laboratorium lebih unggul dalam mengembangkan keterampilan berpikir kreatif dan keterampilan proses sains yang merupakan dari keterampilan berpikir tingkat
tinggi dari pada model pembelajaran konvensional. Model pembelajaran inkuiri laboratorium tersebut memberikan kebebasan bagi siswa untuk mendesain proses
pembelajaran yang mereka inginkan, sesuai dengan tujuan pembelajaran yang tertera dalam permasalahan. Selain itu, hasil penelitian Aisyah 2013: 31 juga
menunjukan bahwa dari hasil wawancara peneliti dengan siswa diketahui bahwa soal tipe PISA SBMPTN yang dikembangkan dapat memicu siswa untuk
mengeksplor kemampuan matematis dengan memberikan jawaban beserta penjelasan, langkah- langkah penyelesaian, dan kesimpulan dari soal yang
dikerjakan.
4.4 Keterlaksanaan Model Pembelajaran Inkuiri laboratorium
berbantuan Simulasi PhET
Dalam pembelajaran inkuiri laboratorium, siswa bukan hanya dibimbing untuk terampil menggunakan alat-alat laboratorium yang dalam hal ini dapat
diwakili dengan alat- alat di media simulasi, tetapi juga dibimbing untuk menemukan dan memahami konsep fisika melalui tahapan- tahapan ilmiah yang
relevan dengan materi yang dipelajari. Menurut Putra 2013:104, pada kegiatan laboratorium, siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat penyelidikan karena
terlibat langsung dalam penemuan. Dalam penelitian ini, pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan pertama
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyusun rangkaian listrik secara benar, selain itu juga siswa diharapkan mampu menggunakan serta
membaca alat ukur listrik ampermeter, dan voltmeter. Pada pertemuan pertama ini siswa diberikan LKS-1 yang selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 9
mengenai panduan penyusunan rangkaian simulasi yang dikehendaki seperti pada gambar 4.5. Dari gambar tersebut siswa melakukan praktikum menggunakan
simulasi virtual untuk mengukur beda potensial, dan kuat arus listrik untuk rangkaian dengan variasi jumlah lampu, dan jumlah baterai yang digunakan.
Selain itu, dari pertemuan ini peneliti juga bisa mendeteksi siswa yang bisa ataupun yang belum bisa memasang ampermeter, dan voltmeter dengan benar.
Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan kedua bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelidiki hubungan antara tegangan, arus, dan
hambatan, serta mencari nilai hambatan pengganti pada rangkaian seri dan paralel. Pada pertemuan kedua ini siswa diberikan LKS-2 yang selengkapnya dapat dilihat
pada lampiran 9 mengenai panduan penyusunan rangkaian simulasi yang dikehendaki seperti pada gambar 4.6. Dari gambar tersebut siswa melakukan
praktikum menggunakan simulasi virtual untuk mengukur beda potensial, dan kuat arus listrik dengan variasi jumlah baterai yang digunakan. Tujuannya yaitu
Gambar 4.5. Simulasi PhET untuk variasi jumlah lampu dan jumlah baterai
untuk mengukur besarnya hambatan yang ada pada lampu ketika tegangan, dan arusnya sudah diketahui dari bebarapa variasi tadi. Selain itu, pada pertemuan
kedua ini siswa dilatih untuk menganalisis rangkaian hambatan baik seri ataupun paralel dengan cara mengukur arus masing- masing resistor pada rangkaian seri,
dan paralel seperti gambar 4.7.
Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan ketiga bertujuan untuk mengetahui besar arus listrik pada rangkaian bercabang untuk membuktikan hukum Khirchoff
I. Pada pertemuan ketiga ini siswa diberikan LKS-3 yang selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 9 mengenai panduan penyusunan rangkaian simulasi yang
dikehendaki seperti pada gambar 4.8. Dari gambar tersebut siswa melakukan Gambar 4.6. Simulasi PhET untuk mengukur besarnya hambatan pada lampu
Gambar 4.7. Simulasi PhET pada rangkaian seri dan paralel
praktikum menggunakan simulasi virtual untuk mengukur beda potensial, dan kuat arus listrik dengan variasi besarnya resistor dan pola penyusunan resistor
baik seri, maupun paralel. Tujuannya yaitu untuk mengukur besarnya arus yang masuk, dan arus yang keluar dari suatu rangkaian hambatan.
