Skala nyeri menurut bourbanis

ditafsirkan sebagai perilaku nyeri Pilowski, 1994 dalam Harahap, 2007. Perilaku nyeri mungkin atau juga tidak mungkin dianggap sebagi kesesuaian untuk tingkatan dari ilmu penyakit tubuh yang diobservasi Lofvander, 2002 dalam Harahap, 2007. Perilaku nyeri dapat didefenisikan sebagai sebahagian atau seluruh out put individu yang terobservasi. Sebagai suatu karakteristik yang dapat diamati sebagai kesan tehadap nyeri seperti, gerakan tubuh, ekspresi wajah, ucapan verbal, berbaring, mencari pengobatan, mencari penasehat medis dan menerima bayaran. Perilaku nyeri adalah tindakan untuk mengkomunikasikan kemampuan dan ketidaknyamanan seperti, meringis, berjalan dan berkurangnya aktivitas dan telah menunjukkan sebuah peran yang sangat penting dalam menurunkan tingkat fungsi masing-masing individu dan memperburuk kondisi nyeri Fordyce, 1976 diambil dari Harahap, 2007. Perilaku nyeri merupakan tanda-tanda dari nyeri dan kekuatan dalam memperoleh perhatian dan respon dari yang lain. Anderson, Keefe, dan Bradkley dan koleganya telah mengobervasi bahwa pasien dengan penderita nyeri sering sekali menunjukkan penjagaan guarding, menggosok pasif passive rubbing dan kekakuan rigidity sebagai ekspresi-ekspresi dari rasa nyeri mereka. Perilaku nyeri ini mungkin dipelihara, paling sedikit sebagian, oleh konsekuensi kekebelannya mungkin luar biasa, seperti perilaku rasa khawatir dari yang lain, atau fakta dari pengalaman menentang, seperti situasi pekerjaan yang tertekan atau konflik dengan kepentingan lainnya. Mengobservasi langsung perilaku nyeri merupakan cara pengukuran nyeri yang menghasilkan nilai yang akurat Fordyce, 1974 dalam Brannon Feist, 2007. Menurut Turk, Wack, dan Kerns 1985 dalam Dimatteo, 1991 perilaku nyeri yang dapat diobservasi yaitu: 1 Pernyataan Verbal: mengaduh, menangis, sesak nafas dan mendengkur, 2 Ekspresi Wajah: meringis, menggeletukkan gigi, dan menggigit bibir, 3 Gerakan Tubuh: gelisah, imobilisasi, ketegangan otot, peningkatan gerakan jari dan tangan, 4 Kontak dengan orang laininteraksi social: menghindari percakapan, menghindari kontak social, penurunan rentamg perhatian, dan fokus pada aktivitas menghilangkan nyeri.

2.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku nyeri

Menurut Harahap 2007, yang mempengaruhi perilaku nyeri meliputi beberapa faktor yaitu : 2.3.2.1 Jenis Kelamin Jenis kelamin mungkin menyumbang kepada pertunjukkan perilaku nyeri. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa jenis kelamin mempunyai hubungan yang kuat dengan perilaku nyeri tertentu Lofvander Forhoff, 2002: Asghari Nicholas, 2001. Wanita khususnya ibu rumah tangga mungkin lebih sering menunjukkan dan mengeluhkan perilaku daripada laki-laki Philips Jahanshahi, 1986. 2.3.2.2 Intensitas nyeri Intensitas nyeri adalah jumlah nyeri yang dirasakan oleh pasien. Nyeri yang dimanifestasikan oleh berbagai jenis penyakit menunjukkan bahwa laporan