Dari hasil penelitian yang tertera pada matriks di atas dapat disimpulkan bahwa subjek DL mengalami peningkatan motivasi dalam belajar. Hal tersebut
dapat dilihat bahwa pada pra tindakan subjek memiliki motivasi yang sangat rendah dalam belajar. Namun sesudah mengikuti konseling kelompok dengan
pendekatan brief counseling subjek mulai terlihat memiliki motivasi dalam belajar. Subjek mampu mengerjakan tugas-tugas dengan baik, tekun dalam
belajar, mampu mengatasi gangguan seperti mengantuk, menolak ajakan teman bermain saat belajar, dan terlibat aktif dalam seluruh proses belajar mengajar.
C. Pembahasan
Dalam penelitian ini, peneliti melaksanakan konseling kelompok dengan menggunakan pendekatan brief counseling untuk meningkatkan motivasi
belajar pada siswa SMA Budya Wacana Yogyakarta. Pendekatan Brief Counseling berasumsi bahwa klien adalah pihak yang ahli dalam
permasalahannya sendiri. Teknik yang digunakan dalam pendekatan Brief Counseling ini adalah miracle question, coping question, dan scaling question.
Teknik ini bertujuan untuk mengidentifikasi goal dalam pikiran konseli agar konselor dapat membantunya membuat perubahan dalam hidupnya. Secara
keseluruhan dalam proses pemberian layanan konseling dengan pendekatan Brief Counseling peneliti juga menggunakan teknik-teknik konseling dalam
buku Winkel Hastuti namun sangat minim.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh gambaran perubahan perilaku pada keempat subyek yaitu, perilaku yang menunjukkan
adanya motivasi dalam belajar setelah mendapatkan tindakan konseling kelompok dengan pendekatan Brief Counseling sebanyak dua siklus. Berikut
ini akan dijabarkan perubahan perilaku pada masing-masing subyek, berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti
sebelum dan sesudah memberikan tindakan konseling kelompok dengan
pendekatan Brief Counseling.
1. Subyek AR
Berdasarkan data wawancara dan observasi guru wali kelas, subyek AR adalah termasuk siswa yang memiliki motivasi belajar rendah di kelas.
Berdasarkan wawancara dengan wali kelas XI MIA, subyek AR memiliki kebiasaan malas mengerjakan tugas-tugas dari guru, keluar masuk kelas saat
pelajaran sedang berlangsung, sibuk dengan HP, ramai di kelas, suka mengganggu teman, tidak memperhatikan guru, dan lebih banyak bermain dari
pada belajar. Peneliti juga melakukan wawancara langsung dengan subyek RC, ia menyadari bahwa motivasi belajarnya rendah.
Peneliti : Bagaimana menurut anda, apakah anda sudah memiliki motivasi belajar yang baik selama ini? Coba ceritakan
Subyek :Belum suster. Saya menyadari kalau selama ini dan sampai sekarang juga, saya belum memiliki motivasi belajar yang
baik. Saya kurang semangat mengikuti pelajaran dan malas mengerjakan tugas-tugas.
Pt.04,sl
Setelah mendapatkan tindakan konseling kelompok dengan pendekatan Brief Counseling siklus I maupun siklus II, AR menunjukkan adanya
perubahan perilaku dalam dirinya yaitu mulai mau mengerjakan tugas-tugas
dengan serius, tidak keluar masuk kelas saat proses belajar mengajar berlangsung, dan berusaha sebisa mungkin bertahan berada dalam kelas tanpa
mengganggu teman. Berdasarkan hasil observasi selama proses penelitian serta wawancara dengan guru dan subjek, AR terlihat adanya perubahan dalam
dirinya. AR mulai semangat mengerjakan tugas-tugas, terlihat lebih tenang di kelas, mau memperhatikan guru yang sedang menjelaskan pelajaran dan tidak
tidur di kelas. Hal ini merupakan perubahan yang cukup besar dalam diri subyek AR, karena ia mampu melakukan perubahan yang lebih dalam dirinya,
yaitu mencoba menumbuhkan motivasi belajar yang baik dalam dirinya. Saat peneliti memberikan tindakan konseling kelompok, subyek AR
membuatmerumuskan tujuangool setting yaitu ingin mengurangi waktu bermain dan lebih fokus dalam belajar.
