Pembelajaran Kooperatif Jigsaw tipe II

conscience-nya, mampu menilai bahan yang yang didalaminya dari sisi baik dan tidak baik, dan akhirnya dapat mengambil keputusan dalam hidup yang lebih baik. Disini mereka juga diharapkan dapat berkembang dari segi afeksinya, hati dan kehendaknya sesuai dengan nilai yang diperoleh dalam refleksi sehingga siswa menjadi manusia yang punya compassion atau bela rasa dan kepekaan pada orang lain dan alam semeta. Secara menyeluruh maka siswa dikembangkan menjadi manusia yang utuh, yang berkembang baik dari segi kognitif, afeksi, dan psikomotoriknya. 5 Evaluasi Sebagai suatu proses Pendidikan, agar dapat terus dikembangkan diperlukan evaluasi. Semua proses PPR, terutama proses pengalaman, refleksi, dan aksi, di atas perlu dievaluasi agar tercapainya tujuan PPR yang mengembangkan pribadi siswa menjadi lebih competence, conscience, dan compassion.

E. Pembelajaran Kooperatif

Roger, dkk dalam Huda 2012: 29, menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok siswa yang di dalamnya setiap siswa bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota yang lain. Parker dalam Huda 2012: 29, melengkapi pernyataan Roger yaitu bahwa pembelajaran kooperatif adalah kelompok kecil sebagai suasana pembelajaran di mana siswa saling berinteraksi dalam kelompok- kelompok kecil untuk mengajarkan tugas akademik demi mencapai tujuan bersama. Sedangkan menurut Johnson dan Johnson dalam Huda 2012: 31, mendefinisikan pembelajaran kooperatif berarti bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Menurut para ahli yang dikemukakan di atas bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang saling bekerja, belajar dan bertanggung jawab bersama dengan anggota lain demi tujuan dan prinsip bersama yang ingin dicapai.

F. Jigsaw tipe II

Menurut Trianto 2010: 75, model pembelajaran Jigsaw tipe II dikembangkan oleh Slavin. Ada perbedaan mendasar antara pembelajaran Jigsaw I dan Jigsaw II, kalau tipe I, awalnya siswa hanya belajar konsep tertentu yang akan menjadi spesialisasinya sementara konsep-konsep yang lain ia dapatkan melalui diskusi dengan teman segrupnya. Pada tipe II ini setiap siswa memperoleh kesematan belajar secara keseluruhan konsep scan read sebelum belajar spesialisasinya untuk menjadi expert. Melengkapi pendapat Trianto, Huda 2012: 118, menyampaikan pendapatnya yaitu hasil modifikasi yang dilakukan Slavin ini dikenal dengan metode Jigsaw tipe II. Metode ini, setiap kelompok “berkompetensi” untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan ini diperoleh berdasarkan performa individu masing-masing anggota. Setiap kelompok akan memperoleh poin tambahan jika masing- masing anggotanya mampu menunjukkan peningkatan performa saat ditugaskan mengerjakan kuis. Jigsaw tipe II merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif yang melibatkan siswa untuk berkerjasama dalam dua kelompok, yaitu kelompok utama dan kelompok ahliexpert. Pembelajaran menggunakan Jigsaw tipe II melibatkan siswa untuk bekerjasama dan bertanggung jawab pada tugas yang diberikan agar dapat mencapai tujuan bersama. Bila dilihat secara umum memang terlalu banyak perbedaan antara Jigsaw I dengan Jigsaw II. Akan tetapi penguasaan materi yang diperoleh menurut saya lebih baik manggunakan Jigsaw tipe II, karena siswa harus mempelajari secara keseluruhan terlebih dahulu secara individu atau kelompok lalu siswa baru dipilih untuk menguasai satu sub bab yang selanjutnya akan mereka bahas lebih dalam lagi dikelompok ahli. Selain itu apresiasi yang diberikan pada kelompok yang mendapatkan skor kelompok paling tinggi akan memperoleh hadiah adalah bentuk semangat yang diberikan dari guru untuk hasil usaha mereka selama berkerjasama dan tanggung jawab akan tugas. Perbedaan antara Jigsaw I dan Jigsaw II juga akan mempengaruhi prosedur yang akan dilalui siswa. Walaupun tidak semua prosedur PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI berbeda akan tetapi ada perbedaan antara langkah Jigsaw I dengan Jigsaw II. Berikut ini adalah langkah-langkah Jigsaw II menurut Trianto 2010: 75, sebagai berikut. a. Orientasi Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diberikan. Memberikan penekanan tentang manfaat penggunaan metode Jigsaw dalam proses pembelajaran. mengingatkan senantiasa percaya diri, kritis, kooperatif dalam moel pembelajaran ini. Siswa diminta belajar konsep secara keseluruhan untuk memperoleh gambaran keseluruhan dari konsep. b. Pengelompokan Selanjutnya kita akan membagi kedalam kelompok 4-6 orang perkelompok secara heterogen. c. Pembentukan dan pembinaan kelompok ahliexpert Selanjutnya grup ini dipecah menjadi kelompok yang akan mempelajari materi yang akan diberikan dan dibina supaya menjadi expert. d. Diskusi pemaparan kelompok ahli dalam grup Expertist siswa ahli dalam konsep tertentu ini, masing-masing kembali dalam grup semula. Pada fase ini tiap grup memiliki ahli dalam konsep-konsep tertentu. Selanjutnya guru mempersilahkan anggota grup untuk mempresentasikan keahliannya kepada grupnya masing-masing, satu persatu. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Aturan dalam fase ini adalah 1 Setiap anggota kelompok tanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap anggota tim mempelajari materi yang diberikan. 2 Memperoleh pengetahuan tanggung jawab bersama. 3 Tanyakan pada anggota grup sebelum tanya pada guru. 4 Pembicaraan dilakukan secara pelan agar tidak menggangu grup lain. 5 Akhiri diskusi dengan “merayakannya” agar memperoleh kepuasan. e. Tes penilaian Pada fase ini guru memberikan ters tertulis untuk dikerjakan oleh siswa yang memuat seluruh konsep yang didiskusikan. Pada tes ini siswa tidak diperkenanakan untuk bekerja sama. Jika mungkin tempat duduknya agak dijauhkan. f. Pengakuan kelompok Penilaian pada pembelajaran kooperatif berdasarkan skor peningkatan individu, tidak didasarkan pada skor akhir yang diperoleh siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata skor sebelumnya. Setiap siswa dapat memberikan kontribusi poin maksimum pada kelompoknya dalam sistem skor kelompok. Siswa memperoleh skor untuk kelompoknya didasarkan pada skor kuis mereka melampaui skor dasar mereka. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Melengkapi pendapat Trianto tentang langkah-langkah pembelajaran inilah pendapat Slavin. Langkah-langkah kegiatan Jigsaw tipe II menurut Slavin 2005: 241, adalah sebagai berikut. a. Siswa bekerja dalam tim yang heterogen. b. Siswa diberikan tugas membaca bab atau unit yang akan dipelajari. c. Siswa diberi “lembar ahli” yang terdiri atas topik-topik yang berbeda yang harus menjadi fokus masing-masing anggota tim saat mereka membaca. d. Siswa-siswa dari tim yang berbeda yang mempunyai fokus topik yang sama bertemu dalam “kelompok ahli” untuk mendiskusikan topik mereka. e. Para ahli tersebut kemudian kembali pda tim meraka dan secara bergantian mengajari teman stu timnya mengenai topik mereka. f. Para siswa menerima penilaian yang mencakup seluruh topik dan skor kuis menjadi skor tim. Slavin 2005: 241, mengemukakan beberapa aktivitas Jigsaw tipe II sebagai berikut. a. Membaca, para siswa menerima topik ahli dan membaca materi yang diminta untuk menemukan informasi. b. Diskusi kelompok-ahli, para siswa dengan keahlian yang sama bertemu untuk mendiskusikannya dalam kelompok-kelompok ahli. c. Laporan tim, para ahli kembali ke dalam kelompok mereka masing- masing untuk mengajari topik-topik mereka pada teman satu timnya. d. Tes, para siswa mengerjakan kuis-kuis individual yang mencakup semua topik. e. Perhitungan skor kelompok dan penghargaan kelompok.

