dan kreditor berkuasa atas benda itu, maka proses kepailitan tidak akan banyak berpengaruh pada pemenuhan pembayaran piutang kreditor tersebut. Apalagi kalau pembayaran cicilan utang secara berkala juga telah dipenuhi oleh debitor. 187 Apabila kuasa atas benda yang dijaminkan ada pada debitor pailit atau pada kurator, maka hak eksekusi terpisah tersebut ditangguhkan untuk jangka waktu paling lama 90 sembilan puluh hari sejak pernyataan pailit dijatuhkan. 188 Sedangkan apabila nilai eksekusi benda tersebut ternyata tidak cukup untuk menutup utang debitor, maka kreditor separatis dapat meminta dirinya ditempatkan pada posisi kreditor konkuren untuk menagih sisa piutangnya. 189 Kreditor konkuren atau kreditor biasa adalah kreditor pada umumnya tanpa hak jaminan kebendaan atau hak istimewa. Menurut KUHPerdata, mereka memiliki kedudukkan yang setara dan memiliki hak seimbang proposional atas piutang- piutang mereka. Ketentuan tersebut juga dinamakan prinsip “paritas creditorium”. Kreditor preferen berarti kreditor yang memiliki hak istimewa atau hak prioritas. UUK dan PKPU memakai istilah hak-hak istimewa, sebagaimana diatur di 187 Ibid. 188 Pasal 56 ayat 1 UUK dan PKPU. 189 Lihat Pasal 60 ayat 3, Pasal 138 dan Pasal 189 ayat 5 UUK dan PKPU. dalam Pasal 1139 dan 1149 KUHPerdata. 190 Hak istimewa mengandung arti “hak yang oleh undang-undang diberikan kepada seorang berpiutang sehingga tingkatnya lebih tinggi daripada orang berpiutang lainnya. 191 Menurut KUHPerdata, ada dua jenis hak istimewa, yaitu hak istimewa khusus Pasal 1139 dan hak istimewa umum Pasal 1149. Hak istimewa khusus berarti hak istimewa yang menyangkut benda-benda tertentu, sedangkan hak istimewa umum menyangkut seluruh benda. Sesuai dengan ketentuan KUHPerdata pula, hak istimewa khusus didahulukan atas hak istimewa umum Pasal 1138. Sedangkan menurut Jerry Hoff, ada tiga kategori kreditor yang diistimewakan kreditor preferen yaitu : 192 1. creditors who have statutory priority : yaitu kreditor istimewa yang mempunyai prioritas berdasarkan perundang-undangan sebagaimana diatur dalam Pasal 1139 KUHPerdata mempunyai prioritas khusus dan Pasal 1149 KUHPerdata mempunyai prioritas umum ; 2. creditors who have non-statutory : yaitu kreditor istimewa bukan berdasarkan undang-undang yang terdiri dari hak untuk menahan barang, penahanan atas title retention of title, perjumpaan utang kompensasi, set-off, hak penjual untuk menuntut kembali barangnya, dan hak untuk mengakhiri suatu perjanjian ; serta 190 Penjelasan Pasal 60 ayat 2 UUK dan PKPU. 191 Lihat Pasal 1134 KUHPerdata. 192 Jerry Hoff, Indonesian Bankruptcy Law, Jakarta: Tatanusa, 1999, hal. 112, dalam M. Hadi Subhan, Op.Cit, hal. 145. 3. estate creditors : yaitu kreditor yang mempunyai piutang atas harta pailit utang harta pailit seperti upah kurator, biaya pemberesan harta pailit, upah karyawan sejak tanggal pailit. Meskipun memiliki keistimewaan dibanding hak-hak yang dimiliki orang berpiutang pada umumnya, posisi pemegang hak istimewa pada dasarnya masih berada di bawah pemegang hak gadai atau hipotik, 193 sehubungan dengan benda- benda yang dijaminkan. Sehingga dapat disimpulkan, posisi pemegang hak jaminan kebendaan kreditor separatis pada dasarnya lebih tinggi dari pemegang hak istimewa kreditor preferen untuk benda-benda yang dijaminkan, dengan beberapa pengecualian, seperti biaya-biaya perkara 194 atau tagihan pajak. 195 Sedangkan posisi dua jenis kreditor tersebut berada di atas posisi kreditor konkruen atau kreditor biasa yang menunggu pembagian pembayaran tagihan secara merata dari harta pailit menurut prinsip keseimbangan. Apabila tagihan kreditor separatis ternyata lebih tinggi dari nilai jaminan mereka, maka mau tidak mau mereka harus menagih sisa piutangnya sebagai kreditor konkruen. Dengan kata lain, posisi mereka menjadi di bawah posisi kreditor preferen. Tagihan pembayaran upah buruh dikategorikan sebagai hak istimewa. Ketentuan tersebut diatur dalam Pasal 95 ayat 4 UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. 193 Pasal 1134 KUHPerdata. 194 Pasal 1149 KUHPerdata. 