Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa mata pencaharian utama penduduk Desa Desagajah adalah dari sektor pertanian yang mencapai 838 jiwa. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa jenis-jenis mata pencaharian lain seperti pegawai negeri ataupun pedagang belum dapat menggeser sektor pertanian sebagai mata pencaharian utama
di Desa Desagajah.
2.6. Sistem Kemasyarakatan
Setiap masyarakat memiliki suatu sistem kemasyarakatan yang mana sistem tersebut berfungsi untuk mengatur kehidupan masyarakat tersebut. Sistem
kemasyarakatan pada masyarakat Batak Toba di Desa Desagajah tidak berbeda dengan sistem kekerabatan masyarakat Batak Toba di daerah lain.
Dimana dalam masyarakat Batak Toba terdapat sebuah sistem sosial kemasyarakatan yang disebut Dalihan Na Tolu. Secara harfiah, Dalihan Na Tolu
mengandung arti “tungku yang tiga”. Dalihan Na Tolu terdiri dari tiga unsur dasar yaitu hula-hula, boru, dongan tubu. Berikut ini penulis akan menguraikan secara
singkat pengertian umum dari ketiga unsur Dalihan Na Tolu tersebut. Yang pertama adalah hula-hula yaitu pihak orang tua dan saudara dari pihak
keluarga perempuan atau pihak pemberi istri dalam suatu perkawinan pada masyarakat Batak Toba. Pada masyarakat Batak Toba hula-hula merupakan golongan
yang harus dihormati, karena hula-hula dalam masyarakat Batak Toba dianggap sebagai pemberi berkat. Sehingga sudah menjadi kewajiban bagi masyarakat Batak
Toba untuk menghormati hula-hulanya.
Universitas Sumatera Utara
Yang kedua adalah boru yaitu pihak keluarga penerima istri. Dalam sebuah upacara atau acara adat, pihak boru sangat berperan besar di dalam kelangsungan
acara tersebut. Sehingga tanpa kehadiran dari pihak boru maka acara tidak dapat berlangsung. Dengan demikian pihak boru juga harus mendapat perhatian dan
dilindungi oleh pihak hula-hulanya. Yang ketiga adalah dongan tubu yaitu para turunan atau saudara semarga dari
satu leluhur atau dari keturunan yang sama. Hubungan sesama dongan tubu sangatlah penting dijaga karena hubungan mereka merupakan hubungan yang telah terjalin dari
leluhur atau turunan mereka. Dalam menjaga konsep Dalihan Na Tolu pada masyarakat Batak Toba ada
pepatah yang mengatakan: “somba marhula-hula, elek marboru, manat mardongan
tubu” Gultom 1992:53. Somba marhula-hula maksudnya adalah agar pihak boru
selalu memberikan sembah kepada hula-hula, elek marboru maksudnya adalah agar pihak hula-hula selalu bersikap mangelek membujuk dan sayang terhadap pihak
boru, manat mardongan tubu maksudnya adalah agar pihak sesama marga selalu saling memperhatikan dan selalu berhati-hati dalam bersikap agar tidak terjadi sakit
hati bagi sesama dongan tubu. Selanjutnya pada masyarakat Batak Toba dapat kita lihat dengan jelas struktur
sosial dalam kehidupan masyarakatnya, dimana terdapat banyak marga klan yang merupakan suatu kelompok kekerabatan besar yang menunjukkan nama dan asal
nenek moyang serta merupakan lambang identitas suku bangsa.
Universitas Sumatera Utara
kemudian dari sistem marga tersebut dapat dilihat garis keturunan yang berlaku pada suku Batak Toba yaitu Patrilineal garis keturunan ayah. Oleh karena
itu setiap orang Batak Toba, pria maupun wanita mempunyai marga menurut marga ayahnya.
Dengan demikian dalam masyarakat Batak Toba kaum pria berfungsi sebagai pewaris dan penerus keturunan marga. Sedangkan wanita apabila berumah tangga
secara otomatis akan masuk lingkungan marga suaminya dan tidak menjadi pewaris marga bagi keturunannya.
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa marga klan pada masyarakat Batak Toba mempunyai peranan yang sangat penting di dalam kehidupan masyarakatnya.
Begitu juga jika ditinjau dari hubungan kekerabatan antar individu, marga klan juga sangat berperan dalam kehidupan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
BAB III DESKRIPSI GONDANG NAPOSO