IMPLEMENTASI PROGRAM LESSON STUDY BERBASIS SEKOLAH SEBAGAI PENDUKUNG KEBIJAKAN PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DI SMP N 1 SEWON.

(1)

IMPLEMENTASI PROGRAM LESSON STUDY BERBASIS SEKOLAH SEBAGAI PENDUKUNG KEBIJAKAN PENINGKATAN

MUTU PENDIDIKAN DI SMP N 1 SEWON

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Andriani Tri Wulandari NIM 12110241036

PROGRAM STUDI KEBIJAKAN PENDIDIKAN JURUSAN FILSAFAT DAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

MOTTO

“Siapa yang berani mengajar, tidak boleh berhenti belajar” (John Cotton Dana)


(6)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan kepada:

1. Kedua orang tua dan kakakku tercinta. 2. Almamater Universitas Negeri Yogyakarta


(7)

IMPLEMENTASI PROGRAM LESSON STUDY BERBASIS SEKOLAH SEBAGAI PENDUKUNG KEBIJAKAN PENINGKATAN

MUTU PENDIDIKAN DI SMP N 1 SEWON Oleh

Andriani Tri Wulandari NIM 12110241036

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) Proses perencanaan program Lesson Study Berbasis Sekolah (LSBS) di SMP N 1 Sewon; (2) Implementasi program LSBS sebagai pendukung kebijakan peningkatan mutu pendidikan di SMP N 1 Sewon; dan (3) Faktor pendukung dan penghambat dalam mengimplementasikan program LSBS sebagai pendukung kebijakan peningkatan mutu pendidikan di SMP N 1 Sewon.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Penelitian dilakukan di SMP N 1 Sewon selama bulan Februari-Mei 2016. Subjek penelitian adalah Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum, Ketua atau Koordinator LSBS, Guru, dan Siswa. Objek penelitian ini mengenai implementasi program LSBS sebagai pendukung kebijakan peningkatan mutu pendidikan di SMP N 1 Sewon. Data diperoleh dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi. Instrumen penelitian adalah peneliti. Analisis data menggunakan model interaktif Miles dan Huberman, yaitu pengumpulan, reduksi, deskripsi data, dan penarikan kesimpulan. Uji keabsahan data melalui triangulasi sumber dan teknik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Proses perencanaan program Lesson Study Berbasis Sekolah (LSBS) dilakukan oleh warga sekolah secara mandiri, yang dimulai dengan membuat skala prioritas kebutuhan program, kemudian dilanjutkan dengan membuat tim pelaksana program; (2) Implementasi program LSBS sebagai pendukung kebijakan peningkatan mutu pendidikan di SMP N 1 Sewon dimulai dengan tahap plan, yaitu merencanakan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Kemudian dilanjutkan dengan tahap do, yaitu menerapakan rancangan pembelajaran yang secara langsung diamati oleh kepala sekolah dan guru serumpun. Hasil observasi tersebut kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi pada tahap see, yaitu mendiskusikan bagaimana aktivitas belajar siswa bukan pada bagaimana guru model dalam mengajar; dan (3) Faktor pendukung implementasi program LSBS di SMP N 1 Sewon, antara lain: kompetensi yang dimiliki oleh masing-masing pihak yang berpartisipasi, anggaran dana, ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai, serta komitmen dari semua pihak yang berpartisipasi. Sedangkan faktor penghambatnya adalah keterbatasan waktu yang miliki oleh masing-masing guru.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir skripsi yang judul “Implementasi Program Lesson Study sebagai Pendukung Kebijakan Peningkatan Mutu Pendidikan di SMP N Sewon”.

Skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini peneliti menyampaian penghargaan dan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, atas segala kebijakan dan kebijaksanaannya memberikan kemudahan dalam kegiatan belajar di kampus. 2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, yang telah memberikan kemudahan dalam

penyusunan skripsi ini.

3. Wakil Dekan 1 Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan pengesahan dalam skripsi.

4. Ketua Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan yang telah memberikan pengarahan dalam pengambilan Tugas Akhir Skripsi.

5. Bapak L. Hendrowibowo, M. Pd. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu guna memberikan bimbingan, petunjuk, dan arahan yang membangun, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.

6. Bapak I Made Suatera, M. Si., selaku pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan akademik dari awal sampai akhir proses studi.


(9)

(10)

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Area Penelitian ... 6

C. Fokus Penelitian ... 6

D. Perumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Implementasi Program ... 10

1. Pengertian Implementasi ... 10

2. Pengertian Program ... 12


(11)

1. Pengertian Lesson Study ... 13

2. Tipe Pelaksanaan Lesson Study ... 15

3. Ciri-Ciri Lesson Study ... 19

4. Tujuan dan Manfaat Lesson Study ... 20

5. Tahap-Tahap Lesson Study ... 22

6. Kelebihan Lesson Study ... 29

C. Konsep Mutu Pendidikan ... 30

1. Pengertian Mutu Pendidikan ... 30

2. Ruang Lingkup Mutu Pendidikan ... 32

D. Kebijakan Peningkatan Mutu Pendidikan ... 33

E. Penelitian yang Relevan ... 34

F. Kerangka Berpikir ... 36

G. Pertanyaan Penelitian ... 39

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 40

B. Setting Penelitian ... 40

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 40

D. Teknik Pengumpulan Data ... 41

E. Instrumen Penelitian ... 46

F. Teknik Analisis Data ... 47

G. Teknik Keabsahan Data ... 49

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 52

1. Gambaran Umum SMP N 1 Sewon ... 52

2. Sejarah Program LSBS di SMP N 1 Sewon ... 54

3. Proses Perencanaan Program LSBS di SMP N 1 Sewon ... 56

4. Payung Hukum Kebijakan tentang Implementasi Program LSBS di SMP N 1 Sewon ... 58

5. Implementasi Program LSBS sebagai Pendukung Kebijakan Peningkatan Mutu Pendidikan di SMP N 1 Sewon ... 59

a. Tahap Plan ... 63


(12)

c. Tahap See ... 96

6. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Program LSBS di SMP N 1 Sewon ... 104

a. Faktor Pendukung ... 104

b. Faktor Penghambat ... 106

B. Pembahasan ... 109

1. Proses Perencanaan Program LSBS di SMP N 1 Sewon ... 109

2. Implementasi Program LSBS sebagai Pendukung Kebijakan Peningkatan Mutu Pendidikan di SMP N 1 Sewon ... 110

3. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Program LSBS di SMP N 1 Sewon ... 118

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 124

B. Saran ... 125

DAFTAR PUSTAKA ... 127


(13)

DAFTAR TABEL

hal Tabel 1. Kisi-Kisi Pedoman Observasi ... 42 Tabel 2. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara ... 44 Tabel 3. Kisi-Kisi Pedoman Dokumentasi ... 46 Tabel 4. Hasil Penelitian tentang Proses Perencanaan Program LSBS di

SMP N 1 Sewon ... 58 Tabel 5. Daftar Susunan Tim Pelaksana Program LSBS di SMP N 1

Sewon TA 2015/2016 ... 59 Tabel 6. Jadwal Program LSBS Semester II TA 2015/2016 ... 64 Tabel 7. Hasil Penelitian tentang Implementasi Kegiatan Plan Program

LSBS di SMP N 1 Sewon ... 77 Tabel 8. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Do Program LSBS ... 78 Tabel 9. Hasil Penelitian tentang Implementasi Kegiatan Do Program

LSBS di SMP N 1 Sewon ... 95 Tabel 10. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan See Program LSBS di SMP N 1

Sewon ... 96 Tabel 11. Hasil Penelitian tentang Implementasi Kegiatan See (Refleksi)

Program LSBS di SMP N 1 Sewon. ... 103 Tabel 12. Hasil Penelitian tentang Faktor Pendukung dan Penghambat

dalam Implementasi Program LSBS di SMP N 1 Sewon ... 108 Tabel 13. Pembahasan Penelitian tentang Implementasi Program LSBS

sebagai Pendukung Kebijakan Peningkatan Mutu Pendidikan di

SMP N 1 Sewon ... 122 Tabel 14. Pedoman Observasi ... 136 Tabel 15. Pedoman Dokumentasi ... 146 Tabel 16. Transkrip Wawancara yang Sudah Direduksi dengan Kepala


(14)

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Gambaran Umum tentang Lesson Study ... 21

Gambar 2. Tahapan Lesson Study ... 29

Gambar 3. Kerangka Berpikir ... 38

Gambar 4. Komponen dalam Analisis Data ... 48

Gambar 5. Triangulasi Sumber ... 49


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian ... 130

Lampiran 2. Pedoman Penelitian ... 134

Lampiran 3. Dokumen Penelitian ... 146

Lampiran 4. Catatan Lapangan ... 160

Lampiran 5. Dokumentasi Hasil Penelitian ... 171


(16)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memiliki peranan penting dalam kemajuan suatu bangsa, serta sebagai sarana dalam peningkatan dan pengembangan potensi yang dimiliki oleh setiap warga negara. Dengan kata lain, pendidikan dapat menghantarkan peserta didik untuk tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang siap beradaptasi dalam menghadapi berbagai kemungkinan yang akan terjadi di era globalisasi. Dengan demikian, mutu pendidikan pada setiap satuan pendidikan perlu diperhatikan demi terwujudnya kemajuan bangsa Indonesia.

Bentuk perhatian pemerintah terhadap mutu pendidikan dapat diketahui dari ditetapkannya kebijakan yang mengatur tentang penyelenggaraan pendidikan pada setiap satuan pedidikan. Sebagaimana yang disebutkan oleh Daryanto dan Muljo Rahardjo (2012: 41), bahwa Peraturan Pemerintah RI Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan merupakan usaha pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Pasal 19 pada Peraturan Pemerintah tersebut berbunyi sebagai berikut :

(1) Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis


(17)

(2) Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.

Peraturan Pemerintah di atas membuktikan bahwa sekarang pemerintah sudah menaruh perhatian terhadap mutu proses pembelajaran. Dimana pada setiap satuan pendidikan diberi kewenangan untuk melakukan perencanaan pembelajaran. Selanjutnya, dalam Permendikbud No 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah dijelaskan, bahwa model dan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru di dalam proses pembelajaran mengacu pada karakteristik pembelajaran antara lain: interaktif dan inspiratif; menyenangkan, menantang, kontekstual, dan kolaboratif, serta dapat memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif.

