Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Seni adalah suatu nilai hakiki yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Dunia seni adalah dunia kita bersama. Hidup dan matinya merupakan tanggung jawab kita bersama pula Maran 2000:103. Kesenian tidak pernah lepas dari peran masyarakatnya. Sebagai salah satu bagian yang paling penting dalam kebudayaan, kesenian merupakan ungkapan kreatifitas dari kebudayaan. Masyarakat yang menyangga kebudayaan demikian pula kesenian mencipta, memberi peluang untuk bergerak, memelihara, serta menularkan, mengembangkan serta kemudian menciptakan kebudayaan baru lagi. Apa yang disebut seni atau kesenian meliputi penciptaan dari segala macam hal yang atau benda yang karena keindahan bentuknya senang orang melihat atau mendengarnya. Ensiklopedia Nasional Indonesia. Kita mengenal masyarakat Batak Toba adalah masyarakat yang suka merantau apalagi ketika seseorang tersebut dianggap sudah dewasa. Bila kita melihat langsung ke daerah asal Bona Pasogit, yang banyak kita jumpai adalah orang-orang yang sudah tua dan anak-anak. Sedangkan para pemudai lebih banyak yang merantau keluar daerah. Universitas Sumatera Utara Kebiasaan merantau pada masyarakat Batak Toba ini didorong oleh rasa ingin mencari dan memiliki kehidupan yang lebih layak Simatupang 2002:168 . Selanjutnya Siahaan 1982:48 mengatakan bahwa sekalipun di rantau suku Batak selalu peduli dengan identitas sukunya, seperti berusaha mendirikan perhimpunan semarga atau sekampung dengan tujuan untuk menghidupkan ide-ide adat budayanya. Mereka mengadakan pertemuan secara berkala dalam bentuk adat ataupun silaturahmi. Salah satu daerah perantauan masyarakat Batak Toba adalah Kabupaten Asahan. Di daerah ini mereka hidup pada umumnya sebagai petani dan pedagang. Masyarakat Batak Toba mempunyai budaya yang sangat kaya yang mereka peroleh dari leluhurnya secara turun-temurun. Warisan budaya tersebut adalah budaya tradisional yang harus dijaga kesinambungannya. Salah satu budaya yang diwariskan pada masyarakat Batak Toba adalah Gondang Naposo. Gondang Naposo adalah pesta muda-mudi pada masyarakat Batak Toba yang merupakan sarana untuk membina hubungan antara generasi muda. Dahulu acara ini biasa dilakukan pada saat terang bulan Rondang Bulan dan pada saat masyarakat mendapatkan hasil panen yang baik. Gondang Naposo adalah pesta yang ditunggu-tunggu muda-mudi. Dimana dalam acara tersebut muda-mudi dari berbagai desa diundang untuk turut berpatisipasi dalam acara Gondang Naposo tersebut dan disana mereka bisa berkenalan satu dengan yang lain. Kesempatan untuk para muda-mudi untuk saling berkenalan satu dengan yang lain sangatlah besar karena di dalam acara Gondang Universitas Sumatera Utara Naposo tersebut dilengkapi dengan perilaku tortor Thompson HS dalam artikel “Gondang Naposo Di Jakarta” 2008. Tortor dalam gondang naposo pada masyarakat Batak Toba juga dapat berfungsi sebagai ajang melepas rindu, sehingga nilai-nilai dalam kehidupan masyarakat Batak Toba yang berupa kegembiraan, kesedihan, perjuangan hidup serta pengharapan dapat diwujudkan melalui tortor yang diiringi musik gondang Sinaga 1994:9. Dibeberapa tempat sub etnis Batak tradisi untuk muda-mudi seperti ini juga sering dilakukan, seperti di Tanah Karo dengan Guro-guro Aron dan di Simalungun dengan Rondang Bintang. Pada dasarnya acara Gondang Naposo tidak semata-mata urusan naposo muda-mudi saja. Acara seperti ini justru diprakarsai oleh orang tua yang ingin memberi peluang kepada anak-anak mereka untuk bergembira, dan pembiayaannya digalang oleh penduduk setempat. Karena menurut tradisi Batak, naposo belum bisa “pahundul pargonsi” 1 . Sehingga untuk dapat menghadirkan pargonsi 2 sebagai pemain musik pengiring dalam acara ini peran orang tua sangat dibutuhkan Naipospos dalam Dialog Gondang Naposo Tahun 1998. Acara ini dimulai dengan “pahundul” atau “manggalang pargonsi”, tahap ini merupakan ajakan atau sambutan secara adat kepada pargonsi untuk dapat memulai acara. Setelah tahap manggalang pargonsi selesai, acara dilanjutkan dengan tahap “mambuat tua ni Gondang” oleh orang tua, dimana orang tua meminta 1 Pahundul pargonsi adalah menyambut pargonsi ditempat yang telah disediakan 2 Pargonsi adalah orang-orang yang memainkan ensambel