dari perikatan sempurna adanya schuld dan haftung. Dengan demikian, jelas bahwa utang yang lahir dari perikatan alamiah adanya schuld tanpa haftung tidak dapat
dimajukan untuk permohonan pernyataan pailit. misalnya utang yang lahir dari perjudian. Meskipun utang yang lahir dari perjudian telah jatuh waktu, hal ini tidak
melahirkan hak kepada kreditor untuk menagih utang tersebut. Dengan demikian, meskipun debitor mempunyai kewajiban untuk melunasi utang itu, kreditor tidak
mempunyai alas hak untuk menuntut pemenuhan utang tersebut. Dengan demikian kreditor tidak berhak memajukan permohonan pailit atas utang yang lahir dari
perjudian.
162
5. Pembuktian Sederhana
Pembuktian sederhana dalam memutuskan permohonan pernyataan pailit terdapat dalam Faillissements Verordening, UU Nomor 4 Tahun 1998, dan UUK dan
PKPU, Faillissements Verordening menentukan pembuktian sederhana dilakukan terhadap adanya peristiwa-peristiwa atau keadaan-keadaan yang menunjukkan deditor
dalam keadaan telah berhenti membayar utang-utangnya, dan jika permohonan pernyataan pailit diajukan oleh seorang kreditor, maka terdapat hak penagihan dari
kreditor ini.
163
Pendapat yang berkembang berkaitan dengan pembuktian sederhana pada masa Faillissements Verordening antara lain adalah pembuktian tentang debitor
dalam keadaan berhenti membayar harus dilakukan secara sederhana summier.
162
Jono, Op.Cit, hal. 11-12.
163
Pasal 6 ayat 5 Faillissements Verordening.
Artinya, pengadilan di dalam memeriksa permohonan pernyataan pailit tidak perlu terikat dalam sistem pembuktian dan alat-alat bukti yang ditentukan dalam hukum
acara perdata.
164
Berdasarkan UU Nomor 4 Tahun 1998, fakta atau keadaan yang terbukti secara sederhana berkaitan dengan persyaratan permohonan pernyataan pailit, yaitu
adanya dua kreditor atau lebih, debitor telah tidak membayar terhadap satu orang kreditornya, dan pembuktian terhadap adanya satu utang yang telah jatuh waktu dan
dapat ditagih.
165
Terhadap permohonan pernyataan pailit yang diajukan oleh kreditor, maka pembuktian mengenai hak tagih kreditor pun dilakukan secara sederhana.
166
UUK dan PKPU menentukan fakta atau keadaan yang terbukti secara sederhana apabila persyaratan untuk dinyatakan palit telah terpenuhi.
167
Walaupun terdapat selisih besarnya jumlah utang antara debitor dengan kreditor hal tersebut
tidak menghalangi untuk dijatuhkannya putusan pernyataan pailit kepada debitor.
168
F. Kewenangan Pengadilan Niaga Dalam Mengadili Tuntutan PekerjaBuruh
Atas Upah Atau Uang Pesangon Yang Tidak Dibayar Oleh Perusahaan 1.
Dalam Perusahaan Yang Telah Dinyatakan Pailit
Kepentingan pekerjaburuh terhadap suatu perusahaan yang dinyatakan pailit adalah berkaitan dengan pembayaran upah dan pesangon. Apabila perusahaan tempat
164
Zainal Asikin, Op.Cit, hal. 28. Lihat juga Pasal 164 HIR248 RBg, dan Pasal 1866 KUHPerdata mengenai alat-alat bukti yaitu alat bukti tertulis, saksi, persangkaan-persangkaan,
pengakuan, dan sumpah.
165
Lihat Pasal 1 ayat 1 dan Pasal 6 ayat 3 UU Nomor 4 Tahun 1998.
166
Penjelasan Pasal 6 ayat 3 UU Nomor 4 Tahun 1998.
167
Pasal 8 ayat 4 UUK dan PKPU.
168
Penjelasan Pasal 8 ayat 4 UUK dan PKPU.
bekerja pekerjaburuh dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga, maka dalam putusannya Pengadilan Niaga harus mengangkat seorang hakim pengawas dan
kurator.
