mengendalikan politik pemerintahan di Sumatera Timur umumnya dan Sibayak Barusjahe khususnya.
Berakhirnya era kekuasaan Jepang bersamaan dengan dicetuskannya proklamasi kemerdekaan Indonesia, maka struktur pemerintahan berubah pula.
Wilayah Tanah Karo yang tadinya terdiri dari lima landschap
20
menjadi sebuah kabupaten, dan terdiri dari kewedanan yaitu: Kewedanaan Karo Hilir, Kewedanan
Kabanjahe dan Kewedanan Karo Jahe. ketiga kewedanan ini, masing-masing membawahi sejumlah kecamatan, seluruhnya terdiri dari 15 kecamatan.
21
Dalam menjalani kehidupan sehari-hari masyarakat Desa Tangkidik merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Untuk kelangsungan
hidupnya setiap masyarakat harus melakukan interaksi dengan orang lain. Interaksi ini harus dilakukan karena untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya, setiap orang
pasti membutuhkan orang lain. Hal ini juga tidak terlepas dari kebutuhan ekonomi Setelah Negara Indonesia berdiri, Kerajaan Barusjahe dihapuskan, dan
berubah menjadi daerah kecamatan di Tanah Karo, dan di bawah kekuasaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kedudukan sibayak diganti menjadi seorang camat.
Camat adalah salah satu pembantu dari Bupati untuk memimpin suatu wilayah yang sudah ditentukan salah satunya adalah Kecamatan Barusjahe, dalam pemilihan
seseorang itu menjadi camat adalah bupati.
2.4 Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Tangkidik.
20
Adapun Landschap yang di maksud adalah Landschap Suka, Landschap Lingga, Landschap barusjahe, Landschap Sarinembah, dan Landschap Kuta Buluh
21
Sarjani Tarigan, op. cit., hal. 13-14.
Universitas Sumatera Utara
yang harus dipenuhi. Untuk mencukupi kebutuhan ekonomi, masyarakat Desa Tangkidik pada umumnya bekerja dengan mengolah tanahnya yakni bertani, namun
di samping bertani masyarakat Desa Tangkidik ada juga yang bekerja sebagai guru, berdagang atau dalam bidang usaha jasa.
Manusia adalah mahluk sosial yang bermasyarakat. Kehidupan manusia tidak akan sempurna jika hidup sendirian. Dengan demikian manusia harus mengadakan
interaksi dengan sesamanya untuk dapat menyesuaikan diri, dan memelihara lingkungan hidupnya.
22
Masyarakat Desa Tangkidik mengenal adanya stratifikasi sosial. Stratifikasi sosial ini tidak jelas terlihat stratifikasi sosial ini berdasarkan perbedaan tingkat umur,
perbedaan tingkat pangkat dan jabatan, perbedaan sifat keaslian dan status kawin.
23
22
Ramli Barus, ‘’Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Lama Kecamatan Pancur Batu 1950-1984’’, Skripsi S-1, Medan: USU, 1978, hal. 50.
23
Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Jakarta: Djambatan, 2004, hal. 110.
Sistem pelapisan sosial yang berdasarkan perbedaan umur tampak dalam perbedaan hak dan kewajiban terutama dalam upacara adat. Perbedaan berdasarkan
umur ini juga berlaku dalam hal pembagian warisan. Sistem pelapisan sosial yang berdasarkan pangkat dan jabatan sangat jelas
terlihat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Desa Tangkidik terdahulu. Lapisan yang paling tinggi adalah lapisan bangsawan, keturunan raja-raja dan kepala-kepala
wilayah. Lapisan ini disebut dengan lapisan biak raja. Lapisan di bawahnya adalah lapisan ginenggem.
Universitas Sumatera Utara
Sistem pelapisan sosial yang berdasarkan sifat keaslian tampak dalam perbedaan antara merga taneh atau pendiri kampung dengan penduduk yang datang
kemudian. Pada umumnya masyarakat yang masuk ke dalam kategori merga taneh ini memiliki tanah yang lebih luas dari pada penduduk yang datang kemudian.
Dalam masyarakat Desa Tangkidik khususnya dan masyarakat Karo pada umumnya dikenal sistem kekerabatan yang disebut dengan merga silima,
24
yaitu dalam etnik karo memiliki lima marga yang di jadikan sebagai identitas masyarakat
karo. Tutur siwaluh,
25
yaitu ertutur adalah salah satu ciri orang karo bila seseorang berkenalan dengan orang yang belum pernah dikenalnya. Rakut sitelu, terdiri dari
kalimbubu, senina, dan anak beru.
26
Masyarakat Desa Tangkidik memiliki ikatan kekerabatan yang sangat kuat, hal ini tidak terlepas dari hubungan kekeluargaan yang masih sangat dekat. Seperti
Masing-masing mempunyai peranannya sendiri. Perbedaan status sosial seseorang seperti kalimbubu, senina, anak beru ini hanya
berlaku di dalam acara adat. Status sosial ini tidak dipandang dari kekayaan atau kekuasaan sesorang tetapi berdasarkan kapasitasnya dalam sebuah upacara adat.
