Riset Intelijen Akademik

Riset Intelijen Akademik

Baru-baru ini ada beberapa orang yang mengaku sedang mendalami ilmu intelijen secara akademis menanyakan tentang ciri khas sebuah penelitian intelijen dibandingkan dengan penelitian ilmu sosial yang sudah mapan seperti ekonomi, sosiologi dan politik, dll yang sudah menjadi program di Universitas atau Perguruan Tinggi. Bagaimana dengan landasan teori dan metodologinya?

Sejujurnya saya bingung, karena dunia akademis adalah sebuah dunia dengan disiplin dan metode pembuktian yang berbeda dengan praktek intelijen yang saya pahami. Untungnya saya masih pernah berkenalan dengan dunia akademis meski tidak diembel-embeli PhD ataupun master. Berkat perkenalan dan diskusi saya dengan sejumlah profesor berpengaruh di negeri Paman Sam, saya bisa memahami cara pandang dunia akademis dalam memberikan kontribusi kepada masyarakat bagaimana memahami sebuah fenomena dan memecahkan persoalan yang ada di dalamnya.

Meskipun intelijen juga dipengaruhi oleh faktor yang bersifat teknologi tinggi dan eksakta khususnya matematika, namun saya melihat bahwa pengaruh ilmu sosial (social sciences) multidisplin adalah lebih dominan. Saya lebih cenderung memasukkan intelijen ke dalam studi tersendiri yang boleh-boleh saja menggunakan berbagai pendekatan dari metologi ilmu sosial lain. Di pusat pendidikan CIA sendiri tidak terlihat adanya upaya memantapkan sebuah teori ataupun paradigma intelijen, yang ada cuma bagaimana cara memahami berpikir secara intelijen.

Salah satu cara berpikir misalnya dengan The Analytic Hierarchy Process (AHP) yang meskipun sudah lama digunakan oleh berbagai studi teknis, manajemen dan organisasi, juga digunakan oleh kalangan intelijen sebagai sebuah cara yang luwes dalam membantu seseorang menyusun prioritas dan mengambil keputusan yang terbaik pada saat aspek kualitatif dan kuantitatif dari sebuah keputusan perlu dipertimbangkan. Meski saya memandang teknik tersebut hanya memadai untuk mereka yang baru lulus SMA kemudian mencoba mengaplikasikannya..., saya kira cukup lumayan sebagai alat bantu analisa. Bahkan pendekatan The Lockwood Analytical Method for Prediction (LAMP) yang pernah saya tampilkan di blog ini beberapa bulan yang lalu hanya bermanfaat untuk mempermudah seseorang dalam memfokuskan pusat analisa dan pertanyaan yang ingin dijawab. Untuk model yang seperti ini bahkan kita bisa belajar dari model-model pendekatan analisa psikologis tentang bagaimana manusia menyikapi sebuah fenomena yang menjadi perhatian studi intelijen.

Singkatnya, riset intelijen akademik bersifat luwes dan tidak terpaku pada bentuk scientific inquiry tertentu yang telah distandarkan dalam studi intelijen. Lebih jauh, penggunaan metodologi ilmu-ilmu yang sudah mapan secara akademis adalah sangat vital bagi unit analis intelijen. Misalnya untuk melakukan analisa intelijen di bidang ekonomi, seorang analis tentu harus paham ekonometrik, ekonomi makro dan mikro, serta teori-teori ekonomi sejak masa Adam Smith hingga yang kontemporer seperti penggunaan game theory dalam menjelaskan konflik dan kerjasama di bidang ekonomi. Demikian juga dengan analisa intelijen di bidang politik, juga diperlukan dasar pemahaman tentang teori-teori Singkatnya, riset intelijen akademik bersifat luwes dan tidak terpaku pada bentuk scientific inquiry tertentu yang telah distandarkan dalam studi intelijen. Lebih jauh, penggunaan metodologi ilmu-ilmu yang sudah mapan secara akademis adalah sangat vital bagi unit analis intelijen. Misalnya untuk melakukan analisa intelijen di bidang ekonomi, seorang analis tentu harus paham ekonometrik, ekonomi makro dan mikro, serta teori-teori ekonomi sejak masa Adam Smith hingga yang kontemporer seperti penggunaan game theory dalam menjelaskan konflik dan kerjasama di bidang ekonomi. Demikian juga dengan analisa intelijen di bidang politik, juga diperlukan dasar pemahaman tentang teori-teori

