Teknik-teknik Brief Konseling. Hakekat Brief Counseling

e. Brief Counseling mudah diadaptasi. Teknik Brief Counseling ini berkembang dalam budaya Amerika, tetapi sesungguhnya teknik ini sangat mudah disesuaikan dengan berbagai kultur.

6. Teknik-teknik Brief Konseling.

Brief counseling memiliki lima teknik, yang diawali dengan teknik bercerita bebas, kemudian terapetik, serta penutup Corey, 2005; Capuzzi dan Gross, 2003. Terapetik merupakan inti dari keseluruhan proses Brief counseling, di mana di dalamnya terdapat empat teknik yang sangat penting, yaitu: penskalaan, pengecualian, pertanyaan ajaib, dan menjinakkan ranjau. Di bawah ini akan dijelaskan melaui bagan dan keterangannya mengenai teknik konseling singkat berfokus pada solusi. Gambar.1 Bagan Tahapan Teknik Brief Counseling Keterangan bagan: a. Teknik Bercerita Bebas Teknik bercerita bebas merupakan awal dari kegitan konseling singkat berfokus pada solusi, dalam teknik ini konselor mengajak Bercerita bebas Terapetik Penutup Penskalaan Pertanyaan ajaib pengecualiaan Menjinakkan ranjau konseli untuk membagikan pengalaman baik mereka atau pengalaman yang membuat mereka bahagia kepada konseli lainya. George, Iveson dan Ratner 1990 merumuskan teknik ini sebagai solusi penting yang berfokus pada teknik dan sangat bermanfaat untuk tetap menjaga kedekatan dengan klien. Dengan teknik ini konselor mengajak klien mendiskusikan hal-hal positif dalam hidup, hal-hal baik yang terjadi dalam hidup dan apa yang bermanfaat bagi mereka. Sebagai sebuah teknik berfokus pada solusi, teknik berceritera bebas ini sangat bermanfaat untuk menghindari percakapan yang justru memperlemah semangat dan sumber daya konseli. Hal ini membuktikan bahwa kemampuan, perhatian, sumber daya dan kekuatan konseli sangatlah penting untuk mengimbangi kondisi tidak stabil, sakit, stress dan gejala-gejala lain. b. Penskalaan Penskalaan adalah sebuah teknik yang dapat menuntun konselor maupun konseli untuk membuat permasalahan yang pada mulanya terasa kompleks dan abstrak menjadi lebih konkrit dan manajebel De Jong Miller, 1995. Acap kali pikiran, perasaan, dan perilaku konseli tidak realistik atau mengawang-awang, maka dibutuhkan teknik konseling untuk mendaratkan pikiran dan perasaannya agar menjadi lebih konkrit. Ketika pikiran dan perasaan konseli lebih konkrit, maka permasalahannya akan lebih manajebel. Ketika konseli sudah memiliki orientasi yang lebih jelas akan permasalahannya maka ia akan lebih mudah diarahkan untuk. fokus pada solusi. Pertanyaan penskalaan yang diajukan oleh seorang konselor kepada konseli akan menuntun konseli beranjak dari konsep konsep abstrak menuju goal yang realistik. Contohnya, seorang konselor menanyakan kepada konseli Dalam skala 1 sampai 10, dimana satu merepresentasikan keadaan yang paling buruk, dan angka sepuluh merepresentasikan sesuatu yang paling baik, dimanakah posisi Anda saat ini? ”. Disadari atau tidak, pertanyaan itu akan sedikit memaksa konseli untuk menempatkan diri pada posisi tertentu dalam semesta permasalahannya. Langkah ini disebut reorientasi. Seseorang yang terbelit oleh sebuah permasalahan sering kehilangan orientasi, mereka membutuhkan bantuan untuk mereorientasi diri supaya lebih fokus pada solusi atas permasalahannya. Penskalaan juga bisa mengukur progres dari proses konseling yang tengah terjadi. Di tengah-tengah proses konseling, konselor dimungkinkan untuk mengajukan pertanyaan yang bertujuan mengukur sampai di mana progres konseling saat itu. Konselor bisa menanyakan kepada konseli Saya ingin tahu di mana posisi Anda saat ini sebenarnya, bila angka 1 adalah kondisi Anda yang penuh dengan masalah, dan angka 10 menggambarkan kondisi Anda yang telah bebas dari masalah, dimanakah posisi Anda saat ini? c. Teknik Pengecualiaan Menemukan pengecualian adalah teknik yang sangat penting dalam mencari solusi dalam sebuah proses konseling. Yang dimaksud dengan pengecualian adalah: menujuk pada waktu ketika sebuah problem belumtidak terjadi. Teknik ini akan menandai pencapaian seorang konseli meskipun bersifat sementara. Inti dari teknik pengecualian mendasarkan pada asumsi bahwa semua problem telah teratasi, kondisi itu akan bermanfaat untuk mendapatkan solusi yang sesungguhnya. Kita dan juga klien, cenderung melihat sebuah persoalan seolah-olah konstan, terus menerus terjadi, dan seolah-olah tidak pernah melunak sejenak pun. Jika kita mengenali pengecualian ini, kita cenderung mengelak hal-hal yang signifikan pada masalah itu. Suasana ini akan memberikan angin segar bagi otak untuk memfilter, memproses dan menyimpan informasi yang bermanfaat. Konselor profesional selalu mendengar pengecualian ini, mengeluarkan dari pikiran konseli, dan memanfaatkannya untuk medapatkan solusi. Dengan teknik ini, konseli mendapatkan pengharapan, dan diteguhkan dengan kemampuan dirinya mendapatkan menafaat dari sebuah keadaaan. d. Pertanyaan Ajaib. Inti dari teknik ini adalah mengajak konseli untuk membayangkan suatu masa di waktu yang akan datang di mana ia tidak mengalami masalah sama sekali. Dalam proses ini konselor juga mengajak konseli untuk mengidentifikasi cara-cara menyelesaikan masalah untuk membangun masa depannya. Inilah yang disebut solution focused therapy. e. Flagging The Minifield Menjinakkan Ranjau Flagging the Minefield, atau dalam bahasa Indonesia ditejemahkan teknik menjinakkan ranjau, menurut Sklare 2005 adalah sebuah teknik yang dapat membimbing konseli untuk patuh pada apa yang ia dapatkan dalam sessi konseling untuk diterapkan ke dalam situasi nyata yang ia temui. Kadang kala konseli mendapatkan banyak pemahaman dalam sessi konseling, tetapi bingung ketika menghadapi situasi nyata. Dengan menerapkan teknik ini pada saat penutupan sesi, konseli akan sangat terbantu untuk mengidentifikasi situasi sulit yang mungkin akan dijumpainya. Dengan teknik ini konselor membantu konseli untuk mengadaptasi pelajaran dalam sessi konseling ke dalam situasi nyata. Pendeknya, teknik menjinakkan ranjau adalah teknik penggeneralisasian insight yang diperoleh dalam konseling, niat-niat untuk berperilaku yang telah dirumuskan, pikiran-pikiran, dan perasaan-perasaan untuk ditransfer dalam seting hidup sehari-hari. f. Penutup. Penutup merupakan teknik terakhir pada setiap pendekatan konseling, baik konseling individual maupun konseling kelompok. Tugas konselor dalam teknik penutup pada pendekatan konseling singkat berfokus pada solusi ini, mengajak konseli untuk saling memberikan semangatbombongan terhadap niat yang sudah dirumuskan oleh masing-masing konseli.