195 Pasal 21 ayat 3 UU Nomor 16 Tahun 2000 Tentang Perubahan Kedua atas UU Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan. Pasal 95 ayat 4 UU Nomor 13 Tahun 2003 : “Dalam perusahaan dinyatakan pailit atau dilikuidasi berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka upah dan hak-hak lainnya dari pekerjaburuh merupakan utang yang didahulukan pembayarannya”. Dalam penjelasan pasal tersebut dinyatakan bahwa “yang dimaksud didahulukan pembayarannya adalah upah pekerja atau buruh harus dibayar lebih dahulu daripada utang lainnya”. Begitu juga dalam ketentuan Pasal 39 ayat 2 UUK dan PKPU menyatakan bahwa : “sejak tanggal putusan pernyataan pailit diucapkan, upah yang terutang sebelum maupun sesudah pernyataan pailit diucapkan merupakan utang harta pailit”. Dengan sendirinya, kurator wajib untuk mencatat, sekaligus mencantumkan sifat istimewa pembayaran upah yang merupakan utang harta pailit dalam daftar utang harta pailit. 196 Daftar tersebut harus diumumkan pada khalayak umum sebelum akhirnya dicocokan dengan tagihan yang diajukan oleh kreditor sendiri. 197 Apabila kemudian ada perselisihan antara daftar yang telah dibuat oleh kurator sebelumnya dengan tagihan pekerjaburuh, maka hakim pengawas berwenang untuk mendamaikan. Dan jika perselisihan tetap belum selesai, maka hakim pengawas memerintahkan kedua belah pihak untuk menyelesaikan perselisihan 196 Lihat Pasal 102 dan Pasal 100 UUK dan PKPU. 197 Pasal 103 dan Pasal 116 UUK dan PKPU. tersebut di pengadilan, yang disebut prosedur renvooi. 198 Pemeriksaan terhadap renvooi dilakukan oleh majelis hakim Pengadilan Niaga yang telah menjatuhkan putusan pailit, sehingga tidak perlu diadakan gugatan secara terpisah, dimana hakim pengawas cukup menunjuk pihak-pihak untuk hadir dipersidangan Pengadilan Niaga. 199 Tujuan prosedur renvooi ini menurut Paulus Effendi Lotulung adalah untuk menyelesaikan sengketa-sengketa yang timbul dalam rapat verifikasi serta pemeriksaannya dilakukan secara sumir. 200 Sekilas, posis tawar buruh dalam memperjuangkan pembayaran upahnya sudah cukup kuat, karena : 201 1. tagihan pembayaran upah pekerja adalah tagihan yang diistimewakan ; 2. telah ada pengakuan undang-undang bahwa pembayaran upah menjadi utang pailit ; dan 3. apabila terjadi perbedaan antara hitungan pekerja dan daftar yang dikeluarkan oleh kurator, ada peran instansi pengadilan yang akan menengahi permasalahan tersebut. Menurut Imam Nasima dan Eryanto Nugroho posisi preferen didahulukan yang dimiliki oleh buruh tidak dapat begitu saja didahului. Meskipun begitu ada 198 Imam Nasima dan Eryanto Nugroho, “Pembayaran Upah Buruh dalam Proses Kepailitan”, http:hukumonline.comdetail.asp?id=19037cl=kolom, hal. 3. Lihat juga ketentuan Pasal 127 ayat 1 UUK dan PKPU. 199 Wawancara dengan Agus Subroto, mantan hakim niaga Jakarta Pusat dan mantan Ketua Pengadilan Negeri Tanjung Pinang Kepulauan Riau, yang sekarang menjabat sebagai Ketua Pengadilan Negeri dan Niaga Semarang, pada tanggal 2 Juli 2009. 200 Paulus Effendi Lotulung dalam Rudhy A. Lontoh, et.al., Op.Cit, hal. 392. 201 Ibid, hal. 3. beberapa kondisi di mana buruh tidak mendapatkan pembayaran upahnya, yaitu : 202 1. Pertama : ketika terjadi insolvensi parah. Artinya, tidak ada lagi biaya yang dapat dibayarkan dari harta pailit atau harta pailit hanya cukup untuk membayar biaya- biaya perkara dan tagihan pajak. Dalam kondisi tersebut, mau tidak mau pekerja tidak akan mendapatkan apa-apa. 2. Kedua : ketika harta pailit hanya berupa benda-benda yang dijaminkan kepada kreditor separatis. Apabila nilai tagihan kreditor separatis melampaui nilai dari benda-benda yang dieksekusi, maka otomatis tidak ada lagi yang tersisa dari harta pailit. Namun, apabila nilai eksekusi dapat menutup piutang pemegang hak jaminan, maka sisanya masih dapat dibagi. Tentu saja posisi buruh ada di bawah biaya-biaya perkara temasuk upah kurator dan tagihan pajak. Meskipun tidak jelas seberapa tinggi utang tersebut harus didahulukan, namun paling tidak telah tersurat adanya keistimewaan hak atas pembayaran upah buruh. Artinya, sebelum harta pailit dibagikan kepada kreditor konkruen, maka tagihan yang diajukan oleh pihak-pihak pemegang hak istimewa harus dipenuhi lebih dahulu. 203 202 Imam Nasima dan Eryanto Nugroho, Loc.Cit. 203 Ibid, hal. 2.