Berdasarkan hasil wawancara pra penelitian dengan salah satu guru di SMP N 1 Sewon (interview pra research, 3 Maret 2016) diketahui, bahwa masih ditemukan permasalahan di dalam pelaksanaan pembelajaran, yaitu proses pembelajaran yang diselenggarakan oleh beberapa guru masih monoton. Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru hanya ceramah terus, sehingga siswa sering mengalami kebosanan. Di pihak lain, kondisi siswa saat ini yang masih ingin asyik ngobrol sendiri dengan temannya ketika proses pembelajaran berlangsung, mengakibatkan konsentrasi mereka terhadap pembelajaran menjadi berkurang. Sehingga muncul hubungan yang kurang kondusif dalam pembelajaran. Dengan demikian, PR terbesar guru


(18)

adalah bagaimana dapat menarik perhatian siswa supaya mereka antusias mengikuti proses pembelajaran.

Melihat masih adanya permasalahan di atas, maka peningkatan mutu pendidikan dapat dimulai dengan meningkatkan mutu guru dalam mengajar dan berperilaku professional. Sebagaimana dijelaskan oleh Abdul Hadis dan Nurhayati (2010: 3), bahwa faktor dominan yang berpengaruh dan berkontribusi besar terhadap mutu pendidikan khsuusnya mutu pembelajaran adalah guru yang professional. Oleh karena itu, guru sebagai suatu profesi harus professional dalam melaksanakan berbagai tugas pendidikan dan pengajaran yang diamanahkan kepadanya.

Undang–Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menjelaskan, bahwa pengakuan guru sebagai tenaga professional akan diberikan jika guru telah memiliki antara lain kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikat pendidik yang dipersyaratkan. Kualifikasi akademik dapat diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau diploma empat. Sertifikat pendidik diperoleh guru setelah lulus dalam penilaian sertifikasi. Jenis kompetensi yang dimaksud dalam Undang-Undang tersebut adalah kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional (Daryanto dan Muljo Rahardjo, 2012: 39).

Berdasarkan data Statistik SMP Tahun Akademik 2015/2016 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Sekretariat Jenderal Pusat Data dan


(19)

Statistik Pendidikan dan Kebudayaan diketahui, bahwa Daerah Istimewa Yogyakarta dari tahun akademik 2014/2015 ke tahun akademik 2015/2016 mengalami penurunan jumlah kepala sekolah dan guru yang layak mengajar yaitu sejumlah 1.403 orang. Data yang diperoleh menunjukkan, bahwa pada tahun akademik 2014/2015 jumlah kepala sekolah dan guru yang layak mengajar adalah 9.902 orang sedangkan pada tahun akademik 2015/2016 sejumlah 8.499 orang.

Penurunan jumlah kepala sekolah dan guru layak mengajar tersebut akan berdampak pada penurunan mutu proses pembelajaran yang diselenggarakan. Hal ini dikarenakan guru memiliki peranan penting dalam melaksanakan proses pembelajaran. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Prim Masrokan Mutohar (2013: 153), bahwa guru memegang peranan yang sangat menentukan keberhasilan peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajarannya.

Dengan demikian, salah satu program yang dapat mendukung dalam merealisasikan kebijakan peningkatan mutu pendidikan, khususnya mutu pembelajaran adalah program lesson study. Seperti yang disampaikan oleh Daryanto dan Muljo Rahardjo (2012: 42) bahwa peningkatan mutu pendidikan dapat dilakukan melalui kegiatan lesson study. Lesson study dapat dipilih menjadi salah satu alternatif dalam meningkatkan kualitas keprofesionalan guru yang berdampak pada peningkatan kualitas proses pembelajaran.


(20)

Lesson study merupakan aktivitas pembelajaran yang dimulai dengan sebuah perencanaan “Plan” yang dilakukan oleh guru, kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan proses pembelajaran “Do” dimana kegiatan pembelajaran siswa didasarkan pada pembelajaran kolaboratif yang secara langsung diamati oleh kepala sekolah, guru serumpun, pengawas, dosen dari perguruan tinggi bahkan orang tua siswa dan lainnya. Dalam hal ini, yang menjadi fokus pengamatan adalah bagaimana siswa belajar, bukan pada bagaimana guru mengajar. Setelah itu, mereka semua menganalisis hasil pengamatan tersebut di forum refleksi yang bertujuan untuk saling saling belajar dan meningkatkan kualitas belajar siswa (Ali Mustadi, 2014: 87-95).

Kabupaten Bantul merupakan salah satu dari tiga kabupaten di Indonesia yang telah menerapkan kegiatan lesson study berabasis MGMP sejak tahun 2006. Sejak 2 Februari 2009 SMP N 1 Sewon telah melaksanakan kegiatan “lesson study berbasis sekolah” secara mandiri. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Kepala Sekolah SMP N 1 Sewon kepada peneliti dalam wawancara (pra penelitian, 20 Februari 2016), bahwa SMP N 1 Sewon menerapkan program lesson study sejak tanggal 2 Februari 2009 dan sudah dilaksanakan pada semua mata pelajaran.

Selanjutnya, kepala sekolah menambahkan bahwa dulu sebelum adanya lesson study, guru sering mengalami permasalahan dalam menyelenggarakan pembelajaran. Guru sering merasa kesulitan dalam membangkitkan motivasi belajar siswa, terutama pada jam-jam siang. Selain


(21)

pengawas atau ada supervisi dari kepala sekolah. Namun, setelah adanya program lesson study berbasis sekolah, mereka lebih enjoy dalam menyelenggarakan pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa program lesson study berbasis sekolah (LSBS) merupakan salah satu program yang dapat meningkatkan mutu pendidikan khususnya mutu pembelajaran di SMP N 1 Sewon. Oleh karena itu, penelitian ini akan mengungkap bagaimana implementasi program lesson study berbasis sekolah di SMP N 1 Sewon.

B. Area Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka area penelitian pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Proses perencanaan program lesson study berbasis sekolah di SMP N 1 Sewon.

2. Implementasi program lesson study berbasis sekolah di SMP N 1 Sewon.

3. Faktor pendukung dan faktor penghambat dalam mengimplementasikan program lesson study berbasis sekolah di SMP N 1 Sewon.

C. Fokus Penelitian

Berdasarkan pada latar belakang dan area penelitian di atas, untuk mendapatkan hasil penelitian yang maksimal serta adanya keterbatasan tenaga, waktu, dan biaya yang dimiliki oleh peneliti, maka peneliti memfokuskan penelitian pada implementasi program lesson study berbasis


(22)

sekolah sebagai pendukung kebijakan peningkatan mutu pendidikan di SMP N 1 Sewon.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana proses perencanaan program lesson study berbasis sekolah di SMP N 1 Sewon?

2. Bagaimana implementasi program lesson study berbasis sekolah sebagai pendukung kebijakan peningkatan mutu pendidikan di SMP N 1 Sewon?

3. Apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat dalam mengimplentasikan program lesson study berbasis sekolah sebagai pendukung kebijakan peningkatan mutu pendidikan di SMP N 1 Sewon?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan proses perencanaan program lesson study berbasis sekolah di SMP N 1 Sewon

2. Untuk mendeskripsikan implementasi program lesson study berbasis sekolah sebagai pendukung kebijakan peningkatan mutu pendidikan di SMP N 1 Sewon.


(23)

3. Untuk mendeskripsikan faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dalam mengimplementasikan program lesson study sebagai pendukung kebijakan peningkatan mutu pendidikan di SMP N 1 Sewon.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat memberikan kejelasan teoritis dan pemahaman yang mendalam tentang program lesson study berbasis sekolah, serta dapat menjadi sarana referensi dalam pengembangan ilmu kebijakan mengenai standarisasi pendidikan khususnya pada standar proses.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Dinas Pendidikan

Penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan masukan dalam menyusun kebijakan pendidikan mengenai peningkatan mutu pendidikan, khususnya mutu pembelajaran melalui program lesson study berbasis sekolah.

b. Bagi Sekolah

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi program lesson study berbasis sekolah yang sudah dilaksanakan, serta sebagai bahan pertimbangan alternatif solusi atas hambatan yang dihadapi dalam melaksansakan program lesson study berbasis sekolah.


(24)

c. Bagi Guru

Penelitian ini dapat menjadi masukan untuk meningkatkan keprofesionalan guru sebagai pendidik melalui program lesson study berbasis sekolah.

d. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui implementasi program lesson study berbasis sekolah di SMP N 1 Sewon.

e. Bagi Akademisi

Penelitian ini dapat menjadi literatur akademik untuk pengkajian lebih jauh mengenai program lesson study berbasis sekolah sebagai pendukung kebijakan peningkatan mutu pendidikan.


(25)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Implemetasi Program 1. Pengertian Implementasi

Secara umum istilah implementasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti pelaksanaan atau penerapan. Istilah implementasi biasanya dikaitkan dengan suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Selanjutnya Kamus Webster dalam Arif Rohman (2014: 134), merumuskan secara pendek bahwa to implement (mengimplementasikan) berarti to provide the means for carrying out (menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu), to give practical effect to (menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu).

Berdasarkan pemaparan pengertian di atas dapat diketahui, bahwa untuk mengimplementasikan suatu program harus disertai oleh sarana yang mendukung, yang nantinya dapat menimbulkan dampak atau akibat terhadap program itu sendiri. Selanjutnya, Randall B. Ripley dan Grace A. Franklin (1986) dalam Subarsono (2008: 89) menulis sebagai berikut:

Implementation process involve many important actors holding diffuse and competing goals and expectations who work within a contexts of an increasingly large and complex mix of government programs that require participation from numerous layers and units of government and who are affected by powerful factors beyond their control.

Kompleksitas implementasi bukan saja ditunjukkan oleh banyaknya aktor atau unit organisasi yang terlibat, tetapi juga


(26)

dikarenakan proses implementasi dipengaruhi oleh berbagai variabel yang kompleks, baik variabel individual maupun variabel organisasional, dan masing-masing variabel pengaruh tersebut juga saling berinteraksi satu sama lain.

