Latar Belakang PENGARUH PENGGUNAAN PROGRAM SIMULASI PHET DALAM PEMBELAJARAN INKUIRI LABORATORIUM TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu studi internasional mengenai kemampuan kognitif siswa yaitu TIMSS Trends in Mathematics and Science Study yang diadakan oleh IEA International Association for the Evaluation of Educational Achievement menunjukkan bahwa Indonesia pada tahun 2011 memperoleh nilai 397 pada bidang fisika, dimana nilai ini berada di bawah nilai rata-rata internasional yaitu 500. Menurut data Organization for Economic Cooperation and Development atau OECD 2004: 55, berdasarkan hasil survey dari Programme for International Student Assessment PISA untuk kategori sains, pada tahun 2000 Indonesia berada di urutan 38 dari 41 negara peserta. Pada tahun 2003, Indonesia menempati peringkat 38 dari 40 negara peserta. Pada tahun 2006 ketika jumlah negara peserta bertambah, Indonesia berada di peringkat 50 dari 57 negara. Sedangkan pada tahun 2009, Indonesia menempati peringkat 60 dari 65 negara. Jika dilihat dalam standar isi berdasarkan Permendiknas no 22 tahun 2006, Mata Pelajaran sains dan teknologi, khususnya pembelajaran fisika memiliki beberapa tujuan, diantaranya memupuk sikap ilmiah, berfikir ilmiah, dan komunikasi ilmiah siswa. Sejalan dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006, pada hakikatnya proses pembelajaran fisika di setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus menekankan pada pengalaman belajar siswa dalam 1 membentuk pengetahuannya sendiri atau proses pembelajaran yang berorientasi pada siswa student centered. Proses pembelajaran yang konvensional memiliki kelemahan-kelemahan dalam meningkatkan hasil belajar. Adapun kelemahan diantaranya siswa kurang mampu mengembangkan pikirannya malas berpikir, cenderung pasif, sulit bekerjasama dan bersifat individual, serta kurang termotivasi dalam kegiatan pembelajaran dikelas. Kelemahan siswa dalam pembelajaran diduga dari kebiasaan yang dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran yang lebih menekankan pada teacher centered dimana pembelajaran berpusat pada guru sehingga perkembangan potensi dan kemampuan berpikir siswa kurang maksimal, karena siswa hanya sebagai pendengar selama proses pembelajaran. Melalui kegiatan eksperimen, siswa melakukan minds on dan juga hands on. Menurut Olson Loucks-Horsley sebagaimana dikutip oleh Chin Chia 2005:56, partisipasi siswa dalam kegiatan penyelidikan melalui eksperimen mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan, mengajukan hipotesis, membuat prediksi, mengumpulkan dan menganalisis data, membuat kesimpulan, membangun argumen, mengkomunikasi temuan, dan menggunakan strategi penalaran luas yang melibatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi berpikir kritis, kreatif, kausal, dan berpikir logis. Dari hasil observasi awal di SMAN 1 Kragan mengenai kondisi sekolah dan siswa terhadap mata pelajaran fisika, implementasinya di pembelajaran masih belum optimal. Dari studi pendahuluan, dan wawancara terhadap guru fisika yang dilakukan sebelumnya, dapat diketahui bahwa masalah dasar yang dihadapi oleh siswa SMAN 1 Kragan adalah sebagian besar siswa menganggap bahwa fisika adalah pelajaran yang sulit dipelajai. Berdasarkan angket pra penelitian yang disebarkan kepada 30 responden siswa kelas X SMAN 1 Kragan, didapatkan bahwa sebanyak 67 siswa menganggap pelajaran fisika sulit, dan sebanyak 45 siswa diantaranya berpendapat bahwa pembelajaran fisika kurang menarik. Kesulitan yang dihadapi sebagian besar siswa adalah proses pembelajaran yang kurang menarik, dan ketakutan awal pada pelajaran fisika yang mengakibatkan siswa kurang memperhatikan, dan menyerah sebelum dipelajari. Minimnya inovasi dalam pembelajaran, serta kurangnya pemahaman siswa terhadap fisika terjadi karena keterampilan berpikir siswa untuk memahami konsep tersebut lebih dalam jarang dilatih. Sehingga siswa hanya berfikir bahwa fisika hanya berupa rumus- rumus dalam matematika yang bisa dihafalkan, tanpa memperhatikan hubunganya dengan konsep yang ada di alam sekitarnya. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka diperlukan suatu model pembelajaran yang berbasis pada penyelidikan ilmiah yang memberikan kebebasan kepada siswa dalam melaksanakan penyelidikan ilmiah tersebut. Model pembelajaran yang dipilih dalam penelitian ini adalah Inquiry based laboratory. Menurut Guohui sebagaimana dikutip oleh Khan Iqbal 2011 pembelajaran inkuiri laboratorium mengembangkan pemikiran tingkat tinggi dan keterampilan proses siswa dengan menempatkan siswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran yang dihadapkan dengan situasi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, menurut Tamir sebagaimana dikutip oleh Koray Köksal 2009:10, model inkuiri laboratorium juga dapat memberikan kesempatan kepada siswa dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah mereka, keterampilan penyelidikan, dan melakukan generalisasi yang tepat berdasarkan poin penting dalam suatu masalah, serta memperoleh pengetahuan ilmiah dan sikap positif terhadap ilmu pengetahuan. Saat ini, sebagai penunjang dalam praktikum, penggunaan laboratorium tidak sebatas dilakukan dengan menggunakan alat- alat riil sesuai dengan buku panduan. Pemanfaatan laboratorium virtual memungkinkan melakukan kegiatan praktikum tanpa sarana laboratorium sesungguhnya laboratorium riil. Menurut Mulyasa 2006, pemanfaatan laboratorium virtual bukan untuk menggantikan peran laboratorium yang sebenarnya laboratorium riil, namun sebagai alternatif solusi pelengkap atas minimnya peralatan laboratorium fisika yang sesungguhnya di sekolah-sekolah. Laboratorium virtual yang dimanfatkan oleh peneliti adalah simulasi interakif PhET Colorado. PhET Physics Education Technology merupakan sebuah situs yang menyediakan simulasi pembelajaran fisika untuk kepentingan pengajaran di kelas atau dapat digunakan untuk kepentingan belajar individu. Selain itu, PhET merupakan simulasi interaktif terhadap fenomena fisis dengan pendekatan berbasis-riset yang menggabungkan hasil penelitian dan percobaan produsen PhET. Simulasi PhET memungkinkan para siswa untuk menghubungkan fenomena kehidupan nyata dengan ilmu yang mendasarinya. Aplikasi ini juga dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam pembelajaran sains, khususnya fisika. Salah satu konsep fisika yang akan diteliti penulis adalah listrik dinamis, karena konsep listrik di SMA merupakan materi yang diangap sulit baik dalam pemahamannya maupun dalam penyampaiannya kepada siswa. Padahal sebenarnya, listrik merupakan konsep yang penting dan sudah dikenal oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. Metode pembelajaran inovatif dan variatif harus dapat memacu perkembangan kreativitas siswa, tidak hanya terpaku pada hasilnya semata, akan tetapi juga memperhatikan prosesnya. Dari uraian diatas penulis memandang perlu dikembangkan suatu pembelajaran yang yang dapat memvisualisasikan konsep yang bersifat abstrak, menarik, menyenangkan dan melibatkan siswa secara aktif, serta dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam materi instrumentasi listrik. Sehingga dengan adanya model pembelajaran ini siswa akan mendapatkan alat bantu dalam belajar mandiri, sehingga pengembangan pembelajaran fisika yang efektif, dan menyenangkan dapat terlaksana.

1.2 Identifikasi Masalah