Apabila sesorang memiliki jabatan lebih tinggi di pemerintahan misalnya sebagai bupati, namun jika di dalam upacara adat dia berperan sebagai anak beru maka beliau
harus menghormati kalimbubu nya meskipun memiliki jabatan yang lebih rendah.
24
Merga silima terdiri dari lima bagian yaitu : Merga Karo-karo, Ginting, Sembiring, prangin-angin, dan Tarigan.
25
Tutur siwaluh terdiri dari delapan bagian yaitu : Sembuyak, senina, senina sepemeren, senina siparibanen, anak beru, anak beru mentri, kalimbubu, dan puang kalimbubu.
26
Kalimbubu adalah kelompok pemberi anak dara bagi keluarga merga tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari sering juga disebut dibata si la idah Tuhan yang tak tampak karena
kedudukannya yang sangat dihormati. Senina adalah orang-orang yang satu kata dalam permusyawaratan adat. Anak beru berarti anak perempuan dan dalam kehidupan sehari-hari masyrakat
Karo dikenal sebagai kelompok yang mengambil isteri dari kelurga merga tertentu.
Universitas Sumatera Utara
yang telah diuraikan penulis pada paragraf terdahulu bahwa masyarakat yang ada di Desa Tangkidik merupakan keturunan marga Barus pendiri Kerajaan Barusjahe.
Keturunan dari raja Barusjahe yang kemudian menyebar ke daerah-daerah yang dahulunya merupakan wilayah kerajaan ini.
Manusia merupakan mahluk sosial yang hidup bermasyarakat sehingga dalam memenuhi kebutuhan hidupnya manusia harus hidup saling tolong menolong sesama
manusia dalam masyarakat.
27
Salah satu contoh aktivitas gotong royong yang diadakan oleh masyarakat Desa Tangkidik yakni dalam mengadakan air ke desa dan membuat bak umum untuk
menampung air tersebut. Masyarakat Desa Tangkidik bersama-sama membuat Seperti halnya desa-desa lain di Indonesia. Desa
Tangkidik masih memegang teguh sistem gotong royong. Sistem gotong royong ini masih dijalankan masyarakat Desa Tangkidik hingga pada tahun 1995. Masyarakat
Desa Tangkidik menerapkan sistem gotong royong dalam kehidupan sehari-hari mereka misalnya dalam membangun infrastruktur desa seperti membangun kamar
mandi umum dan lain sebagainya. Aktivitas gotong royong dalam masyarakat Desa Tangkidik biasanya
diakomodir oleh kepala desa dan perangkat-perangkat desa lainnya. Para perangkat desa biasanya lebih dahulu membuat pengumuman sebelum dilakukannya gotong
royong. Apabila ada gotong royong biasanya setiap anggota masyarakat yang memiliki keinginan untuk menyumbangkan sebagian rejekinya maka ia akan
menyediakan makanan dan minuman kecil untuk masyarakat tersebut.
27
Abdul Syani, Sosiologi dan Perubahan Masyarakat, Jakarta: Pustaka Jaya, 1985, hal. 14- 15.
Universitas Sumatera Utara
saluran pipa air yang didatangkan dari gunung agar sampai ke rumah-rumah warga. Dengan demikian kebutuhan akan air di desa ini akan terpenuhi. Masyarakat Desa
Tangkidik bersama-sama mengelola dan merawat fasilitas-fasilitas umum seperti pipa saluran air dan kamar mandi umum dengan menugaskan warga secara bergilir. Setiap
kepala keluarga bergiliran meninjau ke mata air yang berada di gunung agar kondisi air tetap terjaga. Gotong royong juga dilakukan dalam pekerjaan lain seperti
memperbaiki jalan di kampung, dan membersihkan desa. Aktivitas gotong royong yang dilakukan masyarakat Desa Tangkidik secara
spontanitas yang bersifat kekeluargaan terlihat apabila ada masyarakat yang mengalami musibah kemalangan. Masyarakat Desa Tangkidik akan memberikan
bantuan berupa materi ataupun tenaga. Dalam hal ini masyarakat Desa Tangkidik tidak pernah memandang agama, suku maupun status sosialnya. Masyarakat Desa
Tangkidik menganggap bahwa mereka adalah satu keluarga yang seharusnya saling membantu. Hal seperti ini menyebabkan masyarakat Desa Tangkidik dapat hidup
berdampingan secara rukun, meskipun kadang-kadang terjadi konflik-konflik kecil antar sesama tetangga.
Demikian juga apabila salah satu dari warganya yang baru mendapatkan kehadiran seorang anak ditengah-tengah keluargannya, maka masyarakat Desa
Tangkidik terutama kaum ibu akan datang ke rumah tersebut untuk memberikan ucapan selamat. Biasanya pada waktu berkunjung mereka membawa beras dan telur
yang dimasukkan di dalam sebuah wadah yang terbuat dari anyaman daun-daunan yang lajim disebut dengan sumpit. Beras ini ditujukan untuk anak yang dilahirkan
dengan harapan anak tersebut cepat besar.
