Proses Pertanian Jeruk 1980-1995

Barus memulai budidaya tanaman jeruk ini dengan menanam 400 batang jeruk manis di tanah seluas satu hektar. Ketertarikan Norsan Barus untuk menanam jeruk ini setelah melihat keberhasilan petani-petani jeruk diberbagai daerah yang ada di Tanah Karo. Norsan Barus kemudian meminta bibit jeruk dari salah seorang temannya bernama Johannis Ginting yang tinggal di Desa Barus Julu. Percobaan Norsan Barus dalam menggeluti usaha bertani jeruk ternyata membuahkan hasil yang cukup memuaskan. Hal ini kemudian membangkitkan minat masyarakat Desa Tangkidik untuk mengikuti jejak Norsan Barus dalam menanam jeruk. Tanaman ini dianggap sebagai tanaman komersil oleh masyarakat Desa Tangkidik yang dapat meningkatkan taraf hidupnya. Pertanian jeruk tentunya membutuhkan lahan yang dapat digunakan dalam jangka panjang karena tanaman ini termasuk jenis tanaman yang berumur panjang. Namun hal tersebut tidak menjadi masalah karena masyarakat Desa Tangkidik pada umumnya memiliki lahan sendiri, oleh karena itu memungkinkan untuk menanam jeruk.