2. Dalam Permohonan Pernyataan Pailit Yang Diajukan Oleh PekerjaBuruh

Dokumen yang terkait

Tinjauan Yuridis Atas Kewenangan Pengadilan Niaga Dalam Memutus Perkara Kepailitan Dengan Adanya Klausul Arbitrase Dalam Perjanjian Para Pihak Yang Bersengketa

3 84 83

Analisis Hukum Putusan Pengadilan Agama Yang Memutuskan Sertipikat Hak Milik Atas Tanah Tidak Berkekuatan Hukum (Studi Kasus : Putusan Pengadilan Agama Tebing Tinggi No. 52/Pdt.G/2008/PA-TTD jo. Putusan Pengadilan Tinggi Agama Sumatera Utara No. 145/Pdt.G

3 62 135

Sikap Pengadilan Terhadap Penyelesaian Sengketa Atas Merek Dagang Terkenal (Studi Pada Putusan Pengadilan Niaga Medan)

1 33 187

Kewenangan Kreditur Dalam Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Menurut UU No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (Studi Terhadap Putusan Pengadilan Niaga No. 05/ PKPU/ 2010/ PN. Niaga – Medan)

2 52 135

Analisis Yuridis Kompetensi Pengadilan Niaga Dalam Perkara Kepailitan (Studi Kasus Terhadap Putusan Nomor 65/PAILIT/2010/PN.NIAGA.JKT.PST)

1 81 151

Kewenangan Pengadilan Niaga Dalam Mengadili Tuntutan Pekerja/Buruh Atas Upah Atau Uang Pesangon Yang Tidak Dibayar Oleh Perusahaan (Analisa Terhadap Putusan Pengadilan Niaga No. 49/Pailit/2004/PN.Niaga/Jkt. Pst Dan Putusan Pengadilan Niaga No. 41/Pailit/2

7 174 169

Analisis Utang Pada Beberapa Putusan Perkara Kepailitan Pada Pengadilan Niaga Dan Mahkamah Agung

0 23 56

Penetapan Sementara Pengadilan Niaga Dalam Hukum Merek Di Indonesia

0 23 150

Kedudukan Hukum Penjamin (Personal Guarantee) dengan Pembebanan Hak Tanggungan dan Akibat Hukum Kepailitan Perseroan Terbatas (Studi Putusan Pengadilan Niaga No. 31/Pailit/2011/PN.Niaga.Sby)

2 11 9

Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Merek Dagang Asing di Indonesia (Analisis Putusan Pengadilan Niaga Nomor:69/PDT.SUS/Merek/2013/PN.Niaga.Jkt.Pst.)

1 16 0