Menurut Prasetyo 2010, reseptor merupakan sel-sel khusus yang mendeteksi perubahan-perubahan partikular disekitarnya, kaitannya dengan
proses terjadinya nyeri maka reseptor-reseptor inilah yang menangkap stimulus- stimulus nyeri. Reseptor ini dapat dibagi menjadi: 1 exteroreseptor, 2
telereseptor, 3 propioseptor dan 4 interoreseptor. Exteroreseptor yaitu reseptor yang berpengaruh terhadap perubahan pada lingkungan eksternal, antara lain:
corpusculum miessineri dan corpus merkel untuk merasakan stimulus taktil rabaan dan sentuhan, corpusculum krausse untuk merasakan dingin sedang
corpusculum ruffini untuk merasakan rangsangan panas. Telereseptor merupakan reseptor yang sensitif terhadap stimulus yang jauh. Propioreseptor merupakan
reseptor yang menerima impuls primer dari organ otot, spindle dan tendon golgi. Dan interoseptor merupakan reseptor yang sensitif terhadap perubahan pada
organ-organ visceral dan pembuluh darah.
2.1.2.3 Neuroregulator Nyeri
Neuroregulator atau substansi yang mempengaruhi transmisi stimulus saraf memegang peranan yang sangat penting dalam suatu pengalaman nyeri.
Substansi ini ditemukan di lokasi nosiseptor, di terminal saraf dalam kornu dorsalis pada medula spinalis. Neuroregulator dibagi menjadi dua kelompok,
yakni neurotransmiter dan neuromodulator. Neurotransmiter mengirim impuls listrik melewati celah sinaps diantara dua serabut saraf sedangkan neuromodulator
memodifikasi aktivitas neuron dan menyesuaikan atau mentransmisi stimulus nyeri tanpa secara langsung mentransfer tanda saraf melalui sebuah sinaps.
Neuroregulator diyakini tidak bekerja secara langsung, yakni dengan
meningkatkan dan menurunkan efek neurotransmiter tertentu Potter dan Perry, 2006.
Neurotransmiter terdiri dari 1 Substansi P ditemukan pada neuron nyeri di kornu dorsalis peptida ektisator, diperlukan untuk mentransmisi impuls nyeri
dari perifer ke otak dan menyebabkan vasodilatasi dan edema, 2 Serotonin dilepaskan oleh batang otak dan kornu dorsalis untuk menghambat transmisi
nyeri, 3 Prostaglandin dibangkitkan dari pemecahan pospolipid di membran sel dan dipercaya dapat meningkatkan sensitivitas terhadap sel. sedangkan
neuromodular terdiri dari 1 endorfin morfin endogen merupakan substansi sejenis morfin yang disuplai oleh tubuh, diaktivasi oleh daya stress dan nyeri serta
terdapat di otak, spinal dan traktus gastrointestinal serta dapat memberi efek analgetik, 2 bradikinin yang dilepaskan dari plasma dan pecah di sekitar
pembuluh darah yang mengalami cedera, bekerja pada reseptor syaraf perifer yang dapat meningkatkan stimulus nyeri dan bekerja pada sel yang menyebabkan
reaksi berantai sehingga terjadi pelepasan prostaglandin Tamsuri, 2012.
2.1.3 Klasifikasi Nyeri Tamsuri 2012 membagi klasifikasi nyeri berdasarkan 3 bagian, yaitu:
2.1.3.1 Klasifikasi Berdasarkan Awitan
Berdasarkan waktu kejadian, nyeri dapat dikelompokkkan menjadi nyeri akut dan nyeri kronis Tamsuri, 2012. Nyeri akut adalah nyeri nyeri yang terjadi
pada waktu durasi satu detik sampai dengan enam bulan, sedangkan nyeri kronis adalah nyeri yang terjadi dalam waktu lebih dari enam bulan. Nyeri akut
umumnya terjadi pada cedera, penyakit akut atau pada pembedahan dengan awitan yang cepat dan tingkat keparahan yang bervariasi sedang sampai berat.
Nyeri akut dapat dipandang sebagai nyeri yang terbatas dan bermanfaat untuk mengindikasikan adanya cedera atau penyakit pada tubuh. Nyeri jenis ini biasanya
hilang dengan sendirinya dengan atau tanpa tindakan setelah kerusakan jaringan penyembuh. Nyeri kronis umumnya timbul tidak teratur, intermitten bahkan
persisten. Nyeri kronis dibedakan dalam dua kelompok besar, yaitu nyeri kronis maligna dan nyeri kronis nonmaligna. Karakteristik nyeri kronis adalah
penyembuhannya tidak dapat diprediksikan meskipun penyebabnya mudah ditentukan. Nyeri kronis dapat menyebabkan klien merasa putus asa dan frustasi.
Klien yang mengalami nyeri kronis mungkin menarik diri dan mengisolasi diri. Nyeri ini menimbulkan kelelahan mental dan fisik BrunnerSuddart, 2003.
Menurut Prasetyo 2010, Cronic acut pain dapat dirasakan setiap harinya dalam suatu periode yang panjang beberapa bulan atau tahun. Luka bakar yang
parah, kanker yang diderita merupakan keadaan yang dapat menyebabkan nyeri kronis akut. Nyeri yang diakibatkan luka bakar yang parah dan kanker di atas
akan terus dirasakan oleh klien sepanjang harinya sampai kondisi yang mendasari timbulnya nyeri tersebut hilang atau terkontrol. Pada kasus tertentu , nyeri
berakhir hanya dengan berakhirnya hidup klien kematian, seperti contoh pada kasus klien dengan stadium terminal.
Sedangkan nyeri kronik nonmaligna atau disebut juga nyeri kronik benign, nyeri ini dirasakan hampir setiap hari selama periode lebih dari 6 bulan dengan
intensitas nyeri ringan sampai berat. Menurut McCaffery dan Pasero tahun 1997