3.2 Proses Pertanian Jeruk 1980-1995

Tanaman jeruk yang mempunyai nama latin citrus sp ini termasuk komoditi buah-buahan terpenting ketiga di Indonesia setelah pisang dan mangga. Hal ini tidak terlepas dari banyaknya minat masyarakat untuk mengkonsumsi buah ini yang berdampak pada perluasan areal pertanian jeruk untuk meningkatkan produksi. Penanaman jeruk oleh masyarakat Desa Tangkidik dilakukan dengan berbagai cara. Pertama, pohon-pohon jeruk ditanam dengan tanaman muda lainnya secara Universitas Sumatera Utara berdampingan. Cara seperti ini sering disebut dengan sistem tumpang sari. Tanaman- tanaman muda yang ditanam di antara pohon-pohon jeruk beranekaragam seperti cabe, sayur-sayuran, padi, kacang, ubi dan sebagainya. Penanaman tanaman muda ini dimaksudkan untuk menambah kesuburan tanah sekaligus menambah penghasilan keluarga. Tanaman jeruk sudah dapat dipanen setelah pokoknya berumur lima tahun. Oleh karena waktu lima tahun cukup lama untuk menunggu hasil panen sehingga petani seringkali menambah pemasukan dengan menanam tanaman-tanaman muda tersebut diantara pohon jeruk. Kedua, jeruk ditanam khusus dalam satu lahan secara tersendiri, artinya jeruk ditanam tanpa adanya tanaman-tanaman lain di sampingnya. Bibit yang digunakan oleh masyarakat Desa Tangkidik diperoleh dengan berbagai cara. Cara pertama yaitu dengan membeli bibit jeruk yang siap tanam di pasar-pasar tradisional. Bibit yang siap tanam adalah bibit yang sudah mempunyai usia yang cukup dan sudah distek dari jeruk asam menjadi jeruk manis. Bibit yang dijual di pasar tradisional ini berasal dari berbagai daerah seperti dari Tanah Karo sendiri, Simalungun, maupun daerah-daerah lain di luar Sumatera Utara. Masyarakat Desa Tangkidik dapat memperoleh bibit jeruk dengan harga per satu pohon yang siap ditanam. Cara kedua yaitu dengan memperoleh dari sanak saudara yang telah lebih dahulu membudidayakan tanaman jeruk ini. Dengan cara kedua ini bibit jeruk itu diperoleh dengan cara pembibitan kemudian setelah umurnya cukup baru distek oleh petani tersebut. Bibit jeruk ini diperoleh dari kebun-kebun jeruk milik masyarakat yang telah lebih dahulu membudidayakan tanaman jeruk ini. Jeruk manis di Desa Tangkidik ditanam dengan jarak yang berbeda-beda. Beberapa masyarakat Desa Tangkidik menanam jeruknya dengan jarak 4×4, 4×5 atau Universitas Sumatera Utara 6×6. Pengaturan jarak yang tidak menentu ini menyebabkan penghitungan jumlah pohon jeruk milik penduduk sulit dilakukan, bahkan oleh pemiliknya sendiri. Mayarakat Desa Tangkidik melakukan budidaya tanaman jeruk dengan pengetahuan yang sangat sederhana. Pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman saudara maupun orang lain. Masyarakat Desa Tangkidik tidak pernah mendapatkan bekal dari sekolah ataupun penyuluhan-penyuluhan yang diselenggarakan oleh dinas pertanian dalam usaha untuk membudidayakaan pertanian jeruk ini. Pemeliharaan tanaman jeruk ini dilakukan masyarakat Desa Tangkidik dengan cara yang sederhana. Pada tahun-tahun pertama penduduk melakukan perawatan terhadap jeruk di sela-sela perawatan tanaman lain yang ada diantara pohon jeruk tersebut. Hal ini dilakukan karena biasanya ditahun-tahun pertama jeruk belum banyak membutuhkan perhatian khusus. Perawatan yang intensif mulai dilakukan setelah jeruk mulai menghasilkan bunga pertama. Adapun peralatan-peralatan yang digunakan masyarakat dalam perawatan penanaman jeruk adalah seperti cangkul, pompa, arit, gunting. Cangkul ini biasa digunakan untuk membersihkan lahan-lahan yang ada di sekitar pohon jeruk tersebut. Pompa, ini digunakan untuk menyemprot jeruk tersebut. Arit ini biasanya digunakan untuk memotong rumput yang tumbuh di bawah pohon jeruk tersebut, babat ini juga biasanya dipakai unuk membersihkan atau memotong rumput. Gunting ini biasa digunakan untuk menggunting ranting-ranting yang sudah kering atau tidak bisa menghasilkan buah. Jeruk pada umumnya bisa menghasilkan buah dan dapat dipanen ketika sudah mencapai usia lima tahun. Tanaman jeruk ini dapat dipanen sebanyak dua kali Universitas Sumatera Utara setahun. Biasanya waktu pemanenan tidak dapat ditentukan, tetapi pada umumnya jeruk akan menghasilkan buah yang lebih banyak dari biasanya yakni pada bulan dua dan bulan delapan. Tidak seperti pohon karet yang waktu pemanenan getah penyadapan yang harus dilakukan pada pagi hari agar menghasilkan getah yang maksimal, pemetikan jeruk ini tidak mengenal waktu tertentu. Pemetikan jeruk dapat dilakukan kapan saja, baik itu pagi hari, siang ataupun sore. Dalam hal pemetikan jeruk, masyarakat Desa Tangkidik mengusahakan cara yang terbaik agar buah tersebut tidak rusak. Untuk itu dipekerjakanlah orang yang sudah terbiasa melakukan hal tersebut. Pemetikan buah jeruk dapat dilakukan oleh keluarga atau oleh tenaga kerja upahan. Pemetikan buah oleh keluarga dilakukan apabila jumlah pohon jeruk hanya sedikit atau pada saat harga sedang rendah. Pemetikan oleh tenaga kerja keluarga ini umumnya dilakukan dengan cara yang sangat berhati-hati. Pemetik buah jeruk upahan dilakukan apabila tenaga kerja keluarga tidak dapat memetik buah jeruk mereka karena jumlah pohon yang dimiliki sangat banyak dan pada saat harga jeruk tinggi. Berbeda dengan tenaga kerja keluarga, tenaga upahan selalu melakukannya dengan cara yang kurang hati-hati, sehingga banyak buah jeruk yang berlobang akibat salah pemetikan, cabang yang patah dan sebagainya. Cara ini dilakukan karena tenaga kerja cenderung memetik buah jeruk dengan cepat agar pekerjaan lekas selesai sehingga dapat segera pulang. Penggunaan tenaga kerja upahan semakin berkurang pada saat harga rendah. Ketika harga jeruk rendah, pemetikan buah jeruk dilakukan oleh tenaga kerja keluarga. Hal ini disebabkan, hasil panen tidak cukup untuk membayar upah tenaga Universitas Sumatera Utara kerja upahan. Pemetikan buah jeruk pada saat harga rendah seringkali menyebabkan kerugian pada si petani, namun meskipun demikian pemetikan harus tetap dilakukan agar jeruk tidak rusak.

3.3 Latar Belakang Tanaman Jeruk.