Pernyataan tersebut mempunyai arti bahwa keberhasilan impelentasi akan ditentukan oleh banyak variabel atau faktor, dan masing-masing variabel tersebut saling berhubungan satu sama lain. Sebagaimana dijelaskan dalam teori implementasi menurut Goerge C. Edwards III dalam Subarsono (2008: 90-92), bahwa implementasi dipengaruhi oleh empat variabel yang saling berhubungan satu sama lain, yakni: (a) komunikasi; (b) sumber daya; (c) disposisi; dan (d) struktur birokrasi. Lebih lanjut dapat dijelaskan sebagai berikut:

Keberhasilan implementasi mensyaratkan agar implementator mengetahui apa yang harus dilakukan. Apa yang menjadi tujuan dan sasaran dari suatu kebijakan atau program harus dikomunikasikan kepada kelompok sasaran (target group). Oleh karena itu variabel komunikasi sangat penting dilakukan. Selain komunikasi, sumber daya merupakan faktor penting agar implementasi dapat berjalan efektif. Sumber daya tersebut dapat berwujud sumber daya manusia, yakni kompetensi implementaor, dan sumber daya finansial.

Seorang implementator dapat melaksanakan kebijakan atau program dengan baik apabila implementator tersebut memiliki disposisi yang baik pula. Disposisi merupakan watak dan karakteristik yang


(27)

dimilki oleh implementator, seperti komitmen, kejujuran, dan sifat demokratis. Selain komunikasi, sumber daya, dan disposisi, struktur birokrasi juga mempunyai pengaruh signifikan terhadap implementasi kebijakan atau program. Dengan adanya struktur organisasi yang jelas, maka akan memudahkan implementator dalam mencapai keberhasilan implementasi program.

2. Pengertian Program

Program di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) didefinisikan sebagai rancangan mengenai asas-asas serta usaha-usaha yang akan dijalankan. Selanjutnya, Charles O. Jones dalam Arif Rohman (2014: 101-102) menyebutkan bahwa program merupakan salah satu komponen dalam suatu kebijakan.

Pertama kali suatu kebijakan yang hendak diwujudkan harus memiliki tujuan (goal) yang diinginkan. Kedua, tujuan yang diinginkan itu harus direncanakan (plans) atau harus ada proposal, yakni pengertian yang spesifik dan operasional untuk mencapai tujuan. Ketiga, harus ada

program, yaitu upaya yang berwenang untuk mencapai tujuan.

Keempatnya, adalah decision, yaitu segenap tindakan untuk menentukan tujuan, membuat rencana, melaksanakan dan mengevaluasi program. Serta kelima adalah effect, yaitu akibat-akibat dari program baik yang diinginkan atau sengaja mapaun tidak disengaja.

Berdasarkan pengertian implementasi dan program di atas dapat disimpulkan, bahwa implementasi program merupakan salah satu upaya


(28)

untuk mencapai tujuan dari suatu kebijakan. Keberhasilan implementasi program dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berhubungan satu sama lainnya.

B. Konsep Lesson Study

1. Pengertian Lesson Study

Lesson study merupakan terjemahan langsung dari Bahasa Jepang yaitu jugyokenkyu, yang berasal dari dua kata jugyo yang berarti lesson atau pembelajaran, dan kenkyu yang berarti study atau pengkajian terhadap pembelajaran. Lesson study yang dalam Bahasa Jepangnya jugyou kenkyu, adalah sebuah pendekatan untuk melakukan perbaikan-perbaikan pembelajaran di Jepang melalui proses-proses kolaborasi antarguru (Parmin, 2007: 120).

Rusman (2012: 389) mengatakan, bahwa lesson study berkembang di Indonesia melalui IMSTEP (Indonesia Matematics and Science Teacher Education Project) yang diimplementasikan sejak Oktober 1998 bekerja sama dengan IKIP Bandung (UPI), IKIP Yogyakarta (UNY), dan IKIP Malang (UNM) serta JICA (Japan International Cooperation Agency). Selanjutnya Tim Lesson Study Depdiknas, Depag, dan JICA (2009: 2) mengemukakan bahwa lesson study adalah suatu metode analisis kasus pada praktek pembelajaran, ditujukan untuk membantu pengembangan professional para guru dan membuka kesempatan bagi mereka untuk saling belajar berdasarkan praktik-praktik nyata di tingkat kelas.


(29)

Rusman (2011: 385) mengatakan, bahwa lesson study merupakan salah satu upaya pembinaan untuk meningkatkan proses pembelajaran yang dilakukan sekelompok guru secara kolaboratif dan berkesinambungan dalam merencanakan, melaksanakan, mengobservasi, dan melaporkan hasil refleksi kegiatan pembelajarannya. Hal sama diungkapkan oleh Daryanto dan Muljo Rahardjo (2012: 42-43) bahwa

lesson study adalah model pembinaan profesi pendidik melalui

pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar.

Lesson study bukan suatu metode atau strategi pembelajaran. Pada kegiatan lesson study dapat menenerapkan berbagai metode pembelajaran yang sesuai dengan situasi, kondisi, dan permasalahan yang dihadapi guru. Sebagaimana dijelaskan oleh Safrudiannur dan Suriaty (2008: 260) bahwa lesson study adalah sebuah model pembinaan yang di dalamnya dapat diterapkan berbagai metode dan pendekatan pembelajaran untuk kemudian dikaji secara bersama-sama dengan tujuan menciptakan pembelajaran yang bermutu.

Jadi lesson study merupakan model pembinaan guru untuk meningkatkan proses pembelajaran yang dilakukan oleh sekelompok guru secara kolaboratif dan berkesinambungan dalam merencanakan, melaksanakan, mengobservasi, dan melaporkan hasil refleksi kegiatan pembelajarannya. Kegiatan lesson study ini nantinya dapat memberikan


(30)

solusi atas permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan proses pembelajaran.

2. Tipe Pelaksanaan Lesson Study

Lesson study adalah suatu kegiatan kolaboratif yang berkelanjutan dari sekelompok guru dan praktisi pendidikan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah. Pada praktiknya, terdapat dua tipe lesson study yang biasa dilaksanakan yaitu Lesson Study Berbasis Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dan Lesson Study Berbasis Sekolah (LSBS). Masing-masing tipe lesson study tersebut dapat dijelaskan di bawah ini:

a. Lesson Study Berbasis Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)

Prayekti dan Rasyimah (2012: 57) berpendapat, bahwa lesson

study berbasis MGMP merupakan pengkajian tentang proses

pembelajaran yang dilaksanakan oleh kelompok guru mata pelajaran tertentu, dengan pendalaman kajian tentang proses pembelajaran pada mata pelajaran tertentu, yang dapat dilaksanakan pada tingkat gugus, wilayah, kecamatan, atau dapat lebih diperluas lagi. Sedangkan Rustono (2010: 2) menjelaskan bahwa lesson study berbasis MGMP adalah lesson study yang dikoordinir oleh kelompok guru dan dibina oleh dinas pendidikan yang terkait. Beberapa tim ahli dari dosen juga dilibatkan beserta para mahasiswa dengan bidang yang sama. Hal ini bertujuan agar terjadi kerjasama ilmiah di antara praktisi pendidikan.


(31)

Tujuan lesson study berbasis MGMP antara lain: pertama, membantu para administrator memperbaiki pengelolaan dan kegiatan lesson study berbasis MGMP di wilayah masing-masing; kedua, membantu pimpinan sekolah untuk meningkatkan kegiatan lesson

study berbasis MGMP dalam pengembangan profesi guru; dan

ketiga, membantu semua pihak yang berkepentingan untuk

memahami kegiatan lesson study berbasis MGMP yang telah dilaksanakan (Tim Lesson Study Depdiknas, Depag, dan JICA, 2009: 5).

b. Lesson Study Berbasis Sekolah (LSBS)

Prayekti dan Rasyimah (2012: 57) mengatakan, bahwa lesson study berbasis sekolah dilaksanakan oleh semua guru dari berbagai mata pelajaran yang didampingi oleh kepala sekolah yang bersangkutan, yang memiliki tujuan agar kualitas proses dan hasil pembelajaran dari semua mata pelajaran di sekolah dapat lebih ditingkatkan. Sebagaimana dijelaskan oleh Parmin (2007: 121), bahwa tujuan utama lesson study berbasis sekolah ialah untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa yang menyangkut semua bidang studi yang diajarkan. Hal sama juga diungkapkan oleh Tim lesson study Depdiknas, Depag, dan JICA (2009: 56) bahwa semua mata pelajaran dapat dan harus dicakup oleh lesson study berbasis sekolah.


(32)

Lesson study berbasis sekolah mempunyai tujuan konkret antara lain: (1) semua guru harus membuka pembelajaran mereka untuk diobservasi dan direfleksi setidaknya satu kali dalam satu tahun; (2) semua guru harus meningkatkan kualitas pembelajaran mereka dengan belajar dari rekan-rekannya sesama guru; dan (3) semua guru harus membentuk kolegial dengan cara berkolaborasi bersama (Tim Lesson Study Depdiknas, Depag, dan JICA, 2009: 54).

Lesson study berbasis sekolah akan memberikan kesempatan kepada setiap mata pelajaran agar kualitas proses dan hasil pembelajaran dapat ditingkatkan. Pada lesson study berbasis sekolah, fasilitator dan koordinator ditunjuk oleh guru. Fasilitator dan koordinator dapat orang yang sama namun lebih baik dengan orang yang berbeda. Fasilitator memfasilitasi kegiatan lesson study di sekolah tersebut dengan memberikan masukan-masukan teknis. Koordinator bertanggungjawab untuk urusan-urusan administratif dalam pelaksanaan lesson study.

Peran kepala sekolah dalam kegiatan lesson study berbasis sekolah sebagai baikut: (1) memprakarsai dan memimpin pelaksanaan lesson study berbasis sekolah di sekolah mereka; (2) ikut mempertimbangkan jadwal lesson study berbasis sekolah agar lebih banyak guru yang berpartisipasi dalam kegiatan lesson study; (3) ikut ambil bagian dalam kegiatan lesson study terutama dalam kegiatan observasi dan refleksi; dan (4) mendorong para guru untuk


(33)

menerapkan dan mengimplementasikan apa yang telah mereka pelajari dalam lesson study (Tim Lesson Study Depdiknas, Depag, dan JICA, 2009: 56-57). Dengan demikian, peran serta kepemimpinan dari kepala sekolah sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pelaksanaan lesson study berbasis sekolah.

