Memperkuat Intelijen BNN dan Intelijen Pajak
Memperkuat Intelijen BNN dan Intelijen Pajak
Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Direktorat Jenderal Pajak adalah dua institusi yang perlu memiliki intelijen aktif yang kuat serta berkesinambungan dalam melakukan operasi di bidang masing-masing.
Bahaya narkotika tidak kalah penting dibandingkan dengan bahaya terorisme. Sementara potensi kerugian negara dari penggelapan pajak tidak kalah kecil dibandingkan dengan kasus korupsi.
Meski saya yakin baik BNN maupun Dirjen Pajak sudah melangkah maju dalam membangun struktur unit intelijen di dalam organisasinya, namun perlu kiranya didukung lebih jauh proses penguatan unit intelijen di dalam kedua institusi tersebut.
Lebih jauh BNN yang meskipun bertanggungjawab kepada Presiden adalah dikepalai oleh Kapolri, adalah lebih mudah dalam menciptakan unit operasi yang handal dengan dukungan personel polisi. Barangkali yang perlu diperkuat adalah citra operasi khusus BNN yang bersih dari penyalahgunaan wewenang. Karena polisi secara umum masih menyimpan citra negatif karena kelakuan sejumlah oknum personel yang melanggar hukum di wilayah tugasnya.
Lalu bagaimana dengan Dirjen Pajak? perlu digagas wewenang unit intelijen pajak dalam turut serta menegakkan hukum sebagai langkah antara untuk dilanjutkan oleh Kepolisian.
Proses penguatan unit intelijen di kedua institusi di atas adalah sangat vital bagi peningkatan performance organisasi. Hal ini lebih lanjut juga diikuti oleh profesionalisme dan pengawasan serta sistem internal security
guna mencegah
timbulnya
penyalahgunaan wewenang.
sekian. Posted by Senopati Wirang /Saturday, December 17, 2005
Penjelasan Logis dari pernyataan Ka B.I.N.
Sebelumnya blog I-I menyatakan no comment untuk B.I.N. yang overexposed, mengapa? karena berarti saya mengkomentari sebuah polemik komentar yang tercipta oleh kejelian media massa membidik sebuah issue. Contohnya MIOL yang mengangkat editorial berjudul BIN yang "overexposed".
Akan lebih obyektif bila saya langsung saja mencoba mencari logika dari komentar yang terlontar dari pimpinan B.I.N.
1. Soal pernyataan tentang penyusupan intelijen ke pesantren- pesantren untuk mendeteksi gerakan teroris. Mengapa sebuah penyusupan diumumkan ke publik, apalagi dengan pihak Kepolisian juga sedang berkembang polemik soal sidik jari para santri. Aneh bukan? apakah ini hanya banyak cakap yang tidak berarti? Sungguh saya melihatnya tidak demikian, saya segera melihat bahwa sedang berlangsung operasi penyelidikan yang justru tidak menargetkan pesantren, sayangnya pelemparan polemik itu terlalu tajam bagi telinga umat Islam, sehingga tampak kontraproduktif dan menuai badai kritik yang bertubi-tubi. Tetapi tidak masalah, yang terpenting pekerjaan nyata intelijen mengejar tersangka kelompok teroris berkedok Islam terus berlanjut.
2. Soal pengalihan strategi kelompok teroris dari aksi teror bom ke penculikan termasuk dengan target presiden dan keluarga dan sejumlah pejabat. Dari berbagai opini yang berkembang di 2. Soal pengalihan strategi kelompok teroris dari aksi teror bom ke penculikan termasuk dengan target presiden dan keluarga dan sejumlah pejabat. Dari berbagai opini yang berkembang di
3. Soal para teroris bergerak dari dan ke luar Jawa dalam mencari sasaran tidaklah terlalu istimewa. Hampir boleh dikata pernyataan ini sangat umum dan cenderung mencerminkan ketidakpastian dimana lokasi teror akan terjadi.