169
Setelah putusan pailit diterima, hakim pengawas dalam jangka waktu 3 tiga hari harus menyampaikan kepada kurator tentang rencana penyelenggaraan
rapat kreditor pertama,
170
dimana rapat kreditor pertama paling lambat harus dilaksanakan 30 tiga puluh hari setelah tanggal putusan pailit diucapkan.
171
Penetapan hakim pengawas mengenai rencana penyelenggaraan rapat kreditor harus diumumkan oleh Kurator dalam Berita Negara Republik Indonesia dan paling
sedikit 2 dua surat kabar harian yang ditetapkan oleh hakim pengawas, mengenai ikhtisar putusan pernyataan pailit yang memuat nama, alamat, dan pekerjaan debitor;
nama hakim pengawas; nama, alamat, dan pekerjaan kurator; nama, alamat, dan pekerjaan anggota panitia kreditor sementara apabila telah ditunjuk; tempat dan
waktu penyelenggaraan rapat pertama kreditor dalam waktu paling lambat 5 lima hari setelah putusan pailit diterima.
172
Selain itu juga kurator memberitahukan tentang penyelenggaraan rapat kreditor yang ditetapkan oleh hakim pengawas tersebut kepada kreditor yang dikenal
dengan surat tercatat atau melalui kurir, dan dengan iklan paling sedikit dalam 2 dua surat kabar harian.
173
169
Pasal 15 ayat 1 UUK dan PKPU.
170
Pasal 86 ayat 2 UUK dan PKPU.
171
Pasal 86 ayat 1 UUK dan PKPU.
172
Pasal 15 ayat 4 UUK dan PKPU.
173
Pasal 86 ayat 3 UUK dan PKPU.
Rapat kreditor merupakan forum resmi bagi para kreditor untuk memutuskan berbagai hal yang berkaitan dengan kepailitan atau Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang PKPU yang terjadi dengan dipimpin oleh seorang hakim pengawas dan wajib dihadiri oleh kurator.
174
Dalam rapat kreditor dilakukan suatu rapat verifikasi. Rapat verifikasi atau rapat pencocokan piutang dalam suatu perkara
kepailitan merupakan suatu prosedur yang menentukan karena pada rapat inilah diadakan pencocokan piutang-piutang. Pada rapat ini, piutang-piutang kreditor atau
utang-utang debitor yang dinyatakan pailit didata oleh kurator untuk dicocokkan mengenai benar tidaknya pengakuan sebagai kreditor, besarnya piutang kreditor
maupun kedudukannya sebagai kreditor, hal ini berguna untuk melindungi debitor pailit terhadap tagihan-tagihan yang tidak ada dasarnya dan bagi pihak kreditor
sebagai perlindungan terhadap kemungkinan utang-utang fiktif yang dibuat oleh debitor.
175
Rapat verifikasi atau rapat pencocokan piutang ini juga dipimpin oleh seorang hakim pengawas dan merupakan salah satu tipe dari rapat kreditor.
176
Selain itu sebagai tambahan dari rapat verifikasi, dalam rapat kreditor juga dibahas
mengenai hal-hal berikut ini, antara lain :
177
a. usul untuk mengajukan perpanjangan waktu PKPU menjadi 270 hari ;
b. usul untuk pemecatan atau penggantian kurator ;
174
http:www.pn-jakartapusat.go.id, “Menjadi Kreditor yang Efektif dalam Perkara Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang PKPU”, diakses tanggal 25 Mei 2009.
Lihat juga Pasal 85 UUK dan PKPU.
175
Disriani Latifah, “Eksekusi Putusan Pailit”, http:staff.blog.vi.ac.iddisriani.latifah2008 1030eksekusi-putusan-pailit, diakses tanggal 25 Mei 2009.
176
http:www.pn-jakartapusat.go.id, Op.Cit..
177
Ibid.
c. usul untuk pembubaran atau penggantian panitia kreditor sementara yang
telah ditunjuk oleh pengadilan sebelumnya dan menggantinya dengan panitia kreditor tetap ;
d. usul untuk menyetujui rencana perdamaian ;
e. cara untuk menjual harta atau asset debitor dalam perkara kepailitan.
