Bersikap sabar dan tawakkal ketika mendapat cobaan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 144 Dr. H. Moch. Tolchah, M. Ag.

2. Tidak mudah putus asa

Orang yang tidak beriman pada qadha dan qadar apabila ia mengalami kegagalan, ia mudah berkeluh kesah dan berputus asa , karena ia menyadari bahwa kegagalan itu sebenarnya adalah ketentuan Allah. Firman Allah SWT: Artinya: Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir. QS.Yusuf : 87 7

3. Tidak takabbur Sombong ketika meraih keberhasilan

Orang yang beriman kepada qadha dan qadar, apabila memperoleh keberhasilan, ia menganggap keberhasilan itu adalah semata-mata karena Allah. Ia tidak merasa dirinya hebat. Sabda Rasulullah: yang artinya” Tidak akan masuk sorga orang yang didalam hatinya ada sebiji sawi dari sifat kesombongan.” HR. Muslim

4. Mensyukuri semua nikmat yang Allah berikan Qana’ah

Seseorang yang beriman kepada qadha dan qadar mengetahui bahwa rizkinya telah tertuliskan, dan bahwa ia tidak akan meninggal sebelum ia menerima sepenuhnya, juga bahwa rizki itu tidak akan dicapai oleh semangatnya orang yang sangat berhasrat dan tidak dapat dicegah oleh kedengkian orang yang dengki. Ia pun mengetahui bahwa seorang makhluk sebesar apa pun usahanya dalam ƒ³®BW›Wc SÈ\FÙl S¾‚\UWVÙ C° \ÀySÄc °Oj¦\U XT YXT S¾W‹ØcV C° ¨[ØTˆq  œÈO5¯ Y À‡W‹ØcWc C° ¨[ØTˆq  €Y¯ Ä3×SVÙ WDTÄm°Ý›VÙ 7 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya Bandung : CV J-Art, 2004 247 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 145 Pendidikan Islam dalam Teori dan Praktik memperoleh ataupun mencegahnya dari dirinya, maka ia tidak akan mampu, kecuali apa yang telah Allah tetapkan baginya. Dari sini muncullah qana’ah terhadap apa yang telah diberikan, kemuliaan diri dan baiknya usaha, serta membebaskan diri dari penghambaan kepada makhluk dan mengharap pemberian mereka. Hal tersebut tidak berarti bahwa jiwanya tidak berhasrat pada kemuliaan, tetapi yang dimaksudkan dengan qana’ah ialah, qana’ah pada hal-hal keduniaan setelah ia menempuh usaha, jauh dari kebakhilan, kerakusan, dan dari mengorbankan rasa malunya. Apabila seorang hamba dikaruniai sikap qana’ah, maka akan bersinarlah cahaya kebahagiaan, tetapi apabila sebaliknya apabila ia tidak memiliki sikap qana’ah, maka hidupnya akan keruh dan akan bertambah pula kepedihan dan kerugiannya, disebabkan oleh jiwanya yang tamak dan rakus. Seandainya jiwa itu bersikap qana’ah, maka sedikitlah musibahnya. Sebab orang yang tamak adalah orang yang terpenjara dalam keinginan dan sebagai tawanan nafsu syahwat. Kemudian, bahwa qana’ah itu pun dapat menghimpun bagi pelakunya kemuliaan diri, menjaga wibawanya dalam pandangan dan hati, serta mengangkatnya dari tempat-tempat rendah dan hina, sehingga tetaplah kewibawaan, melimpahnya karamah, kedudukan yang tinggi, tenangnya bathin, selamat dari kehinaan, dan bebas dari perbudakan hawa nafsu dan keinginan yang rendah. Sehingga ia tidak mencari muka dan bermuka dua, ia pun tidak melakukan sesuatu kecuali hal itu dapat memenuhi menambah imannya, dan hanya kebenaranlah yang ia junjung.

5. Tidak malas beribadah dan berikhtiar kepada Allah

Qada’ dan qadar Allah SWT tentang nasib manusia rahasia Allah SWT yang yang semata. Karna tidak tau nasibnya, maka manusi tidak boleh menunggu dengan pasrah. Manusia yang beriman pada qadha dan qadar mempelajari dan mempraktikkan hukum-hukum Allah yang telah diberikan kepada manusia.