Landasan Konsepsional Kewenangan Pengadilan Niaga Dalam Mengadili Tuntutan Pekerja/Buruh Atas Upah Atau Uang Pesangon Yang Tidak Dibayar Oleh Perusahaan (Analisa Terhadap Putusan Pengadilan Niaga No. 49/Pailit/2004/PN.Niaga/Jkt. Pst Dan Putusan Pengadilan

Dalam sudut pandang teori atau filsafat hukum, nilai hukum dan rasa keadilan, bukan saja aneka ragam tapi dapat bertentangan satu sama lain. misalnya nilai kepastian hukum yang menuntut keseragaman dapat bertentangan dengan rasa keadilan yang menuntut ketidakseragaman karena perbedaan status atau keadaan sosial pencari keadilan dan lain-lain. Demikian pula nilai hukum mengenai bagaimana semestinya peranan hukum dalam masyarakat, nilai baik dan buruk, dan lain sebagainya sangat tergantung pada cara pandang mengenai hukum dan aliran hukum yang dianut. Salah satu indikator pelaksanaan kewajiban hakim memperhatikan nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat adalah upaya membuat putusan yang mampu memberi kepuasan kepada para pencari keadilan. Kepentingan masyarakat tidak boleh mengorbankan kepentingan pencari keadilan. Namun kepuasan tersebut tidak boleh mengorbankan kewajiban mengadili menurut hukum dan kepastian hukum. 77

2. Landasan Konsepsional

Agar tidak terjadi kekeliruan dalam memahami istilah atau konsep yang dipergunakan, maka dapat diberikan definisi operasional sebagai berikut : 77 Ibid, hal. 21. 1. Kewenangan adalah kekuasaan yang mendapatkan keabsahan atau legitimasi. 78 2. Mengadili adalah serangkaian tindakan hakim untuk menerima, memeriksa, dan memutus perkara berdasarkan asas bebas, jujur, dan tidak memihak di sidang pengadilan dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang. 79 3. Kewenangan mengadili adalah pengadilan yang berwenang mengadili sengketa tertentu sesuai dengan ketentuan yang digariskan peraturan perundang-undang. 80 4. Pengadilan Niaga adalah pengadilan yang mempunyai kewenangan absolut untuk memeriksa setiap permohonan pernyataan pailit dan PKPU, juga berwenang untuk memeriksa perkara lain yang ditetapkan dengan undang-undang. 81 5. Pengadilan Hubungan Industrial adalah pengadilan khusus yang dibentuk di lingkungan Pengadilan Negeri yang berwenang memeriksa, mengadili dan memberi putusan terhadap perselisihan hubungan industrial. 82 6. Pailit merupakan suatu keadaan dimana debitor tidak mampu untuk melakukan pembayaran-pembayaran terhadap utang-utang dari para kreditornya. 83 7. Pekerjaburuh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. 84 78 Uwes Fatoni, “Kewenangan dan Legitimasi”, http: pengantarilmupolitik.blokspot.com 200603 kewenangan-dan-legitimasi.html, diakses tanggal 4 Mei 2009. 79 Pasal 1 angka 9 UU Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana. 80 Terence Ingman, The English Legal Process, London: Blackstone, 1996, hal. 1. Dalam M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata Tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, dan Putusan Pengadilan, Op.cit, hal. 179. 81 Jono, Hukum Kepailitan, Jakarta: Sinar Grafika, 2008, hal. 84 82 Pasal 1 angka 17 UU PPHI. 83 M. Hadi Shubhan, Op.Cit, hal. 1. 84 Pasal 1 angka 9 UU PPHI, Pasal 1 angka 3 UU Nomor 13 Tahun 2003. 8. Perusahaan adalah : 85 a. setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik swasta maupun milik Negara yang mempekerjakan pekerja buruh dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain ; b. usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan mempekerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain. 9. Perselisihan hak adalah perselisihan yang timbul karena tidak dipenuhinya hak, akibat adanya pelaksanaan atau penafsiran terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, perjanjian kerja, perjanjian perusahaan, atau perjanjian kerja bersama. 86 10. Kreditor adalah orang yang mempunyai piutang karena perjanjian atau undang- undang yang dapat ditagih di muka pengadilan. 87 11. Debitor adalah orang yang mempunyai utang karena perjanjian atau undang- undang yang pelunasannya dapat ditagih di muka pengadilan. 88 12. Utang adalah kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam jumlah uang baik dalam mata uang Indonesia maupun mata uang asing, baik secara langsung maupun yang akan timbul di kemudian hari atau kontinjen, yang timbul 85 Pasal 1 angka 7 UU PPHI, Pasal 1 angka 6 UU Nomor 13 Tahun 2003. 86 Pasal 1 angka 2 UUK dan PKPU. 87 Pasal 1 angka 2 UUK dan PKPU. 88 Pasal 1 angka 3 UUK dan PKPU. karena perjanjian atau undang-undang dan yang wajib dipenuhi oleh debitor dan bila tidak dipenuhi memberi hak kepada kreditor untuk mendapat pemenuhannya dari harta kekayaan debitor. 89 13. Upah adalah hak pekerjaburuh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerjaburuh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerjaburuh dan keluarganya atas suatu pekerjaan danatau jasa yang telah atau akan dilakukan. 90 14. Uang pesangon adalah uang yang diberikan oleh perusahaan kepada pekerjaburuh yang berhenti bekerja. 91