Dalam penelitian ini, observasi dilakukan terhadap aktivitas guru selama
proses pembelajaran, baik dalam kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Dari
analisis data terhadap aktivitas guru pada model pembelajaran inkuiri laboratorium berbantuan PhET, dan model inkuiri terbimbing, maka didapatkan
hasil seperti pada tabel 4.4. Hasil observasi selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 31.
Tabel 4.4. Hasil Analisis terhadap Aktivitas Guru Peneliti
Kelas Model Pembelajaran
Persentase Aktivitas Guru
Kriteria Eksperimen
Kontrol Inkuri laboratorium
berbantuan simulasi PhET
Inkuiri terbimbing 86.11
78.13 Sangat Baik
Sangat Baik Gambar 4.8. Simulasi PhET untuk membuktikan hukum Khirchoff I
Berdasarkan Tabel 4.4, tampak bahwa presentasi aktivitas pembelajaran pada kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. Hal ini karena dalam kelas
eksperimen peneliti tidak kesulitas mencari alat- alat listrik dinamis yang akan digunakan siswa untuk praktikum, sedangkan dalam kelas kontrol ada beberapa
alat- alat praktikum listrik dinamis lab riil yang rusak atau tidak bisa dipakai lagi, sehingga dalam proses pembelajan di kelas kontrol sedikit terkendala.
Selain itu, juga dilakukan observasi keterlaksanaan terhadap model pembelajaran inkuiri laboratorium berbantuan simulasi PhET di kelas eksperimen.
Observasi ini dilakukan dengan cara memberikan angket kuisioner kepada 15 siswa dipilih secara acak yang ada dikelas eksperimen. Hasil observasi
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 30. Setelah dilakukan analisis data terhadap keterlaksanaan model pembelajaran inkuiri laboratorium berbantuan
simulasi PhET, maka didapatkan hasil observasi seperti pada tabel 4.5. Tabel 4.5. Hasil Keterlaksanaan Pembelajaran pada Model Inkuiri Laboratorium
berbantuan simulasi PhET
Jumlah Responden
Nilai Maksimum
Nilai yang diperoleh
Presentase 15
900 771
85.67
Kriteria Baik Sekali
Berdasarkan Tabel 4.5, tampak dari jawaban setiap responden, dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa kelas X di SMAN 1 Kragan menyukai pembelajaran
fisika dengan simulasi PhET yang telah diberikan. Hal ini karena simulasi yang disajikan dapat dilihat secara visual dan dipahami dengan mudah. Selain itu,
dengan bantuan simulasi PhET ini, materi listrik dinamis dapat dipahami dengan
lebih jelas dan menyenangkan, sehingga siswa tidak mudah bosan ketika sedang berlangsung proses pembelajaran fisika dikelas dan menambah motivasi siswa
dalam belajar fisika. Berdasarkan penelitian Mursalin 2013:6, konsep-konsep fisika dalam
bidang kelistrikan kebanyakan bersifat invisible, serta sulit untuk dipelajari dan dibelajarkan secara nyata. Tidak sedikit peserta didik dapat mengalami kesulitan
dalam memahami konsep-konsep kelistrikan terutama pada rangkaian listrik karena memerlukan analogi atau penggunaan model yang tepat. Menurut sumber
yang sama, berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka disimpulkan bahwa simulasi PhET dapat digunakan untuk meremediasi dan meminimalkan
miskonsepsi peserta didik pada topik rangkaian listrik. Kendala dari penelitian yang yang dilakukan yaitu pembelajaran dengan menggunakan lab virtual PhET
merupakan hal baru bagi siswa, jadi siswa belum pernah melakukan pembelajaran yang serupa sebelumnya, sehingga dalam pembelajaran memerlukan waktu yang
cukup lama agar hasil dari pembelajaran tersebut maksimal.
4.5 Keterbatasan Penelitian