Dalam rapat pencocokkan piutang inilah semua kreditor termasuk pekerjaburuh wajib menyerahkan piutangnya masing-masing kepada kurator disertai
perhitungan atau keterangan tertulis lainnya yang menunjukkan sifat dan jumlah piutang, disertai dengan surat bukti atau salinannya, dan suatu pernyataan ada atau
tidaknya kreditor mempunyai suatu hak istimewa, hak gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotek, hak agunan atas kebendaan lainnya, atau hak untuk menahan
benda.
178
Adapun bukti-bukti surat yang harus dilampirkan oleh pekerjaburuh adalah surat perjanjian kerja sebagai bukti bahwa memang pekerjaburuh yang mendaftarkan
hak tagih adalah benar pekerjaburuh dari perusahaan yang dinyatakan pailit. Selain perjanjian kerja juga dilampirkan slip gaji terakhir dari pekerjaburuh untuk
membuktikan besaran upah yang harus diterima oleh pekerjaburuh atas pembagian dari harta pailit. Apabila telah ada putusan P4, maka putusan P4 tersebut yang akan
digunakan oleh kurator dalam perhitungan besaran utang yang akan dibayarkan kepada pekerjaburuh.
179
Debitor wajib hadir sendiri tanpa kuasa dalam rapat pencocokkan utang agar dapat memberikan keterangan yang diminta oleh hakim pengawas mengenai sebab
178
Pasal 115 ayat 1 UUK dan PKPU.
179
Wawancara dengan Agus Subroto, mantan hakim Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dan Mantan Ketua Pengadilan Negeri Tanjung Pinang Kepulauan Riau yang sekarang menjabat
sebagai Ketua Pengadilan Negeri dan Niaga Semarang, pada tanggal 15 Juli 2009.
musabab kepailitan dan keadaan harta pailit, selain itu kreditor juga dapat meminta keterangan dari debitor pailit mengenai hal-hal yang dikemukakan melalui hakim
pengawas dan pertanyaan yang diajukan kepada debitor pailit dan jawaban yang diberikan olehnya, wajib dicatat dalam berita acara.
180
Kurator wajib mencocokkan perhitungan piutang yang diserahkan kreditor dengan catatan yang telah dibuat sebelumnya dan keterangan debitor pailit atau
berunding dengan kreditor jika terdapat keberatan terhadap penagihan yang diterima
181
Kurator juga berhak meminta kepada kreditor agar memasukkan surat yang belum diserahkan, termasuk memperlihatkan catatan dan surat bukti asli.
182
Kurator juga wajib memasukkan piutang yang disetujuinya ke dalam suatu daftar piutang yang sementara diakui, sedangkan piutang yang dibantah termasuk alasannya
dimasukkan ke dalam daftar tersendiri.
183
Dalam daftar tersebut dibubuhkan pula catatan terhadap setiap piutang apakah menurut pendapat kurator piutang yang
bersangkutan diistimewakan atau dijamin dengan gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, hak agunan atas kebendaan lainnya, atau hak untuk menahan benda bagi
tagihan yang bersangkutan dapat dilaksanakan. Apabila kurator hanya membantah adanya hak untuk didahulukan atau adanya hak untuk menahan benda, piutang yang
180
Pasal 121 UUK dan PKPU. Dalam hal yang dinyatakan pailit suatu badan hukum, maka kewajiban itu menjadi tanggungjawab pengurus badan hukum tersebut Pasal 122 UUK dan PKPU.
181
Pasal 116 ayat 1 UUK dan PKPU.
182
Pasal 116 ayat 2 UUK dan PKPU.
183
Pasal 117 UUK dan PKPU.
bersangkutan harus dimasukkan dalam daftar piutang yang sementara diakui berikut catatan kurator tentang bantahan serta alasannya.
184
Di dalam proses kepailitan sendiri dikenal tiga macam kreditor, yaitu kreditor separatis, kreditor preferen, dan kreditor konkuren.
