Intensitas Nyeri Perilaku Nyeri

artritis bersifat persisten yaitu rasa nyeri yang hilang timbul Brunner Suddart, 2002. Nyeri pada pasien rheumatoid artritis merupakan nyeri yang disebabkan oleh inflamasi. Makin bertambah berat penyakitnya maka akan semakin bertambah pula rasa nyerinya. Bila perjalanan penyakitnya dihentikan pada rheumatoid artritis maka rasa nyeri akan berkurang Isbagio, 2006. Nyeri pada pasien rheumatoid artritis tergolong nyeri chronic non malignant yaitu nyeri yang tidak begitu responsif terhadap metode-metode pembebasan nyeri Prasetyo, 2010. Berdasarkan hasil penelitian, umur responden pada penelitian ini berada pada kelompok usia pertengahan 45-59 dan lanjut usia 60-74, dengan rata-rata usia responden adalah 60 tahun. Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri, khususnya pada anak-anak dan lansia. Perbedaan perkembangan, yang ditemukan di antara kelompok usia ini dapat mempengaruhi bagaimana anak-anak dan lansia. Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami, karena mereka menganggap nyeri adalah hal alamiah yang harus dijalani dan mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri diperiksakan PotterPerry, 2006. Dilihat dari jenis kelamin responden penelitian ini, lebih dari setengah responden berjenis kelamin perempuan 67,6.Pada penelitian ini responden perempuan lebih banyak melaporkankan nyeri berat sedangkan responden laki-laki mayoritas hanya melaporkan nyeri sedang. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Gill 1990 dikutip dari Potter Perry, 2005 yang menyebutkan bahwa jenis kelamin secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam merespons terhadap nyeri. Akan tetapi pada penelitian terakhir memperlihatkan hormon seks pada mamalia berpengaruh terhadap tingkat toleransi terhadap nyeri. Hormon seks testosteron menaikkan ambang nyeri pada percobaan binatang sedangkan estrogen meningkatkan pengenalan atau sensitivitas pada nyeri. Bagaimanapun pada manusia lebih kompleks, dipengaruhi oleh personal, sosial, budaya dan lain-lain Prasetyo,2010 Ditinjau dari hasil penelitian terkait suku responden, tiga perempat responden berasal dari suku batak 75,7. Pada rentang nyeri yang dilaporkan responden, nyeri berat lebih banyak dilaporkan oleh responden dari suku batak. Namun dalam BrunnerSudart 2006, budaya dan etnik tidak mempengaruhi persepsi nyeri. Harapan budaya tentang nyeri yang individu pelajari sepanjang hidupnya jarang dipengaruhi oleh pemajanan terhadap nilai-nilai yang berlawanan dengan budaya lainnya. Akibatnya individu yakin bahwa persepsi dan reaksi mereka terhadap nyeri adalah normal dapat diterima. Sedangkan pada Potter dan Perry 2006,