1
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini dipaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan definisi operasional variabel penelitian. Ketujuh sub-judul tersebut, akan dibahas oleh peneliti secara detail. Setiap pengertian dan
penjabaran didasarkan pada pemahaman logis, ilmiah, dan dapat dipertanggungjawabkan.
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar pada setiap individu atau kelompok untuk merubah sikap dari tidak tahu menjadi
tahu sepanjang hidupnya. Proses belajar mengajar, merupakan kegiatan pokok sekolah yang di dalamnya terjadi proses siswa belajar dan guru mengajar.
Proses interaktif yang terjadi adalah interaksi edukatif antara guru dan siswa, sehingga terdapat perubahan dalam diri siswa baik perubahan pada tingkat
pengetahuan, pemahaman dan keterampilan ataupun sikap. Melalui proses mengajar tersebut akan dicapai tujuan pendidikan, tidak hanya dalam hal
membentuk perubahan tingkah laku dalam diri siswa, akan tetapi juga meningkatkan pengetahuan yang ada dalam diri siswa.
Salah satu yang mendukung tercapainya tujuan pendidikan yang diharapkan ada dalam diri siswa adalah motivasi belajar. Tanpa motivasi tidak
akan tercapai tujuan belajar. Realita di lapangan, selalu terdapat siswa yang
memiliki motivasi belajar rendah. Kenyataan ini, tak jarang membuat para guru seringkali mengalami kesulitan. Misalnya: ketika menghadapi siswa-siswi
yang memiliki motivasi rendah dalam belajar. Pada dasarnya, para pendidik berjuang untuk mendukung setiap peserta didik agar memiliki motivasi yang
tinggi dalam belajar. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa meskipun para pendidik telah berusaha tetapi masih terdapat siswa yang memiliki motivasi
rendah dalam belajar. Siswa-siswi yang memiliki motivasi rendah akan menjadi perhatian para pendidik. Mereka akan berusaha bagaimana cara
supaya siswa tersebut dapat termotivasi dalam belajar, sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
Motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan, mengarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang. Motivasi membuat
seseorang terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu, sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu. Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha
untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu berdasarkan kemauan sendiri. Bila ia tidak suka, maka ia
berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi, motivasi dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu tumbuh di
dalam diri seseorang. Motivasi dalam kegiatan belajar, dapat dikatakan sebagai keseluruhan
daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar. Motivasi yang kuat menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan
memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh
subjek dapat tercapai. Siswa yang memiliki motivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar yang dapat mendukung
tercapainya suatu hasil belajar secara optimal. Tetapi sebaliknya, siswa yang memiliki motivasi rendah akan mempengaruhi rendahnya hasil belajar
sehingga tidak sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang
sedang belajar. Motivasi, dapat menggambarkan proses yang dapat memunculkan dan mendorong perilaku, memberikan arah dan tujuan perilaku
tertentu. Motivasi menjadi dasar yang sangat penting untuk mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran dan efektivitas kegiatan pembelajaran.
Motivasi siswa untuk belajar membuat siswa memiliki keinginan kuat untuk mengikuti dan menghargai segala kegiatan yang berhubungan dengan proses
pembelajaran. Motivasi tidak hanya menjadikan siswa terlibat dalam kegiatan
akademik. Motivasi juga penting dalam menentukan seberapa jauh siswa menyerap informasi yang disajikan kepada mereka. Siswa yang termotivasi
untuk belajar sesuatu, akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi, sehingga siswa itu akan menyerap dan
mengendapkan materi itu dengan lebih baik. Tugas penting guru adalah merencanakan bagaimana guru mendukung motivasi siswa. Seorang guru di
samping menguasai materi, juga diharapkan dapat menetapkan dan melaksanakan penyajian materi yang sesuai kemampuan dan kesiapan siswa,
sehingga menghasilkan penguasaan materi yang optimal bagi siswa.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru BK dan guru wali kelas XI MIA di SMA Budya Wacana Yogyakarta, peneliti memperoleh informasi
bahwa, di SMA Budya Wacana terdapat beberapa siswa yang memiliki motivasi belajar rendah. Selain data dari guru, peneliti juga melakukan
observasi dan wawancara selama melaksanakan PPL. Berdasarkan data wawancara dan observasi guru, peneliti mendapat rekomendasi melaksanakan
penelitian di kelas XI MIA. Peneliti memperoleh informasi bahwa di kelas XI MIA terdapat beberapa siswa yang motivasi belajarnya rendah. Pada umumnya
mereka tidak semangat untuk belajar, tidak ada kemauan untuk mengerjakan tugas-tugas dari guru, sering keluar masuk kelas saat proses belajar mengajar
berlangsung, tidur di kelas saat pelajaran berlangsung, ribut di kelas, bermain game, dan datang ke sekolah sebagai rutinitas saja.