Universitas Sumatera Utara
Selain itu apabila salah satu masyarakat Desa Tangkidik mengadakan upacara pernikahan, maka semua tetangga akan menghadiri pesta tersebut untuk
mengucapkan selamat. Masyarakat Desa Tangkidik juga akan membantu si penyelenggara pesta dalam hal tenaga untuk mempersiapkan acara tersebut dan juga
dalam hal dana karena biasanya pada saat pesta diadakan setiap keluarga akan memberikan sumbangan sukarela yang lajim disebut oleh orang Karo yaitu beras
piher. Masyarakat Desa Tangkidik yang mayoritasnya adalah etnik Karo dapat hidup
berdampingan secara damai dengan etnik pendatang. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Desa Tangkidik merupakan masyarakat yang terbuka dan memiliki rasa
toleransi yang cukup tinggi. Hubungan yang erat dan saling memiliki antara masyarakat Desa Tangkidik tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini terlihat
dari beberapa hal seperti apabila ada masyarakat yang sakit atau tertimpa musibah, maka masyarakat akan saling mengunjungi dan memberikan bantuan semampunya.
Penduduk asli Desa Tangkidik dan penduduk pendatang dapat hidup berdampingan secara harmonis. Adanya pernikahan antara penduduk asli dengan
penduduk pendatang sangat mendukung keharmonisan dalam kehidupan sehari-hari. Adanya pernikahan ini menyebabkan terjalinnya hubungan kekeluargaan antara satu
sama lain sehingga timbul rasa saling memiliki dan menghormati. Aktivitas gotong royong yang bersifat ekonomi di Desa Tangkidik akan
terlihat dalam kehidupan masyarakat petani. Dalam suku Karo kegiatan gotong royong yang dilakukan untuk kegiatan pertanian disebut aron. Kelompok aron ini
pada dasarnya berasaskan kekeluargaan. Kelompok aron biasanya bekerja di ladang
Universitas Sumatera Utara
ataupun di sawah secara berkelompok. Mereka terlebih dahulu mengerjakan sawah yang perlu dikerjakan lalu kemudian sawah berikutnya hingga seluruh sawah atau
ladang setiap anggota kelompok selesai dikerjakan. Namun akibat perkembangan teknologi dan dorongan ekonomi yang semakin meningkat mengakibatkan rasa
kebersaman antara mereka semakin berkurang dan mengakibatkan sistem kerja aron lambat laun mengarah pada sistem pengupahan.
Upaya manusia untuk memenuhi kebutuhannya sudah berlangsung sejak manusia itu ada. Banyak hal yang menjadi pendorong terhadap usaha memenuhi
kebutuhan tersebut, diantaranya dorongan yang bersifat alamiah, baik untuk mempertahankan diri, mengembangkan diri maupun untuk mempertahankan
kelompok. Selain itu dorongan yang bersifat sosial juga ikut berperan karena manusia itu adalah mahluk sosial yang ingin hidup berkelompok.
Orang Karo yang terlahir sebagai masyarakat agraris sudah sejak dahulu handal dalam mengolah lahan pertanian. Dengan demikian tidak mengherankan
apabila masyarakat Desa Tangkidik pada umumnya hidup dari usaha mengolah tanah bertani. Kegiatan pertanian telah digeluti oleh masyarakat Desa Tangkidik sejak
zaman dahulu kala. Dalam bidang pola tanam dan tertib tanam, seperti halnya orang Karo pada
umumnya, masyarakat Desa Tangkidik masih sangat lemah dalam hal mengantisipasi kebutuhan pasar. Hal ini dapat dilihat dari contoh berikut, ketika harga cabe di
pasaran mahal maka masyarakat kemudian menanamnya secara bersamaan yang akhirnya kelebihan produk dan menyebabkan harga turun. Ketika tanaman
Universitas Sumatera Utara
pertaniannya tidak menguntungkan, tanpa pikir panjang para petani menggantinya
dengan tanaman lain.
Bagi sebahagian besar masyarakat Desa Tangkidik bertani adalah mata pencaharian utama, namun untuk sebahagian orang bertani merupakan pekerjaan
sampingan. Hal ini terjadi karena sebagian kecil masyarakat Desa Tangkidik memiliki pekerjaan lain seperti berdagang, usaha jasa terutama dalam bidang
transportasi, guru dan pegawai di kantor-kantor pemerintahan. Biasanya mereka mengolah lahannya pada saat waktu senggang atau setelah pulang dari bekerja.
Universitas Sumatera Utara
BAB III KONDISI PERTANIAN JERUK DI DESA TANGKIDIK 1980-1995
3.1 Awal Mula Pertanian Jeruk Di DesaTangkidik.