Manortor bersama dengan iringan musik Gondang Sabangunan secara umum menimbulkan suasana kegembiraan, dengan kata lain tercipta suasana terhibur bagi
peserta yang manortor tersebut. Hal tersebut juga tetap terlihat pada palaksanaan Gondang Naposo periode yang kedua, dimana ensambel Gondang Sabangunan telah
berganti menjadi ensambel Sulkibta. Ensambel Sulkibta juga tetap memiliki fungsi hiburan bagi para peserta yang manortor, walaupun ensambel musik yang digunakan
untuk mengiringi tortor dalam acara Gondang Naposo telah mengalami perubahan menjadi Sulkibta. Hal ini terlihat pada gerakan-gerakan yang dilakukan pada saat
manortor seperti melompat dan marembas. Sehingga dapat dikatakan bahwa fungsi musik sebagai hiburan dalam acara Gondang Naposo adalah merupakan salah satu
fenomena kontinuitas yang terjaga sampai saat ini.
4.1.4. Fungsi Komunikasi
Komunikasi dengan perantaraan musik juga terlihat dalam acara Gondang Naposo yaitu komunikasi antara sesama pargonsi dan komunikasi antara pargonsi
dan peserta yang manortor. Pada periode yang pertama dimana Gondang Sabangunan sebagai musik pengiring, komunikasi antara sesama pargonsi terlihat
pada saat memainkan gondang dimana yang pertama sekali berbunyi adalah taganing kemudian dilanjutkan dengan hesek, ogung dan sarune. Dengan dibunyikannya
taganing, maka pemain alat musik yang lain mengerti dan siap untuk memainkan alat musik yang akan dimainkannya sesuai dengan urutannya.
Universitas Sumatera Utara
Demikian halnya dengan peserta yang akan manortor, walaupun telah lama bersiap untuk manortor, namun apabila sarune belum berbunyi maka mereka belum
boleh memulai gerakan tortor
18
. Komunikasi juga terjadi antara sesama perserta yang manortor, sebagai contoh pada saat orang tua manortor pada saat Gondang Pasu-
pasu dengan gerakan mengusap kepala dari naposo yang mengandung arti bahwa orang tua menyanyangi anak-anaknya.
Selain itu repertoar gondang yang dimainkan juga menyampaikan pesan
kepada semua yang hadir dalam acara Gondang Naposo tersebut. Merriam dalam skripsi Panggabean 1996:86 mengatakan bahwa musik walaupun tanpa syair
sebenarnya telah dianggap mengkomunikasikan sesuatu. Repertoar gondang yang dimainkan juga merupakan salah satu alat komunikasi yang bersifat vertikal. Sebagai
contoh pada saat Gondang Somba-somba dimainkan adalah merupakan bentuk penghormatan dan penyembahan kepada Sang Pencipta.
Sama halnya pada acara Gondang Naposo pada periode yang kedua, musik juga menjadi perantaraan komunikasi antara pargonsi dalam hal ini pemain musik
Sulkibta. Dalam ensambel Sulkibta yang pertama sekali berbunyi adalah keyboard kemudian menyusul taganing, sulim dan hasapi. Dengan dibunyikanya keyboard itu
adalah merupakan kode bagi peserta untuk memulai manortor. Dari uraian tersebut di atas kita dapat melihat bahwa pada acara Gondang
Naposo di Desa Desagajah yang dibagi kedalam dua periode, fungsi musik sebagai
18
Wawancara dengan Sitohang tanggal 12 Agustus 2008
Universitas Sumatera Utara
komunikasi antara sesama pargonsi dan antara pargonsi dengan peserta juga tetap terlihat sebagai suatu fenomena kontinuitas dalam acara Gondang Naposo walaupun
dalam hal musik pengiring telah mengalami perubahan.
4.1.5. Fungsi Kesinambungan Budaya