gondang Universitas Sumatera Utara maminta kepada pargonsi untuk memainkan gondang sebagai tanda dimulainya acara ini. Kemudian orang tua dan para naposo manortor menari bersama. Acara kemudian di lanjutkan dengan kata-kata sambutan dan nasehat-nasehat dari orang tua kepada naposo. Setelah acara manggalang pargonsi dan mambuat tua ni gondang selesai, kemudian acara dilanjutkan dengan manortor bersama oleh orang tua dan seluruh naposo yang menjadi panitia. Kemudian acara diserahkan sepenuhnya kepada naposo namun sepanjang acara berlangsung orang tua tetap memantau jalannya acara agar tidak melenceng dari aturan etika kesopanan dan ketertiban 3 . Naipospos mengatakan bahwa keberadaan Gondang Naposo pada masa sekarang ini boleh dikatakan sudah jarang kita jumpai, khususnya di daerah-daerah perantauan masyarakat Batak Toba. Hal ini disebabkan oleh pengaruh modernisasi yang kuat pada masyarakat Batak Toba khususnya muda-mudi Batak Toba, sehingga rasa ingin tahu akan budaya Batak pun sudah berkurang. Desa Desagajah Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan adalah salah satu daerah yang sampai saat ini masih tetap menyelenggarakan acara Gondang Naposo yang dilaksanakan dua kali dalam satu tahun yaitu pada bulan Januari dan bulan Juni karena pada saat itulah mereka panen. Hal ini sesuai dengan konsep Gondang Naposo yang selalu dilaksanakan setelah musim panen. Walaupun penduduk Desa Desagajah bukan hanya terdiri dari masyarakat Batak Toba saja melainkan ada Melayu dan Jawa, namun tradisi Gondang Naposo 3 Hasil wawancara dengan Pasu. Sirait tanggal 21 maret 2008 di desa Desagajah Universitas Sumatera Utara tetap dilaksanakan oleh masyarakat Batak Toba yang ada disana sebagai ungkapan kegembiraan setelah panen dan sebagai acara untuk pertemuan muda-mudi masyarakat Batak Toba yang ada di sana. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa modernisasi tersebut juga berpengaruh dan membawa perubahan terhadap acara Gondang Naposo yang ada di Desa Desagajah. Perubahan pada acara Gondang Naposo tersebut di antaranya yaitu yang menjadi musik pengiring. Pada awalnya musik pengiring dalam acara ini adalah Gondang Sabangunan yang terdiri dari instrumen Taganing, Gordang, Sarune, seperangkat OgungGong dan Hesek. Namun pada acara Gondang Naposo yang ada di Desa Desagajah saat ini yang menjadi musik pengiring adalah Sulkibta Sulim Keyboard Taganing. Perubahan yang terjadi bukan hanya pada ensambel pengiringnya saja tetapi juga pada repertoar-repertoar yang dimainkan untuk mengiringi tortor 4 . Menurut Hotman http:mandosi wordpress.com Gondang Naposo sendiri ada 20 macam; Goar-goar ni gondang naposo Nama-nama Gondang Naposo itu; 1 Gondang siburuk 2 Gondang sibane doli 3 Gondang sitapitola 4 Gondang siboru illa-illa 5 Gondang siboru enggan 6 Gondang siboru sanggul miling-iling 7 Gondang sibunga jambu 8 Gondang pinasa sidung-dungon 9 Gondang sibintang purasa 10 Gondang silote dolok 11 Gondang alit-alit aman jabatan 12 Gondang marhusip 13 Gondang parhabang ni siruba 14 Gondang sahali tuginjang sahali 4 Hasil wawancara dengan personil Iwans Entertainment tanggal 22 maret 2008 Universitas Sumatera Utara tutoru 15 Gondang tohur-tohur ni bajar-bajar langit somatombuk tano somagang- gang 16 Gondang pidong patia raja 17 Gondang pidong imbulu buntal 18 Gondang anduhur titi, anduhur tabu 19 Gondang sipitu dai 20 Gondang ni pargonsi sisia sauduran pulik pulik pandohan. Namun, walaupun banyak perubahan-perubahan dalam acara Gondang Naposo tersebut, masih ada nilai-nilai budaya yang tetap bertahan sampai sekarang di antaranya fungsi acara Gondang Naposo tersebut, tata cara dalam menari manortor dan maminta gondang meminta gondang yang masih tetap seperti dulu 5 . Melihat keadaan tersebut penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai Gondang Naposo di Desa Desagajah Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan serta perubahan-perubahan yang terjadi dalam acara tersebut. Serta bermaksud untuk mengangkat topik ini menjadi satu tulisan atau karya ilmiah Dengan demikian penulis memberi judul penelitian ini Kontinuitas dan Perubahan Gondang Naposo Pada Masyarakat Batak Toba Di Desa Desagajah- Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan.

1.2 Pokok Permasalahan