185
Pembedaan tersebut menurut UUK dan PKPU, berhubungan dengan posisi kreditor bersangkutan dalam proses
pembagian harta pailit. Secara teoritis, kreditor dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
186
1. kreditor dengan jaminan secured creditor yang terdiri dari pemegang hak gadai
dan atau fidusia jaminan benda bergerak dengan kepercayaan serta pemegang hak tanggungan dan atau hipotek jaminan benda tidak bergerak ; dan
2. kreditor tanpa jaminan unsecured creditor baik yang dapat memiliki hak
istimewa umum maupun khusus maupun yang tidak memiliki hak istimewa konkuren.
Kreditor pemegang gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotek, atau hak agunan atas kebendaan lainnya atau kreditor dengan jaminan disebut kreditor
separatis, karena berdasarkan Pasal 55 UUK dan PKPU, kreditor tersebut berwenang untuk mengeksekusi haknya seolah-olah tidak terjadi kepailitan. Separatis di sini
berarti terpisahnya hak eksekusi atas benda-benda yang dijaminkan dari harta yang
184
Pasal 118 UUK dan PKPU.
185
Dalam penjelasan Pasal 2 ayat 1 UUK dan PKPU disebutkan bahwa yang dimaksud dengan “Kreditor” dalam ayat ini adalah baik kreditor konkuren, kreditor separatis, maupun kreditor
preferen. Khusus mengenai kreditor separatis dan kreditor preferen, mereka dapat mengajukan permohonan pernyataan pailit tanpa kehilangan hak agunan atas kebendaan yang mereka miliki
terhadap harta debitor dan haknya untuk didahulukan.
186
Imam Nasima dan Eryanto Nugroho, Op.Cit.
dimiliki debitor yang dipailitkan. Dengan begitu, kreditor separatis mendapatkan posisi paling utama dalam proses kepailitan sehubungan dengan hak atas kebendaan
yang dijaminkan untuk piutangnya sepanjang nilai piutang yang diberikan oleh kreditor separatis tidak jauh melampaui nilai benda yang dijaminkan dan kreditor
berkuasa atas benda itu, maka proses kepailitan tidak akan banyak berpengaruh pada pemenuhan pembayaran piutang kreditor tersebut. Apalagi kalau pembayaran cicilan
utang secara berkala juga telah dipenuhi oleh debitor.
187
Apabila kuasa atas benda yang dijaminkan ada pada debitor pailit atau pada kurator, maka hak eksekusi
terpisah tersebut ditangguhkan untuk jangka waktu paling lama 90 sembilan puluh hari sejak pernyataan pailit dijatuhkan.
188
Sedangkan apabila nilai eksekusi benda tersebut ternyata tidak cukup untuk menutup utang debitor, maka kreditor separatis
dapat meminta dirinya ditempatkan pada posisi kreditor konkuren untuk menagih sisa piutangnya.
189
Kreditor konkuren atau kreditor biasa adalah kreditor pada umumnya tanpa hak jaminan kebendaan atau hak istimewa. Menurut KUHPerdata, mereka memiliki
kedudukkan yang setara dan memiliki hak seimbang proposional atas piutang- piutang mereka. Ketentuan tersebut juga dinamakan prinsip “paritas creditorium”.
Kreditor preferen berarti kreditor yang memiliki hak istimewa atau hak prioritas. UUK dan PKPU memakai istilah hak-hak istimewa, sebagaimana diatur di
187
Ibid.
188
Pasal 56 ayat 1 UUK dan PKPU.
189
Lihat Pasal 60 ayat 3, Pasal 138 dan Pasal 189 ayat 5 UUK dan PKPU.
dalam Pasal 1139 dan 1149 KUHPerdata.
190
Hak istimewa mengandung arti “hak yang oleh undang-undang diberikan kepada seorang berpiutang sehingga tingkatnya
lebih tinggi daripada orang berpiutang lainnya.