Pengaturan jadwal pada lesson study berbasis sekolah disesuaikan dengan jadwal pelajaran sekolah. Pemilihan guru model disesuaikan dengan urutan jadwal pelajaran yang telah ditentukan untuk open lesson. Guru dapat merefleksi pembelajaran melalui video jika banyak guru yang tidak dapat hadir observasi open lesson dikarenakan berbenturan dengan jadwal mengajar.

Biaya yang diperlukan untuk lesson study berbasis sekolah berjumlah minimum. Tidak diperlukan “uang transport” untuk guru yang berpartisipasi, dan tidak membutuhkan “konsumsi” saat tahap refleksi berlangsung. Biaya yang dikeluarkan hanya biaya fotokopi, bahan yang diperlukan dalam open lesson dan sejumlah alat tulis. Jadi kegiatan lesson study berbasis sekolah tidak menghabiskan banyak biaya.

Peneliti memfokuskan penelitian pada model lesson study berbasis sekolah. Daryanto dan Muljo Rahardjo (2012: 57) menyebutkan, bahwa langkah – langkah kegiatan yang dilakukan dalam lesson study tipe berbasis sekolah sama dengan lesson study berbasis MGMP. Perbedaannya hanya pada anggota komunitas saja.


(34)

3. Ciri-Ciri Lesson Study

Lesson study memberi peluang bagi para guru dan praktisi pendidikan untuk saling belajar tentang bagaimana menyelenggaraakan pembelajaran yang baik berdasarkan praktik-praktik nyata di tingkat kelas. Adapun ciri-ciri esensial dari lesson study yang diperoleh berdasarkan hasil observasi terhadap beberapa sekolah di Jepang antara lain (Catherine Lewis (2004) dalam Ahmad Sudrajat, 2008: 1) :

a. Tujuan bersama untuk jangka panjang. Lesson study didahului adanya kesepakatan dari para guru tentang tujuan bersama yang ingin ditingkatkan dalam kurun waktu jangka panjang dengan cakupan tujuan yang lebih luas, misalnya tentang pengembangan kemampuan akademik siswa, pengembangan kemampuan individual siswa, pemenuhan kebutuhan belajar siswa, pengembangan pembelajaran yang menyenangkan, mengembangkan kerajinan siswa dalam belajar, dan sebagainya. b. Materi pelajaran yang penting. Lesson study memfokuskan pada

materi atau bahan pelajaran yang dianggap penting dan menjadi titik lemah dalam pembelajaran serta sangat sulit untuk dipelajari siswa.

c. Studi tentang siswa secara cermat. Fokus yang paling utama dari

Lesson Study adalah pengembangan dan pembelajaran yang

dilakukan siswa, misalnya apakah siswa menunjukkan minat dan motivasinya dalam belajar, bagaimana siswa bekerja dalam kelompok kecil, bagaimana siswa melakukan tugas-tugas yang diberikan guru, serta hal-hal lainnya yang berkaitan dengan aktivitas, partisipasi, serta kondisi dari setiap siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Dengan demikian, pusat perhatian tidak lagi hanya tertuju pada bagaimana cara guru dalam mengajar sebagaimana lazimnya dalam sebuah supervisi kelas yang dilaksanakan oleh kepala sekolah atau pengawas.

d. Observasi pembelajaran secara langsung. Observasi langsung boleh dikatan merupakan jantungnya Lesson Study. Penilaian kegiatan pengembangan dan pembelajaran yang dilaksanakan siswa tidak cukup dilakukan hanya dengan cara melihat dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Lesson Plan) atau hanya melihat dari tayangan video, namun juga harus mengamati proses pembelajaran secara langsung. Dengan melakukan pengamatan langsung, data yang diperoleh tentang proses pembelajaran akan jauh lebih akurat dan utuh, bahkan sampai hal-hal yang detail sekali pun dapat digali.


(35)

Penggunaan videotape atau rekaman bisa saja digunakan hanya sebatas pelengkap, dan bukan sebagai pengganti.

4. Tujuan dan Manfaat Lesson Study

Lesson Study merupakan sebuah kerja kolaboratif antarguru yang dapat memberikan sumbangan yang besar terhadap peningkatan mutu pendidikan khususnya mutu pembelajaran. Dengan demikian tujuan dan manfaat dari pelaksanan lesson study dapat dijadikan acuan dalam peningkatan mutu pembelajaran di setiap satuan pendidikan.

Adapun tujuan utama diadakannya lesson study menurut Bill Cerbin & Bryan Kopp dalam Dedi Mulyasana (2012: 74) adalah untuk:

a. memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana peserta didik belajar dan guru mengajar;

b. memperoleh hasil-hasil tertentu yang bermanfaat bagi guru lainnya dalam melaksanakan pembelajaran;

c. meningkatkan pembelajaran secara sistematis melalui inquiry kolaboratif; dan

d. membangun sebuah pengetahuan pedagogis, di mana seorang guru dapat menimba pengetahuan dari guru lainnya.

Selain manfaat di atas, Daryanto dan Muljo Rahardjo (2012: 50) mengemukakan bahwa lesson study dapat mendatangkan banyak manfaat, antara lain:

a. meningkatnya pengetahuan guru tentang materi ajar dan pembelajarannya;

b. meningkatnya pengetahuan guru tentang cara mengobservasi aktivitas belajar siswa;

c. menguatnya hubungan kolegalitas baik antarguru maupun dengan observer lain sebagai guru;

d. menguatnya hubungan antara pelaksanaan pembelajaran sehari-hari dengan tujuan pembelajaran jangka panjang;

e. meningkatnya motivasi guru senantiasa berkembang; dan

f. meningkatnya kualitas rencana pembelajaran (termasuk komponen-komponen seperti bahan ajar, teaching materials (hands on) dan strategi pembelajaran).


(36)

Dari beberapa manfaat yang telah disebutkan di atas, maka diperoleh gambaran umum tentang lesson study sebagai berikut :

Gambar 1. Gambaran Umum tentang Lesson Study (Sumber: Daryanto dan Muljo Rahardjo, 2012: 50) Gambaran Umum Lesson Study  Mempertimbangkan tujuan pembelajaran dan perkembangan siswa, dan merencanakan lesson study berdasarkan tujuan tersebut.

 Observasi lesson study yang berfokus pada pengumpulan data tentang aktivitas belajar siswa dan

perkembangannya.

 Menggunakan data hasil observasi untuk melakukan refleksi tentang pembelajaran secara mendalam dan lebih luas.

 Jika diperlukan, melakukan

perencanaan ulang dengan topik yang sama untuk melakukan lesson study pada kelas yang berbeda

Tujuan Utama

 Meningkatkan pengetahuan tentang materi ajar

 Meningkatnya pengetahuan tentang pembelajaran  Meningkatnya kemampuan mengobservasi aktivitas belajar

 Semakin kuatnya hubungan

kolegalitas

 Semakin kuatnya hubungan antara pelaksanaan pembelajaran sehari-hari dengan tujuan jangka panjang yang harus dicapai  Semakin meningkatnya motivasi untuk selalu berkembang  Meningkatnya kualitas rencana pembelajaran Perbaikan atau peningkatan kualitas pembelajaran


(37)

Selanjutnya, Rusman (2012: 386) menyebutkan keuntungan lain yang didapatkan dari pelaksanaan lesson study yaitu:

a. guru dapat memikirkan secara lebih teliti lagi tentang tujuan, materi tertentu yang akan dibelajarkan kepada siswa;

b. guru dapat memikirkan secara mendalam tentang tujuan-tujuan pembelajaran untuk kepentingan masa depan siswa. misalnya tentang arti penting sebuah persahabatan, pengembangan perspektif dan cara berpikir siswa, serta kegandrungan siswa terhadap ilmu pengetahuan;

c. guru dapat mengkaji tentang hal-hal terbaik yang dapat digunakan dalam pembelajaran melalui belajar dari para guru lain (peserta atau partisipan Lesson Study);

d. guru dapat belajar tentang isi atau materi pelajaran dari guru lain sehingga dapat menambah pengetahuan tentang apa yang harus diberikan kepada siswa;

e. guru dapat mengembangkan keahlian dalam mengajar, baik pada saat merencanakan pembelajaran maupun selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran;

f. guru dapat membangun kemampuan melalui pembelajaran kolegial, dalam arti para guru bisa saling belajar tentang apa-apa yang dirasakan masih kurang, baik tentang pengetahuan maupun keterampilannya dalam membelajarkan siswa; dan

g. guru dapat mengembangkan “The Eyes to See Students” (kodomo wo miru me), dalam arti dengan dihadirkannya para pengamat (observer), pengamatan tentang perilaku belajar siswa bisa semakin detail dan jelas.

Tujuan dan manfaat yang telah disebutkan di atas mengindikasikan bahwa banyak hal yang dapat diperoleh dengan diadakannya lesson study. Hal ini dikarenakan lesson study dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah secara umum, dan secara khusus dapat meningkatkan mutu pembelajaran yang diselenggarakan oleh guru di kelas.

5. Tahap-Tahap Lesson Study

Lesson study merupakan suatu program yang di dalamnya terdapat beberapa tahapan yang saling berkesinambungan. Tim lesson study


(38)

Depdiknas, Depeg, dan JICA (2009: 2) berpendapat, bahwa secara umum lesson study dibagi menjadi tiga bagian yaitu plan (perencanaan), do (pelaksanaan dan observasi), dan see (refleksi).

a. Plan (Perencanaan)

Tahapan lesson sudy dimulai dari tahap plan (perencanaan). Daryanto dan Muldjo (2012: 43) mengatakan bahwa tahap perencanaan bertujuan untuk merancang pembelajaran yang dapat membelajarkan siswa dan berpusat pada siswa, agar siswa dapat berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Selanjutnya Parmin (2007: 122) manambahkan bahwa perencanaan yang baik tidak dilakukan sendirian oleh pendidik, tetapi dilakukan secara bersama oleh beberapa pendidik serumpun secara kolaborasi. Sebagaimana dijelaskan oleh Tim Lesson Study Depdiknas, Depag, dan JICA (2009: 13) bahwa beberapa guru dapat berkolaborasi untuk memperkaya ide dalam menyusun rencana pembelajaran.