1. Politik, fokus

analisa terhadap pembangunan/perkembangan/dinamika politik dalam rangka meramalkan kecenderungan dan skenario masa depan, menyajikan peringatan adanya perubahan dan mengidentifikasi ancaman dan peluang bagi pembuat kebijakan di sebuah negara. Pengetahuan yang mendalam tentang ilmu politik menjadi wajib dan harus dilengkapi dengan pengetahuan yang luas tentang isu- isu politik internasional. Secara umum bisa dibagi dua, politik domestik dan politik internasional.

perhatian

pada

2. Kepemimpinan individu maupun kolektif dari sebuah negara. Meskipun sangat dekat dengan ilmu politik, ada tambahan aspek psikologi sehingga tercipta pendekatan psikologi politik dalam bidang ini. Lebih jauh juga dilengkapi dengan pendekatan analisa organisasi (struktur, budaya, dan mekanisme). Hasil riset akan mengarah pada pemimpin nasional negara asing dan calon pemimpin potensial di bidang politik, militer, ekonomi, Iptek, sosial-budaya

3. Ekonomi. Mencakup perdagangan, keuangan energi, dan berbagai aspek yang mempengaruhi pembangunan nasional serta potensi ancaman bagi kepentingan ekonomi sebuah negara.

4. Militer. Mencakup studi terpadu dari intelijen strategis, studi pertahanan, studi perang dan perdamaian, Statistika militer, dll yang ditujukan untuk melakukan analisa tentang potensi ancaman 4. Militer. Mencakup studi terpadu dari intelijen strategis, studi pertahanan, studi perang dan perdamaian, Statistika militer, dll yang ditujukan untuk melakukan analisa tentang potensi ancaman

5. Science & Technology. Ini agak berbeda namun juga vital bagi studi intelijen, yaitu mereka dengan latar belakang insiyur (sarjana teknik) dan ilmuwan yang mengaplikasikan keahlian mereka untuk menganalisa persoalan kritis seperti perang informasi lewat media internet, perkembangan teknologi baru (nano science, robotika), senjata kimia dan biologi serta ancaman kesehatan nasional dan masalah sumber-sumber energi.

Dari kelima bidang tersebut di atas rekan-rekan yang sedang menjadi tema untuk penelitian intelijen akademis, bisa mempersempit masalah dengan studi kasus.

Kembali ke soal metodologi, saya kira hal ini sangat tergantung dengan tema yang diminati untuk diteliti. Misalnya seseorang yang memutuskan untuk meneliti jaring terorisme di Indonesia dan dampaknya bagi sikap politik umat Muslim, tentunya harus memiliki pemahaman tentang metodologi penelitian sosial yang mencakup bagaimana mengukur sebuah sikap (survey), bagaimana memvalidasi hubungan kausal antara terorisme dengan sikap umat Islam, yang mana kesemua itu merupakan hal yang elementer bagi ilmuwan sosial-politik.

Atau bila ingin menganalisa sikap elit pelaku bisnis di Indonesia terhadap kebijakan ekonomi liberal pemerintahan SBY, tentunya diperlukan pemahaman ekonomi makro yang cukup.

Lalu.....dimana letak studi intelijen-nya, apa bedanya dengan studi politik atau ekonomi dalam dua kasus di atas?

Perbedaannya akan terlihat dalam penulisan hasil penelitian, yaitu setelah menguasai teknik menulis laporan yang komunikatif, singkat dan efektif, hasil penelitian yang lengkap/detail beserta analisanya, harus bisa diformulasikan

singkat yang bisa dipertanggungjawabkan. Dengan kata lain ilmu intelijen akademis mencakup seluruh multibidang studi yang terkait dengan intelijen ditambah