Teori Pola Pattren Theory

Gate control A delta dan C A beta Gambar.1 Mekanisme “Pintu Gerbang” dengan menutup dan membuka dapat mengatur perjalanan impuls nyeri. dikutip dari Prasetyo, 2010 Sistem kedua yang digambarkan sebagai “pintu gerbang” terletak di batang otak. Hal ini diyakini bahwa sel-sel di otak tengah dapat diaktifkan oleh beberapa faktor seperti: opiat, faktor psikologis, bahkan dengan kehadiran nyeri itu sendiri dapat memberikan sinyal reseptor di medula. Reseptor ini dapat mengatur serabur saraf di spinal cord untuk mencegah perjalanan transmisi nyeri. Hipotesa ini dapat sedikit membantu untuk menjelaskan kenapa pada anak-anak yang dilakukan sirkumsisi, yang sebelumnya diberikan anastesi tidak merasakan nyeri yang hebat saat tindakan dilakukan Prasetyo, 2010.

2.1.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nyeri

Kerena nyeri merupakan sesuatu yang kompleks, banyak faktor yang mempengaruhi pengalaman nyeri individu. Perawat mempertimbangkan semua faktor yang mempengaruhi pasien yang merasakan nyeri. Hal ini sangat penting Trans sel dalam upaya memastikan bahwa perawat menggunakan pendekatan yang holistik dalam pengkajian dan perawatan pasien yang mengalami nyeri Potter dan Perry, 2006. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri, yaitu: 1 usia, 2 jenis kelamin, 3 kebudayaan, 4 makna nyeri, 5 lokasi dan tingkat keparahan nyeri, 6 perhatian, 7 ansietas, 8 keletihan, 9 pengalaman sebelumnya, 10 gaya koping dan 11 dukungan keluarga dan sosial. Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri, khususnya pada anak-anak lansia. Perbedaan perkembangan, yang ditemukan di antara kelompok usia ini dapat mempengaruhi bagaimana anak-anak dan lansia. Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami, karena mereka menganggap nyeri adalah hal alamiah yang harus dijalani dan mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri diperiksakan PotterPerry, 2006. Jenis kelamin secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam merespons terhadap nyeri Gill, 1990 dikutip dari Potter Perry, 2005. Diragukan apakah hanya jenis kelamin saja yang merupakan suatu faktor dalam pengekspresian nyeri. Beberapa kebudayaan yang mempengaruhi jenis kelamin misalnya, menganggap bahwa seorang anak laki-laki harus berani dan tidak boleh menangis, sedangkan anak perempuan boleh menangis dalam situasi yang sama Potter Perry, 2006. Akan tetapi pada penelitian terakhir memperlihatkan hormon seks pada mamalia berpengaruh terhadap tingkat