D. Kajian Penelitian yang Relevan

Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI IMPLEMENTASI PENDEKATAN BERMAIN : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 29 Bandung.

0 5 39

Upaya meningkatkan motivasi dan prestasi belajar matematika melalui pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) materi aritmetika sosial pada siswa kelas VII C SMP Budya Wacana Yogyakarta.

0 1 204

Upaya mengurangi kebiasaan datang terlambat ke sekolah pada siswa-siswi SMA Tiga Maret melalui layanan konseling kelompok dengan pendekatan brief counseling : penelitian tindakan.

1 4 156

Upaya menurunkan intensitas kecemasan pada anak tunanetra melalui konseling kelompok dengan pendekatan Brief Counseling di Panti Asuhan Karya Murni Medan : action research.

0 3 158

Upaya peningkatan motivasi belajar siswa SMK melalui bimbingan kelompok menggunakan media film inspiratif : penelitian tindakan bimbingan dan konseling pada siswa kelas XIC SMK Marsudiluhur I Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014.

0 0 144

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN

0 0 8

SOLUTION FOCUSED BRIEF COUNSELING (SFBC): ALTERNATIF PENDEKATAN DALAM KONSELING KELUARGA

0 1 10

UPAYA MENINGKATKAN KOMITMEN BELAJAR SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI MAL UIN SU MEDAN - Repository UIN Sumatera Utara

0 0 9

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI KERJA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SELF MONITORING PADA KARYAWAN

0 0 20

Penerapan model pembelajaran kooperatif permainan estafet sebagai upaya meningkatkan motivasi dan hasil belajar biologi siswa kelas XA SMA Budya Wacana Yogyakarta pada materi protista - USD Repository

0 1 209