Tahap perencanaan diawali dengan kegiatan menganalisis kebutuhan (need assessment) dan permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran, seperti tentang: kompetensi dasar, cara membelajarkan siswa (learn how to learn), menyiasati kekurangan fasilitas, media, sarana belajar, dan sebagainya. Selanjutnya guru secara bersama-sama mencari solusi terhadap permasalahan yang dihadapi yang dituangkan dalam rancangan pembelajaran (RPP) (Rusman, 2012: 395). Daryanto dan Muljo Rahardjo (2012: 57) menambahkan bahwa pada tahapan


(39)

analisis perlu dipertimbangkan kedalaman materi yang akan disajikan ditinjau antara lain dari tuntutan kurikulum, latar belakang pengetahuan dan kemampuan siswa, kompetensi yang akan dikembangkan, serta kemungkinan-kemungkinan pengembangan dalam kaitannya dengan materi terkait.

Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam persiapan open

lesson adalah pemilihan kelas, pembentukan kelompok siswa,

pengembangan alat bantu ajar, dan gladi bersih. b. Do (Pelaksanaan)

Daryanto dan Muldjo (2012: 44) berpendapat, bahwa tahap kedua dalam lesson study adalah pelaksanaan pembelajaran. Tahap pelaksanaan bertujuan untuk menerapkan rancangan pembelajaran yang telah dirumuskan dalam perencanaan. Sebagaimana diungkapkan oleh Slamet Mulyana (2007: 16), bahwa pada tahap do guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun bersama.

Sebelum melaksanakan proses pembelajaran, perlu dilakukan pertemuan singkat (briefing) yang dipimpin oleh kepala sekolah. Pada pertemuan ini, guru yang bertugas sebagai guru model diberi kesempatan untuk mengemukakan rencananya secara singkat. Informasi ini sangat penting bagi para observer terutama untuk merancang rencana observasi yang akan dilakukan di kelas. Selanjutnya kepala sekolah mengingatkan bahwa selama pembelajaran


(40)

berlangsung pengamat tidak mengganggu kegiatan pembelajaran tetapi mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran.

Rusman (2011: 397) mengungkapkan bahwa pada tahap pelaksanaan, terdapat dua kegiatan utama yaitu: (1) kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh salah seorang guru yang disepakati atau atas permintaan sendiri untuk mempraktikkan perencanaan pembelajaran yang telah disusun bersama, dan (2) kegiatan pengamatan atau observasi yang dilakukan oleh anggota atau komunitas lesson study yang lainnya (guru, kepala sekolah, atau pengawas sekolah, atau undangan lainnya yang bertindak sebagai pengamat/ observer). Daryanto dan Muljo Rahardjo (2012: 59) menambahkan, walaupun pada saat pembelajaran hadir sejumlah observer, guru model hendaknya dapat melaksanakan proses pembelajaran sealamiah mungkin. Slamet Mulyana (2007: 16) menjelaskan bahwa siswa diupayakan dapat menjalani proses pembelajaran dalam setting yang wajar dan natural, tidak dalam keadaan under pressure yang disesbabkan adanya kegiatan lesson study.

Tim Lesson Study Depdiknas, Depag, dan JICA (2009: 27) menyatakan, bahwa persiapan kelas perlu diperhatikan pada tahap pelaksanaan pembelajaran, para pengamat sebaiknya diberikan tempat yang nyaman yaitu pada jarak yang luas antara tempat duduk siswa dengan dinding. Para pengamat harus berdiri pada posisi yang dapat


(41)

melihat wajah siswa. Guru model menyiapkan lembar denah tempat duduk yang mencantumkan nama para siswa bagi para pengamat. Hal ini berguna bagi pengamat dalam mengenali siswa ketika membuat catatan dan merefleksi tentang kelas yang diamati.

Slamet Mulyana (2007: 16) menyebutkan bahwa fokus pengamatan ditujukan pada interaksi antara siswa-siswa, siswa-bahan ajar, siswa-guru, siswa-lingkungannya, dengan menggunakan instrumen pengamatan yang telah disiapkan sebelumnya dan disusun bersama-sama. Sebagaimana dijelaskan oleh Tim Lesson Study Depdiknas, Depag, dan JICA (2009: 30) ada dua hal yang perlu diamati: 1) apakah setiap siswa benar-benar mengikuti pembelajaran dan 2) kualitas pembelajaran siswa. Pengamat harus memperlihatkan apakah terdapat siswa yang terlihat kesulitan dalam mengikuti pembelajaran dan mengapa siswa seperti itu. Kualitas pembelajaran yang diamati adalah tingkat pemahaman siswa yang dapat menunjukkan pencapaian tujuan pembelajaran.

Parmin (2007: 122) mengatakan bahwa pengamat tidak diperkenankan mengganggu apalagi melakukan intervensi dalam proses pemebelajaran. Selanjutnya Tim Lesson Study Depdiknas, Depag, dan JICA (2009: 31) menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan lesson study, pengamat harus memperhatikan beberapa aturan sebagai berikut:

1) pengamat harus menjaga ketenangan; 2) pengamat harus berada dalam ruang kelas;


(42)

3) pengamat dilarang mengajari dan berbicara kepada siswa; dan 4) pengamat diharapkan dapat memetik pelajaran berharga dari kelas

yang mereka amati serta menerapkannya di kelas masing-masing. Hal senada juga diungkapkan oleh Siti Sriyanti (2014: 63), bahwa selama melakukan pengamatan observer harus menaati beberapa aturan yang ada, antara lain: posisi berdiri observer ketika pembelajaran, tidak boleh saling berbicara, tidak intervensi ketika pembelajaran berlangsung dan fokus pengamatan observer ditujukan pada pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: 1) Apakah siswa belajar dan bagaimana prosesnya?; 2) Adakah siswa yang tidak belajar dan mengapa tidak belajar?; dan 3) Bagaimana usaha guru memotivasi siswa yang tidak belajar?. Perlu digarisbawahi bahwa selama proses pembelajaran berlangsung, observer berada di dalam kelas untuk belajar dari pembelajaran yang sedang berlangsung dan bukan untuk mengevaluasi guru.

c. See (Refleksi)

Parmin (2007: 123) mengatakan, bahwa refleksi bertujuan untuk mendiskusikan kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan, observer diberi kesempatan untuk memberikan masukan-masukan proses pembelajaran. Daryanto dan Muljo Rahardjo (2012: 63) menegaskan bahwa kegiatan refleksi harus dilaksanakan segera setelah selesai pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar setiap kejadian yang diamati dan dijadikan bukti pada saat mengajukan pendapat atau saran terjaga akurasinya karena setiap orang dipastikan


(43)

masih bisa mengingat dengan baik rangkaian aktivitas yang dilakukan di kelas.

Guru model mengawali diskusi dengan menyampaikan kesan-kesan dalam melaksanakan pembelajaran. Selanjutnya pengamat diminta menyampaikan pendapat atau komentar dari pembelajaran terutama dalam mengenai aktivitas siswa. Pengamat harus berusaha menghindari memberikan kritikan yang bersifat tajam atau pedas terhadap guru model (Tim Lesson Study Depdiknas, Depag, dan JICA, 2009: 34). Dalam menyampaikan komentar atau pendapatnya, pengamat harus mengajukan bukti-bukti yang telah diperoleh dari hasil pengamatan sebagai dasar dari pendapat yang diajukannya. Dengan kata lain pengamat tidak berbicara berdasarkan opini (Daryanto dan Muljo Rahardjo, 2012:63).

Daryanto dan Muljo Rahardjo, (2012:63) mengatakan bahwa kritik dan saran disampaikan secara bijak demi perbaikan pembelajaran. Sebaliknya, dan guru model harus dapat menerima masukan dari pengamat demi pembelajaran berikutnya. Masukan yang positif dapat digunakan untuk merancang kembali pembelajaran yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Prayekti dan Rasyimah 92012: 60) bahwa hasil dari refleksi akan diperoleh sejumlah pengetahuan baru atau keputusan-keputusan penting guna perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran selanjutnya. Dengan kata lain


(44)

lesson study merupakan suatu cara peningkatan mutu proses pembelajaran yang tak pernah berakhir (continuos improvement).

Berdasarkan uraian tahapan pelaksanaan lesson study yang telah dijelaskan di atas, maka diperoeh gambaran tahapan pelaksanaan lesson study sebagai berikut:

Gambar 2. Tahapan Lesson Study (Sumber: I Wayan Santyasa, 2009: 6) 6. Kelebihan Lesson Study

Keutamaan dari lesson study adalah dapat meningkatkan keterampilan atau kecakapan guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Dikarenakan kegiatan lesson study, adalah kegiatan belajar dari suatu pembelajaran (Rusman, 2012: 391). Selanjutnya, Krisnawan (2010: 15-16), kelebihan lesson study adalah sebagai berikut:

a. dapat diterapkan di setiap bidang mulai seni, bahasa, sampai matematika dan olahraga dan pada setiap tingkatan kelas;

b. dapat dilaksanakan antarguru/pendidik dengan lintas sekolah, sehingga terjadi proses kerjasama, kolaborasi, kesepertemanan dan

Do (Pelaksanaan) 1. Pelaksanaan

pembelajaran

2. Pengamatan oleh teman sejawat

See (Refleksi) 1. Refleksi dengan rekan 2. Komentar dan diskusi

Plan (Perencanaan) 1. Penggalian akademis 2. Perencanaan

pembelajaran 3. Persiapan alat


(45)

collegial) antarpendidik, yang gilirannya dapat memperkuat persatuan dan kesatuan serta meningkatkan mutu guru dan peserta didik secara bersama;

c. dapat meningkatkan inovasi dan kreativitas seorang guru/ pamong belajar; dan

d. dengan terjadinya interaksi antarpendidik, dapat membuka dan meningkatkan sifat terbuka. Diharapkan terjadi kooperasi dan kolaborasi antarguru yang bersedia diberi masukan, kritik dan saran. Guru yang diberi saran tidak merasa diremehkan/ dicemooh, jika terjadi kekurangan. Sedangkan bagi guru yang memberi kritik dan saran juga bukan merasa paling benar dan paling tahu.