Peneliti :Apa yang menjadi harapan kalian dengan mengikuti
konseling kelompok ini? Subyek
:Bisa mengurangi waktu bermain dan lebih fokus dalam belajar.
S.A,05ki Hal tersebut menggambarkan bahwa subyek AR memiliki kemauan
untuk berubah menjadi lebih baik. Tujuangool setting tersebut menjadi kekuatan bagi diri subyek. Menurut Michael S. Kelly: 2008 salah satu
kelebihan Brief Counselig ialah bahwa Brief Counseling merupakan pendekatan yang mengusulkan sebagai fakta bahwa orang mempunyai
kekuatan-kekuatan. Klien bukan tidak bisa mengatasi persoalannya tetapi kekuatan yang melekat dalam diri mereka sendirilah yang akan secara mutlak
digunakan untuk mengatasi persoalannya sendiri. Selain itu subyek AR
konsisten dalam menjalankan usahanya untuk mengurangi waktu bermain dan fokus dalam belajar. Tentu saja hal ini menjadi faktor pendukung dalam
dirinya sehingga AR mampu menunjukkan perubahan, yaitu meningkatnya motivasi dalam belajar.
Peneliti :Adakah yang berbeda darimu setelah mengikuti kegiatan
konseling kelompok? Artinya bahwa kamu lebih
termotivasi untuk belajar dengan baik? Subyek
:Awalnya saya mengalami kesulitan terutama mengurangi waktu bermain. Namun, setelah menjalani proses konseling
ini saya menjadi ingat akan niat saya bahwa saya mau lebih fokus untuk belajar. Akhirnya saya berusaha
mengatur waktu bermain dan mencoba untuk fokus terutama saat belajar. Saya merasakan saat ini lebih
konsentrasi saat belajar, ketika guru menjelaskan saya bisa konsentrasi dan mencatat apa yang penting inti dari
penjelasan guru.
Peneliti :Sekarang suster mau bertanya akan keoptimisan kalian dalam menjalankan niat dan tujuan kalian, jika disediakan sebuah
skala, angka satu menunjukkan sangat pesimis dalam menjalankan niat dan angka sepuluh kalian optimis dapat
menjalankan niat serta mampu meningkatkan motivasi belajarmu, kalian berada di level berapa?
Subjek :Saya berada di level 9 suster.
Ks.l,kons 2.
Subyek BS Data awal tentang subyek BS berdasarkan wawancara dengan wali
kelas, subjek termasuk siswa yang memiliki motivasi belalajar rendah dalam kelas XI MIA. Subjek BS sering kelihatan melamun di kelas, tidak
bersemangat, dan tidak konsentrasi saat belajar. Sesudah mendapatkan tindakan brief counseling siklus I dan II, subjek BS menunjukkan adanya
perubahan perilaku serta tingkat motivasi belajarnya meningkat. Berdasarkan hasil observasi dan wawacara yang dilakukan oleh teman
kolaboratif, BS menunjukkan suatu perubahan positif, yaitu mulai ada
semangat untuk belajar, konsentrasi saat guru menjelaskan di kelas dan sudah mau bertanya pada guru. Keberhasilan yang diraih oleh subjek tentu
didukung oleh berbagai faktor, seperti kemampuan subyek dalam melakukan tujuangool setingg yang dirumuskannya. Faktor lain yang
mendukung misalnya, penggunaan teknik yang dilakukan oleh peneliti dalam proses konseling, yaitu teknik pertanyaan ajaib. Inti dari teknik ini
adalah mengajak s u b j e k untuk membayangkan suatu masa di waktu yang akan datang dimana ia tidak mengalami masalah sama sekali.