G. Metode Penelitian 1. Jenis dan Sifat Penelitian

Untuk menjawab dan membahas permasalahan dalam penelitian ini, maka jenis penelitian yang dipergunakan adalah penelitian hukum normatif yang bersifat deskriptif analitis, yaitu penelitian ini mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan yang biasa disebut juga dengan penelitian hukum doktrinal 92 dan hanya menggambarkan tentang 89 Pasal 1 angka 6 UUK dan PKPU. 90 Pasal 1 angka 30 UU Nomor 13 Tahun 2003 91 Sri Subiandini Gultom, Aspek Hukum Hubungan Industrial, Jakarta: Inti Prima, 2008, hal. 82. 92 Ronald Dworkin menyebut penelitian semacam ini sebagai penelitian doctrinal doctrinal research, yaitu penelitian yang menganalisis hukum baik yang tertulis di dalam buku law as it is written in the book, maupun hukum yang diputuskan oleh hakim melalui proses pengadilan law as it situasi atau keadaan yang terjadi terhadap permasalahan yang telah dikemukakan dengan tujuan untuk membatasi kerangka studi kepada suatu analisis terhadap hukum dan peraturan mengenai perselisihan perburuhan dan kepailitan serta berusaha untuk memaparkan bagaimana kewenangan Pengadilan Niaga dalam mengadili tuntutan pekerjaburuh atas upah atau uang pesangon yang tidak dibayar oleh perusahaan.

2. Sumber Data

Dokumen yang terkait

Tinjauan Yuridis Atas Kewenangan Pengadilan Niaga Dalam Memutus Perkara Kepailitan Dengan Adanya Klausul Arbitrase Dalam Perjanjian Para Pihak Yang Bersengketa

3 84 83

Analisis Hukum Putusan Pengadilan Agama Yang Memutuskan Sertipikat Hak Milik Atas Tanah Tidak Berkekuatan Hukum (Studi Kasus : Putusan Pengadilan Agama Tebing Tinggi No. 52/Pdt.G/2008/PA-TTD jo. Putusan Pengadilan Tinggi Agama Sumatera Utara No. 145/Pdt.G

3 62 135

Sikap Pengadilan Terhadap Penyelesaian Sengketa Atas Merek Dagang Terkenal (Studi Pada Putusan Pengadilan Niaga Medan)

1 33 187

Kewenangan Kreditur Dalam Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Menurut UU No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (Studi Terhadap Putusan Pengadilan Niaga No. 05/ PKPU/ 2010/ PN. Niaga – Medan)

2 52 135

Analisis Yuridis Kompetensi Pengadilan Niaga Dalam Perkara Kepailitan (Studi Kasus Terhadap Putusan Nomor 65/PAILIT/2010/PN.NIAGA.JKT.PST)

1 81 151

Kewenangan Pengadilan Niaga Dalam Mengadili Tuntutan Pekerja/Buruh Atas Upah Atau Uang Pesangon Yang Tidak Dibayar Oleh Perusahaan (Analisa Terhadap Putusan Pengadilan Niaga No. 49/Pailit/2004/PN.Niaga/Jkt. Pst Dan Putusan Pengadilan Niaga No. 41/Pailit/2

7 174 169

Analisis Utang Pada Beberapa Putusan Perkara Kepailitan Pada Pengadilan Niaga Dan Mahkamah Agung

0 23 56

Penetapan Sementara Pengadilan Niaga Dalam Hukum Merek Di Indonesia

0 23 150

Kedudukan Hukum Penjamin (Personal Guarantee) dengan Pembebanan Hak Tanggungan dan Akibat Hukum Kepailitan Perseroan Terbatas (Studi Putusan Pengadilan Niaga No. 31/Pailit/2011/PN.Niaga.Sby)

2 11 9

Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Merek Dagang Asing di Indonesia (Analisis Putusan Pengadilan Niaga Nomor:69/PDT.SUS/Merek/2013/PN.Niaga.Jkt.Pst.)

1 16 0