191
Menurut KUHPerdata, ada dua jenis hak istimewa, yaitu hak istimewa khusus Pasal 1139 dan hak istimewa umum Pasal 1149. Hak istimewa khusus berarti hak
istimewa yang menyangkut benda-benda tertentu, sedangkan hak istimewa umum menyangkut seluruh benda. Sesuai dengan ketentuan KUHPerdata pula, hak istimewa
khusus didahulukan atas hak istimewa umum Pasal 1138. Sedangkan menurut Jerry Hoff, ada tiga kategori kreditor yang diistimewakan
kreditor preferen yaitu :
192
1. creditors who have statutory priority : yaitu kreditor istimewa yang mempunyai
prioritas berdasarkan perundang-undangan sebagaimana diatur dalam Pasal 1139 KUHPerdata mempunyai prioritas khusus dan Pasal 1149 KUHPerdata
mempunyai prioritas umum ; 2.
creditors who have non-statutory : yaitu kreditor istimewa bukan berdasarkan undang-undang yang terdiri dari hak untuk menahan barang, penahanan atas title
retention of title, perjumpaan utang kompensasi, set-off, hak penjual untuk menuntut kembali barangnya, dan hak untuk mengakhiri suatu perjanjian ; serta
190
Penjelasan Pasal 60 ayat 2 UUK dan PKPU.
191
Lihat Pasal 1134 KUHPerdata.
192
Jerry Hoff, Indonesian Bankruptcy Law, Jakarta: Tatanusa, 1999, hal. 112, dalam M. Hadi Subhan, Op.Cit, hal. 145.
3. estate creditors : yaitu kreditor yang mempunyai piutang atas harta pailit utang
harta pailit seperti upah kurator, biaya pemberesan harta pailit, upah karyawan sejak tanggal pailit.
Meskipun memiliki keistimewaan dibanding hak-hak yang dimiliki orang berpiutang pada umumnya, posisi pemegang hak istimewa pada dasarnya masih
berada di bawah pemegang hak gadai atau hipotik,
193
sehubungan dengan benda- benda yang dijaminkan. Sehingga dapat disimpulkan, posisi pemegang hak jaminan
kebendaan kreditor separatis pada dasarnya lebih tinggi dari pemegang hak istimewa kreditor preferen untuk benda-benda yang dijaminkan, dengan beberapa
pengecualian, seperti biaya-biaya perkara
194
atau tagihan pajak.
195
Sedangkan posisi dua jenis kreditor tersebut berada di atas posisi kreditor konkruen atau kreditor biasa
yang menunggu pembagian pembayaran tagihan secara merata dari harta pailit menurut prinsip keseimbangan. Apabila tagihan kreditor separatis ternyata lebih
tinggi dari nilai jaminan mereka, maka mau tidak mau mereka harus menagih sisa piutangnya sebagai kreditor konkruen. Dengan kata lain, posisi mereka menjadi di
bawah posisi kreditor preferen. Tagihan pembayaran upah buruh dikategorikan sebagai hak istimewa.
Ketentuan tersebut diatur dalam Pasal 95 ayat 4 UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
193
Pasal 1134 KUHPerdata.
194
Pasal 1149 KUHPerdata.
195
Pasal 21 ayat 3 UU Nomor 16 Tahun 2000 Tentang Perubahan Kedua atas UU Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan.
Pasal 95 ayat 4 UU Nomor 13 Tahun 2003 : “Dalam perusahaan dinyatakan pailit atau dilikuidasi berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, maka upah dan hak-hak lainnya dari pekerjaburuh merupakan utang yang didahulukan pembayarannya”.
Dalam penjelasan pasal tersebut dinyatakan bahwa “yang dimaksud didahulukan pembayarannya adalah upah pekerja atau buruh harus dibayar lebih
dahulu daripada utang lainnya”. Begitu juga dalam ketentuan Pasal 39 ayat 2 UUK dan PKPU menyatakan
bahwa : “sejak tanggal putusan pernyataan pailit diucapkan, upah yang terutang sebelum
maupun sesudah pernyataan pailit diucapkan merupakan utang harta pailit”. Dengan sendirinya, kurator wajib untuk mencatat, sekaligus mencantumkan sifat
istimewa pembayaran upah yang merupakan utang harta pailit dalam daftar utang harta pailit.
196
Daftar tersebut harus diumumkan pada khalayak umum sebelum akhirnya dicocokan dengan tagihan yang diajukan oleh kreditor sendiri.