Peneliti :Seandainya ada
bidadari mendatangi
kamu dan
memberikanmu ramuan ajaib. Bidadari itu mengatakan kepadamu “BS” ini adalah ramuan yang bisa kamu minum
untuk menghilangkan segala masalahmu. Setelah kamu minum ramuan itu, kira-kira hal apa yang berbeda yang
kamu alami pada keesokan harinya? Lalu hal berbeda apa yang kamu alami keesokan harinya?
Subyek :Ya, saya merasa senang dan tentunya lebih bersemangat dalam belajar.
Jb.pt,05
Berdasarkan jawaban subyek diatas, subyek membayangkan seolah- olah ia terbebas dari suatu permasalahan yang sedang dihadapinya. Dalam
imajinasinya subyek menghadirkan keadaan-keadaan baik yang akan ia alami, seperti halnya yang diungkapkan oleh BS bahwa ia akan merasa
senang dan lebih bersemangat untuk belajar. Teknik pertanyaan ajaib ini mengajak subyek untuk melihat hal yang berbeda dari dirinya. Selain itu
teknik ini juga memberi motivasi dan penyadaran kepada subyek untuk mewujudkan imajinasinya dalam kehiduapan nyata.
3. Subyek CI
Data awal yang diperoleh peneliti tentang subjek CI adalah CI termasuk siswa yang memiliki motivasi rendah dalam belajar. Data tersebut
diperoleh melalui wawancara dengan guru wali kelas XI MIA. Subjek CI memiliki kebiasaan, yaitu sibuk dengan game di laptop, tidak
memperhatikan guru yang sedang mengajar di kelas, dan kadang mengerjakan tugas hanya asal-asalan. Namun, berdasarkan data akhir yang
diperoleh, CI menunjukan adanya perubahan perilaku. Perubahan perilaku tersebut bahwa setelah mendapatkan tindakan konseling kelompok dengan
pendekatan brief counseling, CI berhasil mengurangi kebiasan main game di kelas, mulai memperhatikan guru saat pelajaran berlangsung, dan mulai mau
mengerjakan tugas-tugas dengan baik dan benar. Pada subyek CI dalam proses konseling, peneliti menggunakan teknik pen-sklaan. Penskalaan
adalah sebuah teknik yang dapat rnenuntun konselor maupun konseli untuk membuat permasalahan yang pada mulanya terasa kompleks dan abstrak
menjadi lebih konkrit dan manajebel De Jong Miller, 1995. Peneliti
: jika saya skalakan, dalam skala 1 sampai 10, dimana skala 1 mempresentasikan keadaanmu yang sama sekali
tidak termotivasi untuk belajar, dan angka 10 mempresentasikan keadaanmu yang membuat kamu mampu
termotivasi untuk belajar, dimanakah posisimu? Subyek
:Saya berada diposisi 9 suster Peneliti
:baiklah, lalu langkah kecil apa akan kamu lakukan agar kamu bisa bergerak ke level berikutnya?
Subyek :Saya akan mulai mengurangi kebiasaan ngegame di kelas
dan memperhatikan guru saat belajar. Jw.ki, p07
Jawaban subyek diatas menunjukan bahwa melalui teknik pen-skalaan subjek mampu menyadari keadaan masalahnya lebih kongkrit. Oleh sebab
itu subjek dapat dengan mudah menentukan solusi yang dapat mengatasi masalahnya, seperti halnya mengurangi kebiasaan ngegame di kelas dan
berusaha untuk memperhatikan guru saat proses belajar mengajar berlangsung. Solusi yang ditemukan subjek tentu saja membantu dia untuk
lebih termotivasi dalam belajar. Sebab solusi yang dipilihnya merupan solusi yang cukup sederhana dan mudah untuk dilakukan.
