Faktor Penghambat Implementasi Kebijakan Sekolah Berbasis

122 yang cukup besar, semangat semua warga sekolah untuk memajukan sekolah yang sangat besar.” HWSYE3042015 Sama halnya dengan yang dikemukakan oleh Kepala Sekolah SMP Budya Wacana Yogyakarta, Bapak MTP menjelaskan bahwa: “Faktor pendukungnya adalah sarana dan prasarana sekolah yang lengkap adanya laboratorium multimedia, minat guru, karyawan dan siswa untuk menerapkan kebijakan ini sangat besar”. HWMTP2942015 Ternyata dukungan dan minat dari seluruh warga sekolah yang besar dapat menjadi pendukung keberhasilan dari penerapan suatu kebijakan. Pernyataan lain dikemukakan oleh Ibu RSN yang menjelaskan bahwa: “Faktor pendukung dari kebijakan ini adalah hampir semua siswa sudah mahir dalam menggunakan komputer dan mengakses internet, sehingga siswa mudah untuk mengikuti pembelajaran dan mengaplikasikannya.” HWRSN2842015 Dari hasil wawancara dengan beberapa narasumber tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa faktor pendukung implementasi kebijakan sekolah berbasis cyberschool di SMP Budya Wacana Yogyakarta meliputi sarana dan prasarana sekolah yang lengkap, minat dan dukungan yang besar dari guru, karyawan, dan siswa terhadap implementasi kebijakan sekolah berbasis cyberschool, keterampilan siswa dalam menggunakan perangkat komputer dan cara mengakses internetnya.

3. Faktor Penghambat Implementasi Kebijakan Sekolah Berbasis

Cyberschool Implementasi kebijakan sekolah berbasis cyberschool dapat berjalan dengan baik karena ada berbagai faktor yang mendukung. Namun bukan 123 berarti dalam implementasi kebijakan sekolah berbasis cyberschool tersebut tidak ada faktor yang menghambatnya. Ternyata dalam implementasi kebijakan sekolah berbasis cyberschool, SMP Budya Wacana Yogyakarta menemui beberapa hambatan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Kepala Sekolah SMP Budya Wacana Yogyakarta adalah sebagai berikut: “Faktor penghambatnya adalah internet yang masih lambat, belum semua guru menerapkannya dengan maksimal, baru ada beberapa guru yang mempunyai sertifikat IT, belum semua siswa mempunyai atau memakai laptop di sekolah.” HWSYE3042015 Ungkapan tersebut sejalan dengan pendapat yang disampaikan oleh Ibu RTU, beliau menjelaskan bahwa: “Yang menjadi faktor penghambat adalah belum semua siswa dalam satu kelas mempunyai laptop, dan jaringan internet yang masih lemot.” HWRTU2842015 Siswa belum mempunyai laptop disebabkan oleh siswa yang diterima di sekolah ini berasal dari ekonomi yang berbeda-beda dan bahkan ada yang kategori keluarga miskin yang ekonominya menengah ke bawah. Jadi kami pihak sekolah tidak dapat memaksakannya satu siswa harus mempunyai satu laptop. Takutnya hal tersebut dapat membebani orangtua siswa yang ada pada kategori menengah ke bawah. Pendapat lain diungkapkan oleh Bapak MTP, beliau mengungkapkan bahwa: “Faktor penghambatnya terletak pada pelatihan-pelatihan yang berhubungan dengan cara penggunaan komputer dan akses internet untuk guru dan karyawan belum maksimal.” HWMTP2942015 124 Pelatihan-pelatihan yang diadakan belum maksimal dan optimal, karena belum dilakukan secara berkesinambungan dan dilakukan rutin setiap bulannya. Hal tesebut membuat beberapa guru masih ragu-ragu untuk mengembangkan pembelajaran berbasis cyberschool tersebut di kelas. Ibu EP juga mengungkapkan bahwa faktor penghambat implementasi kebijakan sekolah berbasis cyberschool ini adalah: “Guru-guru kategori senior masih perlu atau belum benar-benar menguasai caranya memanfaatkan komputer dan internet, dan akses internetnya belum maksimal.” HWEP2942015 Dari hasil wawancara dengan beberapa narasumber tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa faktor penghambat implementasi kebijakan sekolah berbasis cyberschool di SMP Budya Wacana Yogyakarta meliputi akses internet yang masih lambat dan sering terputus jika terjadi pemadaman listrik, belum semua siswa memiliki perangkat komputer atau laptop, pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan guru dan karyawan dalam menggunakan perangkat komputer dan internet masih belum dilakukan secara rutin dan berkesinambungan, guru-guru dan karyawan kategori senior belum memanfaatkan secara optimal penggunaan perangkat komputer dan akses internet untuk kegiatan akademik sekolah, belum semua pendidik dan tenaga kependidikan memiliki sertifikat IT. 125

D. Pembahasan 1. Implementasi Kebijakan Sekolah Berbasis