peserta didik setelah diberikan perlakuan pada kelas eksperimen, dan kelas
kontrol. 3.6.3
Metode observasi
Menurut Sudijono 2009: 76, observasi adalah cara menghimpun data yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan
secara sistematis terhadap fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan cara pengamatan
langsung terhadap proses pembelajaran serta menggunakan kuisioner angket. Kuisioner ini berupa seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada siswa mengenai kegiatan pembelajaran yang berlangsung untuk mengungkap aktivitas dan sikap siswa selama pelaksanaan
pembelajaran di kelas. Hal ini mencakup aspek afektif, dan psikomotorik. Angket yang dirancang berisi tanggapan siswa terhadap proses belajar
mengajar dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang telah dibuat, sekaligus untuk mendapatkan respon siswa terhadap model pembelajaran
inkuiri laboratorium berbantuan PhET. Observasi ini dilakukan untuk
menilai efektivitas keterlaksanan pembelajaran.
3.7 Instrumen Penelitian
3.7.1 Naskah Tes
Tes yang diberikan kepada peserta didik berbentuk essay uraian. Sebelum naskah tes digunakan sebagai soal pretes dan postes maka
dilakukan uji coba soal dengan tujuan untuk mendapatkan soal yang baik sesuai dengan kriteria validitas, reabilitas, daya pembeda dan taraf
kesukaran. Peneliti merancang soal uji coba sebanyak 13 butir dengan kisi- kisi soal dapat dilihat pada lampiran 4. Dari 13 butir soal, semuanya akan
digunakan sebagai soal pretes postes dengan perbaikan beberapa butir soal. Soal uji coba dapat dilihat pada lampiran 5 sedangkan rubrik penilaian soal
uji coba terdapat pada lampiran 6. Menurut Suharsimi 2009: 57, tes yang diberikan harus dianalisis
tiap-tiap butir soal yang meliputi: validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda. Kriteria instrumen tes yang baik menurut Suharsimi
2009: 60, antara lain sebagai berikut: 1 Tes harus valid, artinya tes itu dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur. 2 Tes harus reliabel,
dapat dipercaya, yakni dapat memberikan hasil yang tetap apabila diteskan berkali-kali atau dalam arti lain hasil, hasil tes tersebut menunjukkan
ketetapan. 3 Tes harus obyektif, artinya dalam melaksanakan tes itu tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhi. 4 Tes harus praktis, artinya tes
tersebut mudah dilaksanakan, mudah pemeriksaannya, dan dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas. 5 Tes harus ekonomis, artinya
pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan ongkos atau biaya yang mahal, tenaga yang banyak, dan waktu yang lama.
Validitas Isi dan Validitas Konstruk
Pengujian instrumen tes menggunakan validitas isi dan validitas konstruk. Menurut Sugiyono 2010: 353, validitas isi yaitu validitas yang
dilakukan dengan membandingkan isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Validitas konstruk yaitu validitas yang disesuaikan
dengan berlandaskan teori tertentu dan dikonsultasikan dengan ahli. Dalam hal ini ahli yang dimaksud adalah dosen pembimbing I, dosen
pembimbing II, dan guru mitra. Sebelum soal di teskan pada kelas kontrol dan kelas eksperimen
perlu dilakukan tes uji coba pada kelas “uji coba” agar didapatkan soal tes
yang baik. Uji coba dalam penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan tes kepada kelompok yang bukan merupakan sampel
penelitian, melainkan kelas lain yang masih dalam satu populasi, serta kelompok uji coba ini harus homogen. Untuk mendapatkan soal yang baik
maka diperlukan analisis perangkat tes. Uji coba instrumen ini bertujuan untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya
pembeda tes.
Validitas Butir Soal Tes
Pada penelitian ini digunakan rumus product moment untuk menentukan validitas butir soal tes. Rumus product moment yang
digunakan menurut Suharsimi 2009: 72 adalah sebagai berikut:
=
� ∑ − ∑
∑ √{� ∑
− ∑ }{� ∑ − ∑
}
3.1
Keterangan: : Koefisien korelasi antara X dan Y.
N : Banyaknya subjekpeserta didik yang diteliti.
∑ : Jumlah skor tiap butir soal. ∑ Y : Jumlah skor total.
∑ : Jumlah kuadrat skor butir soal. ∑ : Jumlah kuadrat skor total.
Hasil perhitungan dikonsultasikan pada tabel kritis r product moment,
dengan taraf nyata � = 5. Jika
�
maka item tersebut valid. Berdasarkan perhitungan validitas butir soal terdapat 13 soal yang valid.
Perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 7.