C. Konsep Mutu Pendidikan

1. Pengertian Mutu Pendidikan

Secara umum, mutu mengandung makna derajat (tingkat) keunggulan suatu produk (hasil kerja atau upaya) baik berupa barang maupun jasa (Nur Zazin, 2011: 54). Dari perspektif pendidikan, mutu dapat dilihat dari sisi prestasi, proses pembelajaran, kemampuan lulusan dalam mengembangkan potensinya di masyarakat, serta dalam hal memecahkan masalah dan berpikir kritis (Nur Zazin, 2011: 66).

Secara efisiensi internal, pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang tujuan institusi dan kurikulernya dapat tercapai. Sedangkan jika dilihat dari kesesuaian, pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang kemampuan lulusannya sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja di pasaran dan sesuai dengan kriteria pada pengguna lulusan. Mutu pendidikan dapat dilihat dari lima macam penilaian sebagai berikut:

1) prestasi siswa yang dihubungkan dengan norma nasional dan agama dengan menggunakan skala nilai;

2) prestasi siswa yang berhubungan dengan kemampuan; 3) kualitas belajar dan mengajar;

4) kualitas mengajar; serta


(46)

Dari pemaparan di atas, maka mutu pendidikan adalah kebermutuan dari berbagai layanan institusi pendidikan kepada siswa maupun staf pengajar untuk terjadinya proses pendidikan yang bermutu sehingga akan menghasilkan lulusan yang mempunyai kemampuan, keterampilan dan pengetahuan yang sesuai dengan kebutuhan untuk terjun ke lingkungan masyarakat (Sopaiatin (2010) dalam Nur Zazin, 2011: 66).

2. Ruang Lingkup Mutu Pendidikan

Prim Masrokan Mutohar (2013: 135) mengatakan, bahwa mutu dalam bidang pendidikan meliputi mutu input, proses, output, dan outcome. Input pendidikan dinyatakan bermutu apabila siap berproses yang sesuai dengan standar minimal nasional dalam bidang pendidikan. Proses pendidikan bermutu apabila mampu menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan sehingga tujuan pendidikan bisa tercapai dengan baik. Output bermutu apabila hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik baik dalam bidang akademik dan non-akademik tinggi. Outcome bermutu apabila lulusan cepat terserap dalam dunia kerja maupun lembaga-lembaga yang membutuhkan lulusan tersebut dan stakeholders merasa puas terhadap lulusan dari lembaga pendidikan tersebut

Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti memfokuskan penelitian pada mutu proses pembelajaran. Selanjutnya, Sato Masaaki (2012, 21) mengatakan, bahwa mutu pembelajaran dapat dilihat melalui tiga unsur,


(47)

yaitu: (1) materi, tugas, dan RPP; (2) belajar dalam interaksi (dialog dan kolaborasi); dan (3) suasana pembelajaran. Materi dan tugas pembelajaran harus menarik serta memberikan tantangan bagi siswa sehingga RPP harus dipersiapkan dengan baik. Belajar hendaknya dilakukan dengan dialog dan kolaborasi, yaitu siswa bekerjasama dengan siswa lain untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran. Belajar seharusnya dapat menumbuhkan suasana belajar yang dapat mengaktifkan siswa, memberikan motivasi dan semangat dalam proses pembelajaran.

D. Kebijakan Peningkatan Mutu Pendidikan

Kebijakan mutu digunakan untuk mengatur standar-standar masing-masing program pokok dan dapat mencakup pernyataan yang mengatasnamakan pelajar (Nur Zazin, 2011: 87). Dalam hal ini, usaha pemerintah dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia dapat dilihat dari Peraturan Pemerintah RI Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Pasal 19 dari Peraturan Pemerintah tersebut berbunyi sebagai berikut:

(1) Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

(2) Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien (Daryanto dan Muljo Rahardjo, 2012: 41).


(48)

Peraturan Pemerintah tersebut membuktikan bahwa saat ini pemerintah telah menaruh perhatian terhadap mutu proses pembelajaran. Selanjutnya, Pemerintah mengatur mutu proses pembelajaran di setiap satuan pendidikan melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, yang berbunyi :

Pasal 1 Ayat (2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran selanjutnya disebut dengan RPP adalah rencana pembelajaran yang dikembangkan mengacu pada silabus. Pasal 2 Ayat (1) Pembelajaran dilaksanakan berbasis aktivitas

dengan karakteristik: (a) interaktif dan inspiratif; (b) meyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif; dan (c) kontekstual dan kolaboratif.

Ayat (2) Pembelajaran menggunakan pendekatan, strategi model, dan metode yang mengacu pada karakteristik sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Ayat (3) Pendekatan pembelajaran sebagaimana dimaksud ayat (2) merupakan cara pandang pendidik yang yang digunakan untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran dan tercapainya kompetensi yang ditentukan.

Ayat (5) Model pembelajaran sebagaimana dimaksud sebagaimana dimaksud ayat (2) merupakan kerangka konseprtual dan operasional pembelajaran yang memiliki nama, ciri, urutan logis, pengaturan, dan budaya.

Ayat (6) Metode pembelajaran sebagaimana dimaksud ayat (2) merupakan cara atau teknik yang digunakan oleh pendidik untuk menangani suatu kegiatan pembelajaran yang mencakup antara lain ceramah, tanya-jawab,diskusi.

Ayat (7) Pendekatan pembelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) menggunakan pendekatan saintifik/ pendekatan berbasis proses keilmuan.

Ayat (8) Pendekatan saintifik/ pendekatan berbasis proses keilmuan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) meruapakan pengorganisasian pengalaman


(49)

belajar dengan urutan logis meliputi proses pembelajaran: a) mengamati; b) menanya; c) mengumpulkan informasi; d) menalar/ mengasosiasi; dan e) mengkomunikasikan.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa sekarang pemerintah menaruh perhatian terhadap mutu pembelajaran, dimana setiap satuan pendidikan diberi kewenangan untuk melakukan perencanaan pembelajaran supaya proses pembelajaran dapat terselenggara secara interaktif dan inspiratif, meyenangkan, menantang, kontekstual dan kolaboratif, serta dapat memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif

E. Penelitian yang Relevan

1. Sukma Anggita Pusparani (2015) dalam skripsinya yang berjudul

“Efektivitas Lesson Study pada Mata Pelajaran Ekonomi untuk

Meningkatkan Motivasi Prestasi Belajar Siswa Kelas X SMA N egeri 11 Yogyakarta”. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lesson study efektif dalam meningkatkan motivasi belajar siswa sebesar 13,22% dan prestasi belajar siswa sebesar 83,95%, selain itu motivasi dan prestasi belajar siswa yang menggunakan lesson study lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang tidak menggunakan lesson study. Persamaan penelitian ini adalah sama-sama mengkaji mengenai pelaksanaan lesson study berbasis sekolah. Perbedaan penelitian ini adalah jenis penelitian dan fokus penelitian, yaitu efektivitas lesson study dengan motivasi prestasi belajar siswa, sedangkan peneliti memfokuskan kajiannya pada implementasi lesson


(50)

study sebagai pendukung kebijakan peningkatan mutu pendidikan di SMP N 1 Sewon.

2. Dwi Karyati (2009) dalam tesisnya yang berjudul “Manajemen Lesson Study Berbasis MGMP pada Bidang Studi Matematika di Kabupaten Bantul”. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa manajemen lesson study berbasis MGMP pada bidang studi matematika di Kabupaten Bantul, ditinjau dari perencanaan, pendanaan, pengaturan, pengorganisasian, dan monitoring telah terlaksana dengan baik. Persamaan penelitian ini adalah sama – sama mengkaji mengenai lesson study dan menggunakan metode penelitian kualitatif. Perbedaan penelitian ini adalah fokus kajian penelitian ini pada manajemen lesson study berbasis MGMP pada bidang studi matematika, sedangkan peneliti memfokuskan kajiannya pada implementasi lesson study berbasis sekolah sebagai pendukung kebijakan peningkatan mutu pendidikan di SMP N 1 Sewon.

3. Tri Winarni (2014) dalam skripsinya yang berjudul ”Pelaksanaan Lesson Study Berbasis Sekolah dalam Pembelajaran IPS di Sekolah Menengah Pertama Se-Kabupaten Bantul. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Hasil penelitiannya adalah pemaparan mengenai (1) pelaksanaan lesson study; (2) manfaat lesson study; (3) kendala lesson study; dan (4) solusi untuk mengatasi kendala pelaksanaan lesson study bebasis sekolah dalam pelajaran IPS. Persamaan penelitian ini adalah sama-sama mengkaji mengenai


(51)

pelaksanaan lesson study berbasis sekolah dan menggunakan metode penelitian kualitatif. Perbedaan penelitian ini adalah fokus kajian penelitian ini pada pelaksanaan lesson study di SMP se-kabupaten Bantul, sedangkan peneliti memfokuskan kajiannya pada implementasi lesson study sebagai pendukung kebijakan peningkatan mutu pendidikan di SMP N 1 Sewon.

F. Kerangka Berpikir

Bentuk perhatian pemerintah terhadap peningkatan mutu pendidikan di Indonesia dapat dilihat dari ditetapkankannya Peraturan Pemerintah RI Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Pada Pasal 19 dijelaskan bahwa proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartipasi aktif. Selanjutnya, agar proses pembelajaran terlaksana secara efektif dan efisien, setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran.

Selanjutnya, dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah dijelaskan, bahwa model dan metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran mengacu pada karakteristik pembelajaran, meliputi: interaktif dan inspiratif; kontekstual dan kolaboratif;


(52)

meyenangkan dan menantang, serta dapat memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif.

Bentuk tindaklanjut dari sekolah dalam merealisasikan dua kebijakan tersebut bermacam-macam, salah satunya ialah melalui program lesson study. Lesson study dapat dipilih menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan kualitas keprofesionalan guru yang berdampak pada peningkatan kualitas proses pembalajaran. Lesson study memberikan kesempatan kepada para guru untuk merancang pembelajaran secara kolaboratif, supaya pembelajaran dapat terselenggara secara efektif dan efisien seperti yang dituangkan dalam Permendibud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.