Berhadapan dengan masalah di atas, sering kali guru-guru di SMA Budya Wacana mengalami kesulitan untuk mendampingi siswa-siswi tersebut. Mereka
telah mencoba berusaha mendampingi, namun tetap saja terdapat siswa-siswi yang tidak termotivasi dalam belajar. Kenyataan tersebut sering menimbulkan
kekhawatiran bagi para guru tentang masa depan siswa-siswi yang bersangkutan. Menurut pihak sekolah masalah ini merupakan masalah yang
cukup serius dan membutuhkan penanganan segera. Jika masalah ini dibiarkan akan memberi dampak negatif bagi pribadi siswa yang bersangkutan. Oleh
sebab itu, peneliti melihat bahwa hal ini adalah sebuah keprihatinan yang menuntut penangan yang serius pula dan ingin mencari solusi dengan cara
melakukan penelitian tindakan dengan menggunakan pendekatan Brief Counseling.
Peran guru Bimbingan dan Konseling tentu saja sangat penting dalam memecahkan masalah di atas. Guru Bimbingan dan Konseling memiliki
tanggung jawab dalam mendampingi setiap siswa, baik yang bermasalah maupun yang tidak bermasalah. Guru bimbingan dan konseling diharapkan
dapat membantu siswa-siswi yang memiliki motivasi belajar rendah. Dari hasil wawancara dengan guru di SMA Budya Wacana, terungkap bahwa terdapat
beberapa siswa-siswi yang memiliki motivasi rendah dalam belajar. Oleh sebab itu, peneliti tertarik meneliti hal tersebut dengan mengunakan pendekatan Brief
Counseling untuk menguji seberapa baikefektif brief counseling dapat meningkatkan motivasi belajar siswa SMA Budya Wacana dalam setting
konseling kelompok. Konseling kelompok merupakan salah satu strategi layanan konseling.
Perbedaan mendasar konsep konseling kelompok dengan konseling individual adalah terletak pada proses kelompok dengan menekankan pada interaksi sosial
antar anggota kelompok. Selain itu masalah yang ditangani melalui konseling kelompok merupakan masalah yang sama. Artinya antara konseli yang satu
dengan yang lain mengalami permasalahan yang cenderung sama. Brief Counseling dikenal sebagai konseling singkat yang berfokus pada
solusi. Terapi singkat berfokus solusi didasarkan pada asumsi optimis bahwa orang yang sehat dan kompeten memiliki kemampuan untuk membangun
solusi yang dapat meningkatkan kehidupan mereka. Inti dari terapi yakni
membangun harapan dan optimisme konseli dengan menciptakan ekspektasi positif bahwa perubahan itu mungkin. SFBT adalah pendekatan non patologis
yang menekankan kompetensi daripada kekurangan dan kekuatan bukan kelemahan Metcalf, 2001.
Merujuk pada hasil penelitian para ahli tentang Brief Counseling, peneliti tertarik dan meyakini bahwa pendekatan ini bisa membantu keempat subjek
penelitian dalam upaya meningkatkan motivasi belajar. Penelitian tentang Brief Counseling dilakukan oleh Tina Hayati Dahlan 2009 dengan judul Model
Konseling Singkat Berfokus Solusi Solution-Focused Brief Counseling Untuk Meningkatkan Daya Psikologis Mahasiswa. Hasil uji empiris terhadap model
konseling ini menunjukkan bahwa secara spesifik model konseling ini efektif untuk meningkatkan hampir semua aspek-aspek daya psikologis kecuali aspek
asertivitas. Selain itu, hasil penelitian dari Heny Ermawati 2010 dengan judul “Terapi Berfokus Solusi Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Pada Siswa
Kelas X Sma Negeri 1 Mojolaban Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 20092010
”. Berdasarkan hasil penelitian tersebut konseling terapi berfokus solusi dapat digunakan secara cukup efektif meningkatkan
motivasi belajar siswa. Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk
mengangkat judul skripsi ini :
“Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Pada Siswa SMA Budya Wancana Yogyakarta Melalui Layanan Konseling
Kelompok Dengan Pendekatan Brief Counseling. ” Skripsi ini merupakan
tugas akhir yang harus dipenuhi oleh peneliti. Peneliti berharap agar penelitian
dan skripsi ini bermanfaat bagi SMA Budya Wacana dalam usaha meningkatkan motivasi belajar pada siswa-siswi dan juga bagi peneliti sendiri
dalam upaya mendampingi peserta didik. Peneliti juga menyadari bahwa pendekatan Brief Counseling belum familiar di Indonesia dan di sekolah-
sekolah. Namun peneliti optimis menggunakan pendekatan brief counseling ini, untuk membantu meningkatkan motivasi belajar subjek penelitian yang
selama ini teridentifikasi memiliki motivasi belajar rendah. Pemilihan subyek penelitian, yaitu siswa-siswi yang memiliki motivasi belajar rendah,
didasarkan atas data-data dari sekolah berupa hasil wawancara dengan guru, dan hasil observasi langsung terhadap peserta didik.
B. Identifikasi Masalah