1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belajar matematika membantu siswa dapat berlatih menggunakan pikirannya secara logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta
memiliki kemampuan bekerjasama dalam menghadapi berbagai masalah serta mampu memanfaatkan informasi yang diterimanya. Hudojo 1988:
2, menyatakan bahwa hubungan dalam matematika berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari, sehingga semua orang mempelajari matematika.
Hal ini karena matematika merupakan ilmu yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin
ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari dalam setiap jenjang pendidikan.
Dimulai dari Sekolah Dasar SD hingga perguruan tinggi masih dipelajari. Akan tetapi masih banyak siswa yang beranggapan bahwa
matematika itu sulit dan tidak berguna untuk kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu guru perlu membuat banyak inovasi pembelajaran agar siswa
senang belajar matematika dan menyadari pentingnya belajar matematika. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Matematika bukanlah suatu bidang studi yang sulit dipelajari asalkan strategi pembelajaran guru sesuai dengan kemampuan belajar
siswa. Pernyataan ini dukung oleh Hudojo 1988: 96, yang mengemukakan bahwa populasi siswa yang berbakat matematika kira-kira
2,15, sedangkan siswa yang normal kira-kira 68,26, dan yang di bawah normal kira-kira 13,59. Jadi sebagian besar adalah anak-anak
normal yang diperkirakan akan dapat menguasai dan memahami matematika apabila disampaikan dengan strategi yang sesuai dengan
kemampuannya. Banyak siswa merasa bosan pada pembelajaran matematika karena menggunakan model pembelajaran yang salah,
sehingga kurang menarik jiwa juang siswa. Model pembelajaran yang digunakan harus sesuai dengan materi yang diajarkan. Model
pembelajaran yang menarik dan menyenangkan adalah model yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga siswa
mudah paham dan dapat meningkatkan kemampuan belajar. Geometri adalah cabang matematika yang mempelajari sifat suatu
bangun, mulai dari satu dimensi titik dan garis, dua dimensi bidang, dan tiga dimensi bangun ruang. Pendapat di atas didukung oleh pendapat
James dan James dalam Tim MKPBM, 2001: 19, yang mengatakan bahwa matematika adalah ilmu logika yang mempelajari tentang bentuk,
susunan, besaran, dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu dengan lainnya yang terbagi menjadi tiga bidang yaitu aljabar, analisis,
dan geometri. Geometri adalah salah satu bidang dalam matematika yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dianggap sulit oleh para siswa. Faktor-faktor penyebab biasanya terjadi dalam proses pembelajaran yang menggunakan model ceramah, kurangnya
alat peraga, kurang ikut sertanya siswa dalam berdiskusi sehingga menyebabkan siswa kurang dapat memahami konsep-konsep dan materi
geometri. Dalam pengajaran bidang geometri terdapat teori yang
dikemukakan oleh Van Hiele dalam MKPBM, 2001: 51, yang menjelaskan bahwa terdapat teori belajar yang fase-fase pembelajaran
geometri mampu mengembangkan mental anak. Menurut Van Hiele ada tiga unsur utama dalam pengajaran geometri yang bila ditata secara
terpadu akan dapat meningkatkan kemampuan berfikir anak, yaitu waktu, materi pengajaran, dan model pengajaran yang diaplikasikan. Selain tiga
unsur utama tersebut Van Hiele juga menguraikan fase-fase belajar anak dalam mempelajari geometri, yaitu: fase pengenalan visualisasi, fase
analisis, fase pengurutan, fase dedukasi, fase akurasi. Diharapkan dengan menggunakan fase-fase teori Van Hiele siswa dapat memahami materi
geometri dengan baik dan dapat mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada.
Peneliti melakukan observasi pada siswa kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta sebagai tempat melakukan penelitian tentang materi bangun
ruang sisi datar. Namun pada saat peneliti melakukan observasi, materi yang sedang diajarkan pada kelas tersebut bukanlah materi yang akan
diteliti sehingga peneliti mengobservasi guru dalam pembelajaran matematika dengan materi yang sedang diajarkan yaitu lingkaran.
Menurut hasil observasi terhadap guru dalam melakukan pembelajaran tampak bahwa media yang digunakan guru saat
pembelajaran matematika dianggap belum cukup untuk mengajak siswa terampil, kreatif, efektif dan efisien. Hal ini dikarenakan guru hanya
memberikan buku sebagai sumber belajar saat pembelajaran tanpa media, sehingga siswa tidak dapat memberikan timbal balik dari yang siswa
peroleh. Selain media, model yang digunakan guru masih dianggap belum memadai karena guru menggunakan model ceramah sehingga siswa hanya
mendengarkan dan mencatat yang diberikan guru tanpa melakukan kegiatan mandiri seperti kerja kelompok untuk memecahkan masalah yang
diberikan. Suasana pembelajaran di kelas yang tampak bahwa beberapa siswa yang tidak mendengarkan apa yang dijelaskan guru dan sibuk
dengan siswa lain atau sibuk dengan gadget mereka. Memang hanya beberapa siswa yang tidak mendengarkan penjelasan guru akan tetapi hal
tersebut dirasa mengganggu siswa lain dalam pembelajaran matematika. Dari situ dapat dilihat bahwa pembelajaran matematika yang diberikan
oleh guru masih belum menarik bagi seluruh siswa dan dirasa membosankan.