SMP Negeri 1 Sewon merupakan sekolah yang ditetapkan sebagai “Core School Lesson Study” di kabupaten Bantul sejak tahun 2009, dan sudah menerapkan lesson study pada semua mata pelajaran. Dalam hal ini maka perlu diketahui bagaimana proses perencanaan program Lesson Study Berbasis Sekolah (LSBS) di SMP N 1 Sewon, implementasi program Lesson Study Berbasis Sekolah (LSBS) sebagai pendukung kebijakan peningkatan mutu pendidikan di SMP N 1 Sewon, dan faktor pendukung dan penghambat yang ditemui dalam mengimplementasikan program LSBS. Berdasarkan uraian kerangka pikir tersebut, maka diperoleh skema alur pikir penelitian sebagai berikut :


(53)

Berikut ini adalah skema berpikir dalam penelitian:

Gambar 3. Kerangka Berpikir PP RI No 32 Tahun 2013

tentang Standar Nasional Pendidikan

IMPLEMENTASI PROGRAM LESSON STUDY

BERBASIS SEKOLAH (LSBS) DI SMP N 1 SEWON

Permendikbud RI No 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada

Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN

Proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan dapat

memotivasi siswa untuk berpartipasi aktif.

PROSES PERENCANAAN PROGRAM LESSON STUDY

BERBASIS SEKOLAH (LSBS) DI SMP N 1 SEWON

FAKTOR PENDUKUNG & FAKTOR PENGHAMBAT DALAM IMPLEMENTASI


(54)

G. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan kajian pustaka di atas, maka penelitian tentang Implementasi program Lesson Study Berbasis Sekolah (LSBS) sebagai pendukung kebijakan peningkatan mutu pendidikan di SMP N 1 Sewon dibatasi pada pertanyaan penelitian di bawah ini:

1. Apa yang melatarbelakangi sekolah melakukan perencanaan program LSBS di SMP N 1 Sewon?

2. Bagaimana proses perencanaan program LSBS di SMP N 1 Sewon? 3. Bagaimana implementasi plan program LSBS di SMP N 1 Sewon? 4. Bagaimana implementasi do program LSBS di SMP N 1 Sewon? 5. Bagaimana implementasi see program LSBS di SMP N 1 Sewon?

6. Apa saja faktor yang mendukung sekolah dalam mengimplementasikan program LSBS di SMP N 1 Sewon?

7. Apa saja faktor yang menghambat sekolah dalam mengimplementasikan program LSBS di SMP N 1 Sewon?


(55)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur (2012: 13) mengatakan bahwa penelitian kualitatif bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, dan pemikiran manusia secara individu maupun kelompok.

Penelitian ini mendeskripsikan tentang bagaimana perencanaan program lesson study berbasis sekolah di SMP N 1 Sewon, implementasi program lesson study berbasis sekolah di SMP N 1 Sewon, dan faktor pendukung dan penghambat yang temui sekolah dalam mengimplementasikan program lesson study berbasis sekolah.

B. Setting Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai Mei 2016. Peneliti mengambil lokasi penelitian di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Sewon yang terletak di Jalan Parangtritis Km. 7 Dusun Bangi, Kelurahan Timbulharjo, Kecamatan Sewon Bantul Yogyakarta. Peneliti memilih sekolah tersebut dikarenakan, SMP N 1 Sewon ditetapkan sebagai “Core School Lesson Study” di kabupaten Bantul.

C. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian adalah individu, benda, atau organisasi yang dijadikan sumber informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data penelitian (Muhammad Idrus, 2009: 91). Istilah subjek penelitian di kalangan


(56)

peneliti kualitatif disebut dengan istilah informan, yaitu orang yang memberi informasi tentang data yang diinginkan peneliti berkaitan dengan penelitian yang sedang dilaksanakannya.

Adapun informan dalam penelitian ini adalah pihak-pihak yang berhubungan langsung dengan implementasi program LSBS sebagai pendukung kebijakan peningkatan mutu pendidikan di SMP N 1 Sewon, yaitu kepala sekolah, waka kurikulum, urusan KBM selaku koordinator LSBS, guru baik yang bertugas sebagai guru model maupun pengamat (observer), dan siswa. Sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah program LSBS di SMP N 1 Sewon, khususnya sebagai pendukung kebijakan peningkatan mutu pendidikan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono, 2012: 62). Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi.

1. Observasi

Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur (2012: 165) mengatakan bahwa metode observasi (pengamatan) merupakan sebuah teknik pengumpulan data yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan mengamati hal-hal yang berkaitan dengan ruang, tempat, perilaku, kegiatan, benda-benda, waktu, peristiwa, tujuan, dan perasaan. Peneliti


(57)

hanya mengamati interaksi sosial yang mereka ciptakan, baik dengan sesama subjek penelitian maupun dengan pihak luar.

Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi terkait implementasi program LSBS sebagai pendukung kebijakan peningkatan mutu pendidikan di SMP N 1 Sewon. Mengacu pada teori lesson study, maka kisi-kisi pedoman observasi yang digunakan oleh peneliti dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Kisi-Kisi Pedoman Observasi

Tahap Aspek Indikator No

Butir

Plan

Persiapan lesson study

Pengaturan jadwal dan

alokasi waktu 1

Penentuan mata pelajaran

dan guru model 2

Pemilihan kelas lesson

study 3

Pembuatan lembar pengamatan, daftar hadir pengamat, dan denah tempat duduk

4

Biaya 5

Dukungan teknis 6 Perencanaan

Pembelajaran

RPP dan LKS 7

Pembentukan kelompok

siswa 8

Gladi bersih 9

Do

Briefing Penyampaian rancangan

pemebelajaran 10

Guru melaksanakan pembelajaran

Penggunaan model

pembelajaran 11

Penggunaan metode

pembelajaran 12

Penggunaan media

pembelajaran 13

Kualitas siswa dalam


(58)

Lanjutan Tabel 1. Kisi-Kisi Pedoman Observasi

Tahap Aspek Indikator No

Butir Do Pengamat mengamati

pembelajaran

Posisi pengamat 15

Ketenangan 16

Fokus pengamatan 17

See Proses kegiatan refleksi

Peran kepala sekolah 18 Tugas moderator 19 Penyampaian pendapat

oleh pengamat 20

Sikap guru model 21

Tindak lanjut 22

Faktor pendukung implementasi program LSBS 23 Faktor penghambat implementasi program LSBS 24

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan yang dilakukan dengan maksud tertentu. Percakapan tersebut dilakukan oleh dua pihak, yaitu antara pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dengan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut (Lexy J. Moloeng: 2005: 186).

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan kepada kepala sekolah baik kepala sekolah sekarang maupun kepala sekolah dahulu yang mengabdi di SMP N 1 Sewon dari tahun 2008 sampai dengan 2013, wakil kepala sekolah bagian kurikulum, ketua atau koordinator program LSBS, guru, dan siswa. Wawancara ditujukan untuk mendapatkan informasi mengenai proses perencanaan program LSBS, implementasi program LSBS sebagai pendukung kebijakan peningkatan mutu


(59)

pendidikan, mencakup kegiatan plan, do, dan see, serta faktor pendukung dan penghambat dalam mengimplementasikannya.

Mengacu pada teori lesson study, maka kisi-kisi pedoman wawancara yang digunakan oleh peneliti dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara

Aspek Indikator Nomor Butir

A B C D E F A. Poses

Perencanaan

Latar belakang 3 - - - - -

Tujuan 4 1 1 1 1 -

Pihak yang

berpartisipasi 5 - - - - -

B. Plan

Pengaturan jadwal dan alokasi waktu

- 2,3 2 2 2 - Penentuan mata

pelajaran dan guru model

- 4 3 3 3 - Pemilihan kelas

lesson study - - 4 4 4 -

Pembuatan lembar pengamatan, daftar hadir pengamat, dan denah tempat duduk

- - 5 5 5 -

Biaya - 5 6 6 6 -

Dukungan

teknis - 6 7 7 7 -

RPP dan LKS 7 8 8 8 -

Pembentukan

kelompok siswa - - 9 9 9 - Gladi bersih - 8 10 10 10 -

C. Do

Briefing - 9 11 11 11 -

Penggunaan model pembelajaran


(60)

Lanjutan Tabel 2. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara

Variabel Aspek Nomor Butir

A B C D E F

C. Do

Penggunaan metode pembelajaran

- - - 13 13 3 Penggunaan

media

pembelajaran

- - - 14 14 4 Peraturan dalam

pengamatan - 10 12 15 15 5,6 Fokus

pengamatan - 11 13 16 16 - Kualitas siswa

dalam

pembelajaran (pemahaman siswa)

- 12 14 17 17 7

D. See

Peran Kepala

sekolah - 13 16 19 19 - Tugas Moderator - - 17 20 20 - Penyampaian

pendapat oleh pengamat

- - 18 21 21 - Sikap guru model - - 19 22 22 - Tindak lanjut - 14 20 23 23 - - Faktor pendukung implementasi

program LSBS 6 15 21 24 24 -

- Faktor pendukung implementasi

program LSBS 7 16 22 25 25 -

Keterangan Informan:

A : Kepala SMP N 1 Sewon dari tahun 2008 s/d 2013 B : Kepala SMP N 1 Sewon sekarang

C : Wakil Kepala Sekolah Bagian Kurikulum SMP N 1 Sewon D : Guru SMP N 1 Sewon

E : Ketua atau Koordinator program LSBS SMP N 1 Sewon F : Peserta Didik SMP N 1 Sewon


(61)

3. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawanacara dalam penelitian kualitatif (Sugiyono, 2012: 82). Selanjutnya, Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur (2012: 199) menjelaskan bahwa dokumen dapat dipahami sebagai catatan tertulis yang berhubungan dengan suatu peristiwa masa lalu, baik yang dipersiapkan maupun tidak dipersiapkan untuk suatu penelitian.

