8 Membandingkan L
v
dengan Tabel L
t
Nilai Kritis Untuk Uji Liliefors. Sudjana, 2001: 273.
Keterangan: Uji normalitas dengan metode liliefors digunakan apabila datanya
tidak dalam distribusi frekuesi data bergolong. Pada metode liliefors setiap data
�
diubah menjadi bilangan baku
�
dengan transformasi
3.8
� = � �
ℎ ≤ � ℎ
ℎ Sebagai daerah kritis untuk uji ini ialah :
� = { | �; } �
ℎ Untuk beberapa α dan n nilai Lα; n dapat dilihat pada tabel
3.8.2 Peningkatan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Tingkat
Tinggi Uji Peningkatan Rata-Rata Penguasaan Konsep
Menurut Hake 1998:3, peningkatan pengusaan konsep dapat
diukur dengan menggunakan rumus normal gain, yaitu sebagai berikut:
g=
� �
��
=
�
−
�
−
�
3.9
Keterangan: S
i
: Rata-rata nilai pretes. S
f
: Rata-rata nilai postes.
Tabel 3.7. Kriteria Penilaian Faktor Gain
Nilai Kriteria
g ≥ 0.7
Tinggi
0.3 ≤ g 0.7
Sedang
g 0.3 Rendah
Uji Peningkatan Rata-Rata Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi
Uji peningkatan rata- rata keterampilan berpikir tingkat tinggi dapat diukur dengan menggunakan rumus normal gain seperti pada
persamaan 3.9.
Keterangan: S
i
: Rata-rata nilai kerja ilmiah peserta didik pada tahap awal. S
f
: Rata-rata nilai kerja ilmiah peserta didik pada tahap akhir.
3.8.3 Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis digunakan uji t-test satu pihak kanan. Apakah pengaruh penggunaan PhET dalam pembelajaran inkuiri
laboratorium dapat meningkatkan penguasaan konsep fisika dan keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa. Perumusan hipotesisnya adalah
sebagai berikut:
a. Ho: µ ≤ µ : peningkatan penguasaan konsep fisika siswa dalam
pembelajaran inkuiri laboratorium berbantuan PhET sama kurang dibandingkan pembelajaran inkuiri terbimbing.
b. Ha: µ µ : peningkatan penguasaan konsep fisika siswa dalam
pembelajaran inkuiri laboratorium berbantuan PhET lebih baik dibandingkan pembelajaran inkuiri terbimbing.
µ
1
: rata-rata hasil kemampuan penguasaan konsep kelas eksperimen. µ
2
: rata-rata hasil kemampuan penguasaan konsep kelas kontrol. c. Ho:
µ ≤ µ ∶ peningkatan keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa dalam pembelajaran inkuiri laboratorium berbantuan PhET sama
kurang dibandingkan pembelajaran inkuiri terbimbing. d. Ha:
µ µ : peningkatan keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa
dalam pembelajaran inkuiri laboratorium berbantuan PhET lebih baik dibandingkan pembelajaran inkuiri terbimbing.
µ
1
: rata-rata hasil keterampilan berpikir tingkat tinggi kelas eksperimen µ
2
: rata-rata hasil keterampilan berpikir tingkat tinggi kelas kontrol. Selanjutnya t
hitung
dibandingkan dengan t
tabel
dengan 2
2 1
- +
= n
n dk
dan taraf kesalahan 5. Menurut Sugiyono 2009: 275, Ho diterima jika
ℎ� �
�
. Apabila hasil analisis data menunjukkan Ho diterima berarti tidak terdapat peningkatan kemampuan pemahaman konsep dan
keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa pada kelas eksperimen, sebaliknya jika Ho ditolak berarti terdapat peningkatan kemampuan
pemahaman konsep dan keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa pada kelas eksperimen disebabkan adanya penggunaan PhET dalam
pembelajarannya. Jadi, untuk mengetahui apakah penggunaan PhET dalam pembelajaran inkuiri berbasis laboratorium dapat mempengaruhi
keterampilan berpikir tingkat tinggi dan minat belajar fisika siswa SMA didasarkan pada hasil uji t pihak kanan ini. Data yang digunakan ini
adalah nilai pre-test dan post-test pemahaman konsep. Rumus uji-t satu pihak dapat dituliskan:
= ̅ − ̅
√ + Keterangan:
= Jumlah siswa kelas eksperimen = Jumlah siswa kelas kontrol
̅ = Rata-rata nilai postes kelas eksperimen ̅ = Rata-rata nilai postes kelas kontrol
= Simpangan baku nilai postes kelas eksperimen = Simpangan baku nilai postes kelas kontrol
= Varians nilai postes kelas eksperimen = Varians nilai postes kelas kontrol
Dengan, = √
− +
− +
− Kriteria Pengujian:
Menurut Sugiyono 2009:197, harga t tersebut dibandingkan dengan harga t tabel dengan
= dk
n1+n2 –2, taraf kesalahan 5. Jika t
hitung
t
tabel
, maka Ho diterima dan Ha ditolak.
3.10
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Kesamaan Kelas