4. Soal mengusut motif Eggy Sudjana melapor ke KPK tentang rumor pemberian mobil Jaguar kepada orang-orang ring satu Presiden oleh pengusaha Harry Tanoesoedibyo. Saya yakin ini refleksi pribadi dari pimpinan yang lepas dari kinerja profesional dan analisa institusi intelijen. Hal inilah yang paling disedihkan kalangan profesi intelijen yang seumur hidup bekerja tetapi harus nrimo disamaratakan dengan sikap pimpinan yang seumur 4. Soal mengusut motif Eggy Sudjana melapor ke KPK tentang rumor pemberian mobil Jaguar kepada orang-orang ring satu Presiden oleh pengusaha Harry Tanoesoedibyo. Saya yakin ini refleksi pribadi dari pimpinan yang lepas dari kinerja profesional dan analisa institusi intelijen. Hal inilah yang paling disedihkan kalangan profesi intelijen yang seumur hidup bekerja tetapi harus nrimo disamaratakan dengan sikap pimpinan yang seumur
Apakah dari komentar-komentar tersebut BIN overexposed? antara iya dan tidak. Justru media massa termasuk blog I-I ini yang bisa mencitrakan BIN overexposed. Sementara itu, saya pribadi tidak meremehkan langkah-langkah pimpinan BIN yang sekarang, Syamsir Siregar, karena di dunia intelijen cukup diakui kepiawaiannya. Lebih jauh, saya justru melihat ada "sesuatu" yang positif antara media yang mengangkat isu BIN dengan BIN, sesuatu yang tidak akan saya bahas.
Publik bisa mencaki-maki intelijen vis a vis BIN, publik berhak mengkritisi BIN dari apa yang kelihatan, publik juga bebas menilai dari berbagai sudut tentang kinerja intelijen yang seringkali hanya diukur dari kegagalan deteksi dini. Apakah apa yang kita lihat dan dengar dari permukaan muka BIN melalui jajaran pimpinannya bisa mencerminkan isinya? Saya kira sebagian besar insan intelijen hanya tersenyum sambil menikmati kopi hangat di tengah malam dalam rangka menjaga mata yang semakin mengantuk, sebagian lagi mengurut dada melihat citra semu yang tercipta dari dugaan-dugaan publik, sebagian lagi (yang sedang menaruh resiko nyawa karena tugas penyusupan) bahkan tidak tahu bahwa kantornya sedang diekspos oleh penilaian-penilaian media massa dan publik.
Mudah-mudahan rekan-rekan insan intelijen membaca dan tidak ambil pusing dengan polemik yang sedang terjadi. Pekerjaan di depan mata tak Mudah-mudahan rekan-rekan insan intelijen membaca dan tidak ambil pusing dengan polemik yang sedang terjadi. Pekerjaan di depan mata tak
Sekian
Posted by Senopati Wirang /Friday, January 06, 2006
Do not fall in love with your agent !!!
Melanjutkan refleksi nasehat untuk para agen muda, berikut ini saya sampaikan satu pesan sakral turun temurun yang hampir selalu menjadi salah satu batu ujian terberat seorang agen rahasia, yaitu bertahanlah dari godaan untuk jatuh cinta di tengah-tengah tugas.
Terlepas apakah anda masih bujangan ataukah sudah berkeluarga, sangatlah berbahaya bila anda yang baru memulai karir di dunia intelijen tidak mampu mengendalikan gelora asmara yang mudah terpercik di hati manusia yang "terpaksa" sering berkelana seorang diri.
Kesepian dan kebutuhan akan komunikasi dengan seseorang yang memahami pekerjaan agen rahasia merupakan dasar dari semua gejala bangkitnya keahlian seorang agen rahasia memikat calon partner yang diincarnya. Pada gilirannya hal ini akan menjerumuskan pada perilaku playboy ala James Bond, atau yang paling kampungan adalah kawin lagi atau selingkuh tanpa sepengetahuan Istri/Suami, atau untuk yang bujangan adalah munculnya kebiasaan buruk gonta-ganti pasangan dan ketagihan akan kebebasan.
Kesemua itu akan dengan segera mengakhiri karir dan masa depan seorang agen rahasia. Cerita fantasi romantisme seks bebas ala James Bond hanya ada dalam khayalan porno masyarakat barat. Lebih jauh lagi, cerita novel ataupun film-film spionase hampir selalu dibumbui cerita erotis yang jauh dari fakta "menyenangkan". Petualangan romantis dan terwujudnya fantasi seksual dalam dunia spionase memang banyak Kesemua itu akan dengan segera mengakhiri karir dan masa depan seorang agen rahasia. Cerita fantasi romantisme seks bebas ala James Bond hanya ada dalam khayalan porno masyarakat barat. Lebih jauh lagi, cerita novel ataupun film-film spionase hampir selalu dibumbui cerita erotis yang jauh dari fakta "menyenangkan". Petualangan romantis dan terwujudnya fantasi seksual dalam dunia spionase memang banyak
Dalam kisah-kisah klasik intelijen seringkali digambarkan seorang Case Officer (CO) jatuh cinta dengan agen (informan) yang dilatihnya. Sebenarnya nasehat tersebut tidak hanya untuk level CO, melainkan juga untuk para pendatang baru agar segera memahami situasinya.