Berikut ini adalah kisi-kisi pedoman studi dokumentasi terkait implementasi program Lesson Study Berbasis (LSBS) sebagai pendukung kebijakan peningkatan mutu pendidikan di SMP N 1 Sewon:

Tabel 3. Kisi-Kisi Pedoman Dokumentasi

Tahap Aspek Indikator No Butir

Plan

Persiapan lesson study

SK tentang Pelaksanaan program lesson study berbasis sekolah

1 Jadwal program lesson

study berbasis sekolah 2

Lembar pengamatan 3 Daftar hadir pengamat 4 Perencanaan

Pembelajaran

RPP dan LKS 5

Denah tempat duduk dan

daftar anggota kelompok 6 Do

Pengamat mengamati pembelajaran

Lembar observasi 7

See

Proses berlangsungnya kegiatan refleksi

Notulen 8

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian pada penelitian ini adalah peneliti sendiri. Seperti yang dijelaskan oleh Sugiyono (2007: 59) bahwa dalam penelitian


(62)

kualitatif, yang menjadi instrumen penelitian adalah peneliti itu sendiri. Dalam melakukan penelitian, peneliti dibantu dengan instrumen pendukung yaitu pedoman penelitian, meliputi: pedoman observasi, pedoman wawancara, dan pedoman dokumentasi yang dilampirkan oleh peneliti pada halaman 144 sampai dengan halaman 155.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif, sehingga digambarkan dengan kata-kata atau kalimat yang merupakan hasil penarikan kesimpulan dari data yang diperoleh melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Pendeskripsian hasil penelitian diwujudkan dalam bentuk narasi.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah mode analisis data interaktif Miles and Huberman. Adapun langkah-langkah dalam model analisis data interaktif Miles dan Huberman adalah sebagai berikut:

1. Data Collection (Pengumpulan Data)

Pengumpulan data dilakukan melalui teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi dengan menggunakan pedoman penelitian yang telah disebutkan di atas. Data yang terkumpul kemudian dideskripsikan dan diberi catatan refleksi, yaitu catatan yang diberisi komentar atau tafsiran atas data yang diperoleh tersebut.

2. Data Reduction (Reduksi Data)

Reduksi data dilakukan oleh peneliti dengan memilah data antara data yang berguna dengan data yang tidak berguna dalam penelitian.


(63)

Data yang digunakan adalah data yang penting, relevan, dan mempunyai makna terhadap fokus penelitian. Sedangkan data di luar tersebut dihilangkan. Hal ini dilakukan untuk mempermudah peneliti dalam melakukan analisis data.

3. Data Display (Penyajian Data)

Penyajian data pada penelitian ini bersifat deskriptif. Sajian deskripsi diwujudkan ke dalam bentuk narasi, guna untuk mempermudah dalam memahami bagaimana dan apa yang sedang terjadi terkait fokus penelitian.

4. Conclusion Drawing/Verification (Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi) Penarikan kesimpulan dilakukan dengan mencari makna dari komponen-komponen data yang disajikan dengan mencermati pola-pola, keteraturan, dan hubungan sebab-akibat.

Berdasarkan pemaparan di atas, model analisis data interaktif Miles and Huberman dapat ditunjukkan dalam gambar sebagai berikut :

Gambar 4. Komponen dalam Analisis Data (Interactive Model) (Sumber: Sugiyono, 2012: 92)

Data Collection

Data Reduction

Data Display

Conclusions: drawing/verifying


(64)

G. Teknik Keabsahan Data

Teknik keabsahan data pada penelitian ini digunakan untuk menguji kredibilitas data yang diperoleh dari para informan. Selanjutnya, Sugiyono (2013: 121) mengungkapkan bahwa uji kredibelitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif dan member check

Berdasarkan penjelasan di atas, teknik yang digunakan untuk menguji kredibilitas data pada penelitian ini adalah triangulasi. Adapun teknik triangulasi yang digunakan yaitu triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Kedua teknik triangulasi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui beberapa sumber.

Gambar 5. Triangulasi Sumber Sumber data 2

Koordinator LSBS

Sumber data 4 Siswa Sumber data 1

Kepala Sekolah LSBS

Sumber data 3 Guru


(1)

DOKUMENTASI HASIL PENELITIAN

1. Tahap Plan (Perencanaan)

2. Do (Pelaksanaan)


(2)


(3)

LAMPIRAN 6. CONTOH TRANSKRIP WAWANCARA

YANG SUDAH DIREDUKSI


(4)

Transkrip Wawancara yang Sudah Direduksi dengan Kepala SMP N 1 Sewon

Nama : S

Hari/ tanggal : Jumat, 15 April 2016 Waktu : 08.00 – 08.45 WIB

Tempat : Ruang tamu SMP N 1 Sewon

Tabel 16. Transkrip Wawancara yang Sudah Direduksi dengan Kepala Sekolah

No. Pertanyaan Penelitian Data Hasil Reduksi Data 1. Apa tujuan pelaksanaan program

LSBS di SMP N 1 Sewon?

- Program LSBS merupakan salah satu kiat untuk mewujudkan guru yang professional. Dulu sebelum adanya LSBS, kalau mau dikunjungi pengawas atau ada supervisi dari kepala sekolah atau pengawas itu kan guru nerveous dan kurang PD mbak.

- Tujuan penyelenggaraan program LSBS di SMP N 1 Sewon adalah sebagai salah satu kiat untuk mewujudkan guru yang professional.

2. Bagaimana dana yang digunakan dalam pelaksanaan program LSBS di SMP N 1 Sewon?

- Dana yang digunakan dalam pelaksanaan program LSBS bersumber dari dana BOS. Dana tersebut dialokasikan ke RKAS pada setiap satu semester. Dana tersebut digunakan untuk ATK, seperti RPP dan LKS, dan untuk membeli alat peraga.

- Dana yang digunakan untuk melaksanakan program LSBS bersumber dari dana BOS yang dialokasikan ke RKAS. Dana tersebut digunakan untuk keperluan ATK.

3. Apakah anda ikut

mempertimbangkan jadwal dan alokasi waktu pelaksanaan lesson study di SMP N 1 Sewon?

- Jelas saya ikut mempertimbangkan jadwal mbak, kepala sekolah langsung mendelegasikan ke staff. Awalnya kami rembugan dulu dengan bu Era (sie KBM/ wakil pembelajaran).

Pengaturan jadwal dilakukan oleh urusan KBM selaku

koordinator yang


(5)

Lanjutan Tabel 16. Transkrip Wawancara yang Sudah Direduksi dengan Kepala Sekolah

No. Pertanyaan Penelitian Data Hasil Reduksi Data 4. Bagaimana proses penentuan guru

model dalam pelaksanaan program LSBS di SMP N 1 Sewon?

- Perlu kami tegaskan bahwa mulai pada Semester II tahun pelajaran 2014/2015, pelaksanaan LSBS di SMP N 1 Sewon sudah merupakan kebutuhan bagi bapak ibu guru, karena bapak ibu guru sudah pada mendaftar sendiri ke koordinator, dan kami tinggal membuat jadwalnya saja. Artinya, sejak itu di sini sudah tidak dilakukan lagi penunjukkan guru model.

- Sejak Semester II tahun ajaran 2015/2015, pelaksanaan lesson study sudah menjadi kebutuhan bagi guru di SMP N 1 Sewon. Artinya, guru sudah tidak perlu ditunjuk lagi untuk menjadi guru model.

5. Bagaimana dukungan teknis dalam pelaksanaan program LSBS di SMP N 1 Sewon?

-Awalnya iya ada dukungan dari luar mbak, karena ini sudah merupakan kebutuhan dan ini sudah merupakan program rutin sekolah, tinggal kadang-kadang ada yang mantau saja kita terima juga. Mungkin karena sudah dianggap mandiri lalu dilepas oleh dinas, tetapi kita tetap memberitahukan jadwal ke dinas, karena sering dipantau juga oleh dinas, “bagaimana LSBS di SMP N 1 Sewon?”.

- Pelaksanaan program LSBS sudah tidak ada dukungan teknis dari luar, baik dosen maupun pengawas dari dinas pendidikan. Karena lesson

study sudah merupakan

program rutin sekolah dan sekolah dianggap sudah mampu mandiri sehingga dilepas oleh dinas.

6. Bagaimana fokus observer dalam melakukan pengamatan selama pembelajaran berlangsung?

-Isi dari lembar pengamatan adalah temuan hasil observer saat melakukan observasi. Perlu ditekankan bahwa fokus pengamatan adalah aktivitas peserta didik, bukan pada guru model.

- Kepala sekolah menekankan bahwa fokus pengamatan observer adalah aktivitas peserta didik bukan pada guru model.


(6)

Lanjutan Tabel 16. Transkrip Wawancara yang Sudah Direduksi dengan Kepala Sekolah

No. Pertanyaan Penelitian Data Hasil Reduksi Data

7. Apa saja faktor yang mendukung dalam pelaksanaan program LSBS di SMP N 1 Sewon?

- motivasi dan rasa percaya diri bahwa “aku harus bisa”, pokoknya optimis bahwa kita ingin meningkatkan mutu dan kualitas sekolah.

- Sarpras, LCD langsung membanjiri kelas-kelas. Kami dapat bantuan lab dan Ruang PSB. Dan akhirnya kita kalau open class tidak menggunakan kelas, kita menggunakan lab atau ruang PSB yang lebih luas. Karena di situ nanti bisa menampung banyak observer, karena kalau banyak tamu itu bisa 30 observer.

- Anggaran BOS, dana untuk ATK dan konsumsi. Karena ATK banyak sekali, seperti penggandaan RPP

- Faktor pendukung pelaksanaan program LSBS di SMP N 1 Sewon antara lain mootivasi dari guru meningkatkan mutu pembelajaran, kompetensi guru, ketersediaan arana dan prasarana, dan anggaran dana

8. Apa saja faktor penghambat dalam pelaksanaan program LSBS di SMP N 1 Sewon?

- Faktor penghambatnya ada paada waktu mbak, karena banyak kegiatan di sekolah sehingga ada beberapa jadwal yang kurang sesuai dengan pelaksanaannya. Kami juga kesulitan pada pengaturan jadwal open class.

- Faktor penghmabat pelaksanaan program LSBS di SMP N 1 Sewon adalah waktu. Sekolah masih kesulitan dalam pengaturan jadwal lesson study.