Brief Counseling membangun komitmen perubahan kecil, artinya bahwa, spirit brief counseling adalah sebuah perubahan kecil akan diikuti
oleh perubahan yang lebih besar. Solusi yang ditemukan CI cukup sederhana. Namun dengan didukung oleh sikap konsisten dari subjek, telah
membuktikan bahwa perubahan kecilsederhana dapat membawa perubahan yang lebih besar. Perubahan pada diri CI ialah bahwa ia berhasil
mengurangi perilaku kebiasaan ngegame di kelas dan lebih memperhatikan guru saat proses belajar mengajar. Hal ini didukung oleh hasil wawancara,
observasi dan data kuesioner yang diisi oleh subjek. Pada pra tindakan subjek mengakui bahwa dia kurang memperhatikan guru saat menjelaskan
dan sibuk dengan bermain, namun sesudah mengikuti konseling kelompok dengan pendekatan brief counseling subjek merasa sering memperhatikan
guru di kelas dan membatasi diri untuk bermain saat belajar.
4. Subyek DL
Data awal yang diperoleh peneliti tentang motivasi belajar DL, DL adalah termasuk siswa yang memiliki motivasi belajar rendah dalam
kelasnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan wali kelas XI MIA terungkap bahwa, subjek DL memiliki kebiasaan melamun, ngantuk, dan
tidur di kelas. Selain itu, subjek DL merasa tidak mampu di kelas IPA dan banyak masalah keluarga namun subjek tidak pernah mau cerita. Kemudian
peneliti melakukan wawancara dengan subjek. Sebagai hasil wawancara dengan subjek terungkap bahwa subjek benar dan menyadari dirinya
memiliki motivasi rendah dalam belajar. DL mengakui bahwa dia sering ngantuk di kelas dan bahkan bablas sampai tertidur. Hal ini disebabkan
karena pada malam hari subjek tidak bisa tidur nyenyak. Sesudah diberikan tindakan brief counseling subjek menunjukkan
perubahan perilaku. Perubahan perilaku pada diri DL antara lain sudah mulai semangat untuk belajar, mengerjakan tugas dengan baik dan di rumah
sudah bisa tidur lelap 2-3 jam pada malam hari sehingga membantu subjek untuk mengurangi rasa ngantuk di kelas. Perubahan perilaku yang
ditunjukkan oleh subjek DL tentunya didukung karena keseriusan DL dalam melaksanakan tujuangool setting yang dia rumuskan selama konseling
berlangsung. Peneliti
:Apa yang menjadi harapanmu setelah mengikuti kegiatan konseling kelompok ini?
Subyek :Saya ingin terjadi mujizat dalam diriku suster.
Peneliti :Mujizat seperti apa?
Subyek :Ya saya ingin membiasakan diri tidur lelap pada
malam hari sehingga di kelas, saya tidak ngantuk
dan tertidur. Sehingga saya dapat mengikuti pelajaran dengan baik dan konsentrasi.
Gl.08,kis
Pernyataan diatas menunjukan bahwa subjek DL memiliki motivasi dan kesungguhan untuk mengubah kebiasaan ngantuk dan tertidur di kelas
yang mempengaruhi rendahnya tingkat konsentrasi dan motivasinya dalam belajar. DL mengawali proses konseling ini dengan hal yang positif, yaitu
dengan gool setting yang ia rumuskan. DL menaruh harapan besar bahwa dengan mengikuti konseling kelompok dengan pendekatan brief
counseling ini dapat membawanya pada perubahan yang lebih baik bahkan mengharapkan mujizat terjadi dalam dirinya, yaitu bisa tidur pada malam
hari. Keoptimisan subjek dalam melaksanakan niatnya tampak pada hasil wawancara dan observasi, dimana pada pra tindakan subjek mengakui
bahwa dia hanya kadang-kadang bisa konsentrasi tetapi sesudah mengikuti konseling kelompok dengan pendekatan brief counseling subjek
mengatakan bahwa dia sering merasa bisa konsentrasi saat belajar. Gool setting termasuk dalam bagian yang terpenting, dalam proses
konseling khususnya pendekatan brief counseling. Perumusan gool setting dilakukan sebelum konselor memberikan terapetik. Tujuan dari gool
setting adalah mengajak konseli untuk menyadari bahwa motivasiharapan dari dalam diri menjadi sumber kekuatan dalam usaha menyelesaikan
masalah yang dihadapi oleh konseli. Hal ini salah satu kelebihan pendekatan Brief Counseling, yaitu Brief Counseling berpusat pada Klien.