Reliabilitas Tes
Menurut Suharsimi 2009: 86, tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi apabila tes tersebut dapat memberikan hasil
yang tetap. Pada penelitian ini akan digunakan tes objektif untuk mengukur kemampuan penguasaan konsep peserta didik. Menurut
Sudijono 2009: 213, pada tes hasil belajar bentuk objektif penentuan reabilitas tes dapat dilakukan dengan pendekatan single test-single trial
method. Reliabilitas tes pada penelitian ini dihitung dengan menggunakan
formula Kuder-Richard-son KR
20
. Menurut Sudijono 2009: 254-257, formula Kuder-Richard-son KR
20
yaitu sebagai berikut:
= [
−
] [
�
−∑
� � �
]
3.2
dapat dicari dengan rumus: = [
�
�
�
] 3.3 �
dapat dicari dengan rumus: �
= �
- [
�
�
�
]
3.4
Keterangan: : Reliabilitas tes secara keseluruhan.
N : Jumlah peserta tes.
: Banyaknya butir item. : Varians total.
� : Jumlah kuadrat skor total.
p
i
: Proporsi testee yang menjawab dengan betul butir item yang bersangkutan.
q
i
: Proporsi testee yang jawabannya salah, atau q
i
= 1-p
i
. Σp
i
q
i
: Jumlah dari hasil perkalian antara p
i
dengan q
i
. Kriteria pengujian reliabilitas tes yaitu nilai
dikonsultasikan dengan harga tabel, jika
�
dengan taraf kesalahan 5 maka item tes yang diujicobakan reliabel.
Berdasarkan perhitungan reabilitas soal dengan N=71 diperoleh
ℎ� �
= 0,4243 dan r
tabel
= 0,2335. Karena nilai
�
, maka dapat disimpulkan soal tes reliabel. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran 7.
Taraf Kesukaran
Menurut Sudijono 2009: 372, angka indek kesukaran item itu dapat diperloeh dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Du
Bois, yaitu:
� =
�
3.5
Keterangan: P : Proportion= proporsi= proporsa= difficulty index= angka indek
kesukaran item. B : Banyaknya testee yang dapat menjawab dengan betul terhadap butir
item yang bersangkutan. JS : Jumlah testee yang mengikuti tes hasil belajar.
Menurut Sudijono 2009: 372, cara memberikan penafsiran interpretasi terhadap angka indeks kesukaran item dapat dilihat pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4. Kriteria Tingkat Kesukaran Item
Nilai P Interpretasi
0.40 Sukar
, − ,7 Cukup sedang
0.70 Mudah
Berdasarkan perhitungan taraf kesukaran soal uji coba, diperoleh hasil bahwa terdapat 3 soal dengan kriteria sukar, 8 soal dengan kriteria sedang
dan 2 soal dengan kriteria mudah. Perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 7.
Daya Pembeda
Menurut Sudijono 2009: 385-386, daya pembeda item adalah kemampuan suatu butir item tes hasil belajar untuk dapat membedakan
mendiskriminasi antara testee yang berkemampuan tinggi dengan testee yang kemampuannya rendah. Menurut Suharsimi 2009: 213-214, daya
pembeda pada penelitian ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
� =
�
−
�
= � − �
3.6
Keterangan: J
: Jumlah peserta tes. : Banyaknya peserta kelompok atas.
: Banyaknya peserta kelompok bawah. � : Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan
benar. � : Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu
dengan benar. � : Proporsi peserta didik di kelompok atas yang menjawab benar.
� : Proporsi peserta didik di kelompok bawah yang menjawab benar. Menurut Suharsimi 2009: 218, untuk menginterpretasikan indeks daya
pembeda digunakan kriteria seperti pada Tabel 3.5. Tabel 3.5. Kriteria Daya Pembeda
Daya Pembeda D Keterangan
0,00-0,20 Jelek poor
0,20-0,30 Cukup satisfactory
0,30-0,70 Baik good
negatif Tidak baik
Berdasarkan perhitungan daya pembeda soal ujicoba, terdapat 1 soal dengan kriteria tidak baik, 1 soal dengan kriteria jelek, 7 soal dengan
kriteria cukup, dan 4 soal dengan kriteria baik. Perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 7.
Soal Pretes Postes
Berdasarkan hasil analisis validitas, reabilitas, taraf kesukaran dan daya pembeda dari soal ujicoba, diperoleh 13 soal yang dapat digunakan
sebagai soal pretes postes. Penjelasan selengkapnya terdapat pada lampiran 7. Ke-13 soal yang digunakan akan dibuat dalam kisi-kisi soal
baru yang terdapat pada lampiran 11. Soal yang telah direvisi dan dijadikan sebagai soal pretes postes terdapat pada lampiran 12, sedangkan
rubrik penilaian soal tersebut terdapat pada lampiran 13.
3.7.2 Instrumen Non-Tes