Dana dan Intelijen Indonesia

Dana dan Intelijen Indonesia

Pagi ini secara kebetulan saya membaca artikel lawas dari saudara Algooth Putranto di bisnis.com (Bisnis Indonesia, mudah-mudahan tetap dimaintain oleh bisnis.com). Meskipun artikel tersebut tertanggal Selasa, 01/06/2004, namun relevansi pembahasannya masih terasa hingga saat ini dan mungkin di masa mendatang.

Argumentasi saudara Algooth yang rasanya sangat saya kenal gaya tulisannya tersebut, cukup jelas dan rasanya agak menelanjangi dunia intelijen indonesia. Diantara para junior pelaksana operasi intelijen sering terdengar gurauan "ngasih sekian puluh ribu rupiah pengin aman"....ha ha...ha... dilanjutkan dengan tawa yang mengiris hati karena sebenarnya dedikasi anggota intelijen (sipil dan militer) tidaklah diragukan. Kurangnya dukungan dana tersebut membuat mereka memeras otak untuk mangatur bagaimana mencukupi setiap langkah operasi yang dilaksanakan. Mereka tidak lagi memikirkan sisa dana operasi karena yang dipikirkan adalah jangan sampai uang pribadi ikut terkuras demi lancarnya operasi. Maklum uang pribadi yang tak lain sama saja dengan gaji PNS/Tentara itu adalah untuk menopang hidup keluarga yang pas- pasan, artinya kalo sampai terpakai berarti keluarga tidak makan. Bandingkan misalnya dengan korupsi besar-besaran dari berbagai lembaga pemerintahan/instansi/departemen dalam mengucurkan dana dinas luar, termasuk contohnya dana dinas luar studi banding ke luar negeri buat anggota Dewan yang terhormat.

Sekali lagi dari tulisan saudara Algooth (sebaiknya lain-kali ditulis dengan gaya tidak terlalu kentara), terdapat beberapa sinyalemen tentang mengapa intelijen tidak handal. Dari sekian banyak sinyalemen, benarkah yang terutama terletak pada faktor uang dan kebutuhan akan perhatian serius para pemimpin nasional.

Suatu waktu saya pernah masuk ke kamar kerja Bapak Ali Moertopo, saat itu untuk sekedar pengarahan tentang sebuah operasi kecil. Kemudian ketika masuk pada masalah pendanaan, beliau dengan tenangnya menanyakan berapa perlunya untuk operasi ini, karena saya agak canggung bicara soal dana kemudian beliau kurang lebih berkata demikian : "soal dana operasi buat intelijen the limit is the sky, jadi jangan ragu katakan berapa?"

Bandingkan dengan intelijen kontemporer yang dibahas saudara Algooth....jauh sekali bukan. Pada masa jayanya pimpinan intelijen yg dekat dengan mantan presiden Suharto, soal dana tidak pernah menjadi masalah, soal cara operasi tidak pernah menjadi pembicaraan, soal hukum apalagi.

Apa yang lolos dari pengamatan saudara Algooth adalah perbedaan spirit Orde Baru dengan Reformasi. Dimana pada era Orde Baru, segala sesuatunya dimungkinkan karena faktor kekuasaan yang memusat pada mantan presiden Suharto tidak terbantahkan oleh siapapun. Saat ini intelijen tentunya tidak akan lagi bisa mengulangi pola Orde Baru dengan belaian manja kucuran dana operasi (ingat!! dana tersebut biasanya non- Apa yang lolos dari pengamatan saudara Algooth adalah perbedaan spirit Orde Baru dengan Reformasi. Dimana pada era Orde Baru, segala sesuatunya dimungkinkan karena faktor kekuasaan yang memusat pada mantan presiden Suharto tidak terbantahkan oleh siapapun. Saat ini intelijen tentunya tidak akan lagi bisa mengulangi pola Orde Baru dengan belaian manja kucuran dana operasi (ingat!! dana tersebut biasanya non-

Di era reformasi, dana-dana tambahan di luar budget buat intelijen hilang terpangkas oleh mekanisme yang bersifat otomatis. Ada sumber- sumber pendanaan yang hilang "dibawa" oleh para pemimpin intelijen, misalnya soal bagi-bagi Hak Pengusahaan Hutan (HPH) pada tahun 70- 80an yang juga dinikmati sebagian elit pimpinan intelijen. Belum lagi setoran-setoran gelap dari berbagai kalangan bisnis yang membutuhkan dukungan intelijen. Hal ini bisa kita bandingkan dengan setoran pengelola Judi kepada Kepolisian Republik Indonesia, atau beking-membekingi kalangan tentara kepada bisnis besar di berbagai daerah.

Itulah mengapa sekarang terasa sangat defisit dalam soal anggaran, karena sejak dulunya sumber pendanaan yang resmi memang sedikit. Saudara Algooth sangatlah menyederhanakan persoalan atau memang ingin menyembunyikan bagian yang merupakan aib bagi intelijen.

Tapi bagaimanapun saya setuju bila intelijen butuh perhatian serius baik dalam soal pendanaan, posisi dalam sistem keamanan nasional dan landasan hukum yang akan memayungi kerja profesional intelijen.