Latihan Sederhana

Latihan Sederhana

Bagaimana seorang intelijen mampu mengendalikan segala macam emosi dalam situasi yang sangat genting sekalipun? Bagaimana seorang intelijen yang mengalami perdebatan bathin antara nurani dan tugas mampu mengambil keputusan yang tepat? Apakah dua hal di atas bisa tercipta secara tiba-tiba? Berikut ini sebuah latihan sederhana yang biasa dilakukan intel junior yang baru masuk dalam lingkaran pendidikan intelijen.

1. Setiap intel junior membawa 1 pak korek api yang isinya 10 box.

2. Seluruh batang korek api yang ada di dalam box dibuka dan dihamburkan diatas meja secara acak.

3. Di acak-acak lagi hingga tidak berarturan.

4. Kemudian batang korek yang berantakan itu disusun satu persatu dengan prinsip satu arah. Misalnya kepala batang korek disebelah barat semua.

5. Demikian berulang-ulang sampai kurang lebih dua jam. Biasanya kebosanan sudah mulai terlukis di wajah calon intel karena tidak bisa melihat manfaatnya.

6. Setelah berulang-ulang menyusun batang korek dalam satu arah terjadi proses penyelarasan pikiran, dalam satu tujuan target dan memperteguh motivasi.

7. Sambil melakukan penyusunan batang korek instruktur menjelaskan bahwa kekisruhan dalam diri manusia yang merupakan pertentangan bathin (kesadaran/consciousness) dan pertentangan dalam pikiran adalah hal yg wajar. Yang perlu 7. Sambil melakukan penyusunan batang korek instruktur menjelaskan bahwa kekisruhan dalam diri manusia yang merupakan pertentangan bathin (kesadaran/consciousness) dan pertentangan dalam pikiran adalah hal yg wajar. Yang perlu

8. Contoh paling ekstrim adalah penghilangan nyawa manusia. Secara etika universal hal ini tentu tidak bisa diterima oleh siapapun. Tetatpi ketika telah diargumentasikan dengan maksud dan tujuan penghilangan nyawa tersebut untuk apa, maka diharapkan proses penyelarasan lahir-bathin seorang intel menjadi semakin kuat.

9. Puncaknya adalah terciptanya determinasi dalam diri seorang intel dan penghilangan motif pribadi dalam suatu operasi pembunuhan misalnya. Hal ini jelas akan mengurangi beban rasa bersalah seseorang yang secara etika universal melakukan salah satu kesalahan atau dosa besar.

10. Banyak ahli psikologi menuduh proses latihan ini sebagai bentuk cuci otak untuk menciptakan mesin pembunuh. Sesungguhnya tidak demikian, karena pembunuhan sangatlah jarang dilakukan oleh intelijen baik di masa perang dunia, perang dingin maupun pasca perang dingin. Hal ini menjadi dasar survival seorang intel yang harus bertugas di wilayah lawan (negara lain), dimana dalam operasi bisa disamakan dengan situasi perang, membunuh atau dibunuh. Lebih tepat bila hal ini terkait erat dengan prinsip keselamatan pribadi dan pengamanan pribadi seorang intel yang sedang bertugas.

11. Pembunuhan aktif dalam bentuk operasi lebih banyak dilakukan oleh tim khusus yang biasanya dikenal dengan istilah Black Cell

Task Force yang sengaja diciptakan untuk mengerjakan pekerjaan kotor pemerintah. Pada umumnya mereka yang tergabung dalam Task Force tersebut sudah pernah membunuh dengan menatap langsung mata korbannya, tanpa ada emosi pribadi. Contoh paling jelas dalam sejarah adalah Tim Pembunuh yang dibentuk oleh PM Israel Golda Meir sebagai balasan atas tragedi pembunuhan atlet Israel di Muenchen, Jerman. Tim tersebut tidak melakukan operasi intelijen melainkan melakukan operasi penghilangan nyawa musuh negara. Latihan mereka tentunya jauh dari sekedar menyusun batang korek api. Satu prinsip yang sangat menarik adalah bahwa setiap pembentukan Tim Khusus dimanapun didunia pasti tidak akan memiliki garis hubungan dengan institusi resmi intelijen sebuah negara. Apabila ada yang kemudian mengaitkan dengan Mossad atau Sinbeth dalam kasus Tim Golda Meir, ini hanya karena ada keinginan dari Mossad/Sinbeth agar institusinya disegani di dunia. Itulah sebabnya Tim yang sejenis ini disebut Black Cell.

12. Latihan menyusun batang korek adalah suatu bentuk disiplin diri yg paling kecil dari ratusan teknik intelijen lainnya untuk menciptakan insan intelijen yang handal dan profesional.