197
Apabila kemudian ada perselisihan antara daftar yang telah dibuat oleh kurator sebelumnya dengan tagihan pekerjaburuh, maka hakim pengawas berwenang
untuk mendamaikan. Dan jika perselisihan tetap belum selesai, maka hakim pengawas memerintahkan kedua belah pihak untuk menyelesaikan perselisihan
196
Lihat Pasal 102 dan Pasal 100 UUK dan PKPU.
197
Pasal 103 dan Pasal 116 UUK dan PKPU.
tersebut di pengadilan, yang disebut prosedur renvooi.
198
Pemeriksaan terhadap renvooi dilakukan oleh majelis hakim Pengadilan Niaga yang telah menjatuhkan
putusan pailit, sehingga tidak perlu diadakan gugatan secara terpisah, dimana hakim pengawas cukup menunjuk pihak-pihak untuk hadir dipersidangan Pengadilan
Niaga.
199
Tujuan prosedur renvooi ini menurut Paulus Effendi Lotulung adalah untuk menyelesaikan sengketa-sengketa yang timbul dalam rapat verifikasi serta
pemeriksaannya dilakukan secara sumir.
200
Sekilas, posis tawar buruh dalam memperjuangkan pembayaran upahnya sudah cukup kuat, karena :
201
1. tagihan pembayaran upah pekerja adalah tagihan yang diistimewakan ;
2. telah ada pengakuan undang-undang bahwa pembayaran upah menjadi utang
pailit ; dan 3.
apabila terjadi perbedaan antara hitungan pekerja dan daftar yang dikeluarkan oleh kurator, ada peran instansi pengadilan yang akan menengahi permasalahan
tersebut. Menurut Imam Nasima dan Eryanto Nugroho posisi preferen didahulukan
yang dimiliki oleh buruh tidak dapat begitu saja didahului. Meskipun begitu ada
198
Imam Nasima dan Eryanto Nugroho, “Pembayaran Upah Buruh dalam Proses Kepailitan”, http:hukumonline.comdetail.asp?id=19037cl=kolom, hal. 3. Lihat juga ketentuan Pasal 127 ayat
1 UUK dan PKPU.
199
Wawancara dengan Agus Subroto, mantan hakim niaga Jakarta Pusat dan mantan Ketua Pengadilan Negeri Tanjung Pinang Kepulauan Riau, yang sekarang menjabat sebagai Ketua
Pengadilan Negeri dan Niaga Semarang, pada tanggal 2 Juli 2009.
200
Paulus Effendi Lotulung dalam Rudhy A. Lontoh, et.al., Op.Cit, hal. 392.
201
Ibid, hal. 3.
beberapa kondisi di mana buruh tidak mendapatkan pembayaran upahnya, yaitu :
202
1. Pertama : ketika terjadi insolvensi parah. Artinya, tidak ada lagi biaya yang dapat
dibayarkan dari harta pailit atau harta pailit hanya cukup untuk membayar biaya- biaya perkara dan tagihan pajak. Dalam kondisi tersebut, mau tidak mau pekerja
tidak akan mendapatkan apa-apa. 2.
Kedua : ketika harta pailit hanya berupa benda-benda yang dijaminkan kepada
kreditor separatis. Apabila nilai tagihan kreditor separatis melampaui nilai dari benda-benda yang dieksekusi, maka otomatis tidak ada lagi yang tersisa dari harta
pailit. Namun, apabila nilai eksekusi dapat menutup piutang pemegang hak jaminan, maka sisanya masih dapat dibagi. Tentu saja posisi buruh ada di bawah
biaya-biaya perkara temasuk upah kurator dan tagihan pajak. Meskipun tidak jelas seberapa tinggi utang tersebut harus didahulukan, namun
paling tidak telah tersurat adanya keistimewaan hak atas pembayaran upah buruh. Artinya, sebelum harta pailit dibagikan kepada kreditor konkruen, maka tagihan yang
diajukan oleh pihak-pihak pemegang hak istimewa harus dipenuhi lebih dahulu.
203
202
Imam Nasima dan Eryanto Nugroho, Loc.Cit.
203
Ibid, hal. 2.
2. Dalam Permohonan Pernyataan Pailit Yang Diajukan Oleh PekerjaBuruh