Orang yang dibolehkan tidak berpuasa

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 290 Dr. H. Moch. Tolchah, M. Ag. b. Orang yang sedang dalam perjalanan jauh. Orang yang melakukan perjalanan jauh kira-kira 80 km atau lebih boleh tidak berpuasa, dan wajib mengqadla’nya di hari lain sejumlah yang ditinggalkan. Dasar bolehnya tidak berpuasa karena sakit dan melakukan perjalanan adalah firman Allah QS. al- Baqarah 2: 185: Artinya: Beberapa hari yang ditentukan itu ialah bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan permulaan Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda antara yang hak dan yang batil. Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir di negeri tempat tinggalnya di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan lalu ia berbuka, maka wajiblah baginya berpuasa, sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. c. Orang yang tidak kuasa mampu berpuasa karena terlalu berat menjalankannya. Yang termasuk orang yang berat berpuasa di sini adalah orang yang sudah berusia lanjut terlalu tua dan fisiknya sangat lemah sehingga tidak mampu berpuasa, orang yang sedang bekerja keras dan membutuhkan tenaga yang kuat, dan perempuan yang sedang hamil atau menyusui. Bagi orang-orang yang lemah ini boleh tidak PPP 0[B ewH[pV [™H:[ŠyD¥v [89[ c[m ¦ž[ H ¤ PPP§Q _0B81 PP9 : H PPb‰[B[ PP01 [d“ Š 0[BT2H[e “7 S y§[Q p ‰[? J[6k e©H6 ¦ P - ‰[?[6 P «DB S H[ª[I2H[:[1ª[I ª b¬‰H: digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 291 Pendidikan Islam dalam Teori dan Praktik berpuasa dan wajib bagi mereka membayar fidyah, yaitu memberi makan fakir miskin. 5

2. Mempraktekan Puasa Wajib

Mempraktekkan cara-cara puasa, khsusunya puasa Ramadlan, sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw. dengan urutan sebagai berikut: a. Hendaklah orang yang akan berpuasa mengetahui dengan pasti mengenai awal bulan Ramadlan, baik secara langsung maupun dengan bantuan orang lain. Penetapan awal bulan Ramadlan ini bisa dengan ru’yat melihat hilalbulan sabit dan bisa juga dengan hisab perhitungan. b. Setelah mengetahui awal bulan Ramadlan, maka pada malamnya sudah mulai melakukan rangkaian ibadah di bulan Ramadlan, seperti melakukan shalat tarawih dan witir dengan rangkaian kegiatan lainnya. Biasanya dalam ibadah seperti itu niat dilafalkan secara bersama-sama. Jika niat belum dilafalkan pada waktu itu, maka niatlah selama malam itu sebelum fajar tiba. c. Melakukan makan sahur sebelum fajar tiba. d. Apabila fajar sudah tiba, maka tahanlah imsak, jangan makan dan minum serta hal-hal lain yang membatalkan puasa. e. Selama melakukan puasa kerjakan hal-hal yang baik, terutama yang termasuk dalam sunnah-sunnah puasa, seperti melakukan shalat fardlu dengan berjama’ah, memperbanyak shalat-shalat sunnat, memperbanyak membaca alQuran, memberi sadaqah, dan lain-lain. f. Apabila matahari sudah terbenam masuk waktu Maghrib maka bersegeralah untuk berbuka puasa dengan mendahulukan 5 Ibid., 37 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 292 Dr. H. Moch. Tolchah, M. Ag. mencicipi makanan atau minuman yang manis-manis. Lalu lakukanlah shalat Maghrib, kalau bisa dengan berjama’ah. Setelah itu teruskan makan dan minum untuk menikmati buka puasa. g. Aktivitas-aktivitas seperti itu dilakukan setiap malam dan hari berpuasa. Pada sepertiga akhir pelaksanaan puasa mulai tanggal 21 Ramadlan, terutama malam-malam tanggal ganjil tambahlah aktivitas Ramadlan dengan beri’tikaf di masjid dan usahakan untuk meraih Lailatul Qadar suatu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. h. Di samping harus memelihara diri dari perbuatan yang membatalkan puasa, dianjurkan juga untuk memelihara diri dari perbuatan yang dapat menghilangkan pahala puasa, seperti mem- bicarakan orang lain, memfitnah, bohong, dan lain sebagainya. i. Memperbanyak berdo’a kepada Allah, karena bulan Ramadlan bulan yang sangat mulia. Itulah beberapa cara yang dapat dilaku- kan untuk sempurnanya pelaksanaan puasa di bulan Ramadlan. Sedang untuk puasa sunnah, cara-cara umumnya sama, hanya aktivitas tambahannya tidak sebanyak pada saat berpuasa di bulan Ramadlan. 6

3. Menjelaskan Ketentuan Puasa Sunnah

A. Puasa sunnah

Puasa sunnah adalah puasa yang dianjurkan untuk dilakukan karena memiliki pahala yang besar bagi yang melakukannya, meskipun tidak sampai berdosa bagi yang meninggalkannya. Puasa sunnah ini selalu dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw. Di antara puasa sunnah yang dianjurkan untuk dilakukan adalah: a. Puasa enam hari pada bulan Syawwal. 6 Achmas Sunarto , Syari’ah Islam Bandung: Al- Ma’arif, 2007, 99.