Jatuh cinta adalah hal yang manusiawi dan wajar sepanjang hal ini sungguh-sungguh disalurkan untuk niat dan cita-cita yang luhur berupa tali pernikahan. Tetapi ketika jatuh cinta diobral maka tidak akan lebih dari lahirnya persoalan demi persoalan, seperti lagu too much love will kill you dari kelompok Queen. Dalam dunia intelijen, resiko kematian akibat mengobral cinta dapat diartikan dengan matinya kesiagaan menghadapi pendadakan pihak lawan, matinya kemampuan analisa secara jernih bila ada faktor X "yang dicintai", atau matinya pertimbangan dalam menentukan keputusan yang tepat. Itulah sebabnya saya katakan pada bagian awal, janganlah jatuh cinta dengan seseorang ketika kita sedang bertugas.
Tugas apapun yang diamanatkan dari kantor pusat adalah menjadi prioritas pertama. Faktor godaan harta dan cinta diyakini oleh mayoritas profiler lembaga intelijen di seluruh dunia sebagai faktor yang bisa Tugas apapun yang diamanatkan dari kantor pusat adalah menjadi prioritas pertama. Faktor godaan harta dan cinta diyakini oleh mayoritas profiler lembaga intelijen di seluruh dunia sebagai faktor yang bisa
Namun berbeda dengan faktor keyakinan/ideologi, faktor cinta bisa muncul secara spontan dan tanpa proses panjang. Unsur kejutan dari faktor cinta adalah menduduki peringkat pertama dalam kasus-kasus desersi seorang agen rahasia. Itulah sebabnya lembaga-lembaga intelijen di seluruh dunia sangat memperhatikan faktor kehidupan pribadi setiap agennya dengan menyediakan jasa konseling, agar tercipta keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Para agen yang handal tentu saja berusaha mati-matian untuk tidak pernah masuk dalam ruang konseling, karena hal ini tentu berarti MASALAH.
Sekedar catatan ringan Bayangkan sendiri, bila anda seorang agen muda (laki-laki) sedang bersekolah di kantor CIA - Langley, USA. Berkenalan dan kemudian akrab dengan seorang wanita yang kecantikannya merupakan dambaan khayalan masa anda SMA. Si wanita-pun bersambut dan membuka dirinya dengan bebas untuk anda.... apa yang akan anda lakukan?
Tidak akan terlalu banyak beda antara yang sudah menikah ataupun bujangan, kedua-duanya akan mengalami pertarungan bathin yang amat sangat hebat, sampai-sampai tugas belajarnya terganggu. Ohhh cantik sekali dalam hati bergumam, kapan lagi ada kesempatan yang luar biasa Tidak akan terlalu banyak beda antara yang sudah menikah ataupun bujangan, kedua-duanya akan mengalami pertarungan bathin yang amat sangat hebat, sampai-sampai tugas belajarnya terganggu. Ohhh cantik sekali dalam hati bergumam, kapan lagi ada kesempatan yang luar biasa
Kesendirian dan pertimbangan "tidak ada yang tahu" terus menggoda dan menggoda untuk menceburkan diri dalam perbuatan yang akan segera mengakhiri masa depannya di dunia intelijen. Mengapa demikian? karena itulah salah satu ujian yang dilakukan CIA kepada agen-agen handalnya. Mungkin akan terasa aneh, agen CIA punya "moral"? saya jawab benar begitu adanya...mereka telah dilatih untuk tidak cepat terjerumus dengan jebakan cinta. Karena disamping motif uang, cinta merupakan motif yang kuat untuk mendorong seorang agen melakukan pembelotan atau desersi.
Bagaimana dengan agen muda Indonesia? Disamping pedoman umum dari kantor pusat dan pertimbangan masa depan keluarga, bagi agen-agen muda Indonesia, saya ingatkan keberadan sejumlah filter yang bisa melindungi, yaitu keyakinan agama dan moralitas serta rasa malu. Bila itu dipelihara baik-baik dalam mengemban tugas negara...maka godaan sehebat apapun mudah-mudahan akan berlalu.
Pesan ini khusus disampaikan buat adik-adik yang sedang bertugas dan berhadapan langsung dengan godaan cinta.