Brief Counseling dimulai dari klien yang berada dalam posisi yang kuat,
dengan menciptakan konteks di mana klien dapat menentukan tujuannya sendiri dan dapat membuat keputusan tentang bagaimana dan dimana
mereka berharap untuk membuat perubahan dalam hidupnya sendiri. Layanan konseling kelompok pada setiap siklus membantu keempat
subyek untuk saling terbuka dan berusaha untuk menghasilkan perubahan dalam diri. Mereka saling mendukung dan saling percaya satu sama lain.
Sebagaimana dikatakan dalam buku Winkel Hastuti hal; 590, konseling kelompok adalah suatu proses antar pribadi yang dinamis, yang
berpusat pada pemikiran dan perilaku yang disadari. Proses itu mengandung ciri-ciri teraupetik seperti pengungkapan pikiran dan
perasaan yang leluasa, saling percaya, saling perhatian, saling pengertian dan saling mendukung. Pengalaman saling percaya dan mendukung inilah
juga yang dirasakan oleh keempat subyek. Pada setiap siklus, peneliti menjelaskan alasan diadakannya
pertemuan secara bersama sehingga pada awal pertemuan ada kepercayaan dan kenyamanan selama terlaksananya tindakan Brief Counseling. Selama
konseling kelompok dengan pendekatan Brief Counseling berlangsung, peneliti mengamati bahwa pada siklus I subjek agak enggan untuk
berbicara. Hal ini terbukti dari hasil observasi peneliti lewat ekspresi wajah mereka yang hanya tersenyum dan saling melihat satu sama lain
bahkan bergurau dengan temannya. Meskipun demikian, pada akhirnya mereka mulai terbuka bercerita bebas dan dengan leluasa. Berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh gambaran bahwa keempat
subyek menunjukkan adanya perubahan motivasi belajar yang tampak dalam sikap yaitu, mulai ada keseriusan mengikuti proses belajar
mengajar, mau memperhatikan guru, bisa konsentrasi, dsb, setelah mereka mendapatkan layanan konseling dengan pendekatan Brief Counseling.
Mereka mampu menemukan tujuan mereka mengikuti konseling kelompok denga pendekatan brief counseling dan mengatakan niat-niat
mereka untuk mengatasi masalah yang sedang dialami. Setelah mendapakan layanan konseling kelompok dengan pendekatan
Brief Counseling keempat subjek penelitian menyadari bahwa pengalaman dan kebiasaan selama ini yang menunjukkan rendahnya motivasi yang
mereka alami akan bisa diatasi karena mereka yakin memiliki kekuatan yang positif dan talenta yang dianugerahkan Tuhan dalam diri mereka.
Keempat subyek merasa yakin bahwa pasti bisa memiliki motivasi yang lebih baik dan berhasil dalam belajarnya. Walter and Peller 1992
menjelaskan bahwa semua klien dapat memecahkan masalah mereka sendiri dengan mengekspos, merinci, dan mereplikasi keberhasilan selama
pengecualian. Mereka menyadari bahwa kekuatan dan potensi yang mereka miliki sangat membantu mereka untuk bisa menggapai kesuksesan
dalam belajarnya. Erford 2010 mengatakan bahwa Brief Counseling memiliki
keutamaan yang mengakui bahwa klien memiliki kekuatan-kekuatan dan memberdayakan kekuatan yang melekat dalam diri mereka untuk
mengatasi masalahnya. Memberdayakan kekuatannya untuk menetukan
tujuannya sendiri sampai konseli dapat membuat keputusan akan perubahan dalam dirinya.
99
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN SARAN