G. Teori Van Hiele

Dokumen yang terkait

Pengembangan perangkat pembelajaran Matematika menggunakan paradigma pedagogi reflektif dan jigsaw tipe II pada topik prisma di kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016.

0 0 4

Pengembangan perangkat pembelajaran matematika menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dengan model pembelajaran problem based learning dan bantuan alat peraga pada materi lingkaran kelas VIII H SMP Negeri 1 Yogyakarta.

4 55 533

Pengembangan perangkat pembelajaran matematika menggunakan paradigma pedagogi reflektif yang mengakomodasi group investigation di kelas VIII SMP Negeri 1 Yogyakarta.

0 0 2

Implementasi perangkat pembelajaran matematika menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) pada topik kubus yang mengakomodasi teori van Hiele di kelas VIII A SMP Kanisius Kalasan tahun ajaran 2015/2016.

0 1 217

Pengembangan perangkat pembelajaran matematika menggunakan paradigma pedagogi reflektif yang mengakomodasi teori van Hiele pokok bahasan balok di kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta.

0 0 369

Implementasi perangkat pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) pada materi balok yang mengakomodasi teori van hiele di kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016.

0 0 250

Implementasi paradigma pedagogi reflektif pada pembelajaran keterampilan berdiskusi siswa kelas VIII SMP N 8 Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016.

0 4 175

Pengembangan perangkat pembelajaran menggunakan paradigma pedagogi reflektif dengan model pembelajaran jucama dan penggunaan alat peraga pada materi pythagoras kelas VIII H SMP Negeri 1 Yogyakart

1 11 370

Pengembangan perangkat pembelajaran matematika menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dengan model pembelajaran problem based learning dan bantuan alat peraga pada materi lingkaran kelas VIII H SMP Negeri 1 Yogyakarta

0 29 531

Pengembangan perangkat pembelajaran matematika dengan pendekatan pedagogi reflektif untuk topik himpunan pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Yogyakarta tahun ajaran 2018/2019 - USD Repository

0 5 408