Peneliti juga melakukan wawancara terhadap guru matematika sebelum melaksanakan penelitian untuk mencari tahu permasalahan yang
dihadapi siswa dalam pembelajaran matematika materi geometri bangun PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ruang sisi datar. Permasalahan yang dialami guru selama mengajar materi geometri sering kesulitan dalam mengkondisikan kelas, kurangnya inovasi
pembelajaran, alat peraga yang terbatas sehingga siswa merasa kurang tertarik, dan kurangnya pemahaman siswa pada materi geometri.
Paradigma Pedagogi Reflektif PPR adalah suatu paradigma pendidikan yang sudah sejak lama dilakukan dalam pendidikan Jesuit.
Pedagogi yang bukan hanya sekedar model pembelajaran, tetapi merupakan cara pendekatan guru mendampingi siswa sehingga
berkembang menjadi pribadi yang utuh. Pembelajaran menggunakan PPR merupakan pembelajaran yang mengintegritaskan pembelajaran bidang
studi dengan pengembangan nilai-nilai kemanusiaan. Pembelajaran bidang studi disesuaikan dengan konteks siswa. Sedangkan pengembangan nilai-
nilai kemanusiaan dikembangkan melalui pengalaman, refleksi, dan aksi. Proses ini diakhiri dengan evaluasi sebagai penilaian akhir. Paradigma
Pedagogi Reflektif memiliki tujuan untuk meningkatkan 3C. Karakter yang diharapkan dari PPR adalah yang tidak hanya memiliki kemampuan
akademik competence yang tinggi tetapi mampu mengintegrasikan competence, conscience, dan compassion sebagai identitas yang melekat
dalam diri. Model pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe II bertujuan
meningkatkan hasil belajar siswa dan agar siswa dapat menerima berbagai keragaman temannya serta mengembangkan keterampilan sosial. Model
ini mendukung pembelajaran berpola PPR sehingga saling berkaitan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Jigsaw tipe II adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang dalam pembelajarannya siswa dikelompokkan secara heterogen yang terdiri dari
empat sampai enam anggota kelompok, setiap anggota kelompok harus membaca secara keseluruhan materi yang akan dibahas dan materi yang
akan menjadi tanggungjawab secara mandiri untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran, sehingga diharapkan siswa mampu memahami
materi dengan baik. Perbedaan Jigsaw I dan Jigsaw II yaitu selain siswa mempelajari seluruh materi yang akan dibahas, kelompok juga harus
saling berkompotensi untuk memperoleh skor tertinggi kelompok untuk memperoleh penghargaan pada kelompok. Penghargaan kelompok ini
diharapkan dapat meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran dan
merasa usahanya dihargai oleh guru.
Penelitian mengenai teori Van Hiele pernah dilakukan oleh Arifin 2012, dengan topik pengembangan prototipe perangkat pembelajaran
geometri materi bangun datar sederhana berdasarkan teori Van Hiele. Mengenai pengembangan perangkat pembelajaran dengan teori Van Hiele,
produk perangkat pembelajaran yang dihasilkan memperoleh skor 3,57 termasuk kategori sangat baik. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh
Handayani 2015, membahas tentang pembelajaran menggunakan model kooperatif Jigsaw tipe II yang hasil analitis keterlaksanaan RPP yang
diterapkannya memperoleh persentase yang melebihi persyaratan awal yang sudah ditentukan, yaitu lebih dari 95 pada aspek kognitif, afektif,
dan psikomotorik. Penelitian lain yang diharapkan mampu menjadi dasar PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
penelitian pengembangan perangkat adalah penelitian Irsanti 2011, yang meneliti tentang penerapan PPR yang dapat meningkatkan penilaian 3C
competence, conscience, compassion dalam proses pembelajaran hasil penelitian menunjukkan peningkatan competence siswa pada siklus 1
sebesar 79.35 dan siklus 2 sebesar 90.9, peningkatan pada conscience siswa pada siklus 1 sebesar 78.7 dan siklus 2 sebesar 90.8 dan peningkatan
compassion siswa siklus 1 sebesar 75.7 dan siklus 2 sebesar 90. Berdasarkan tiga penelitian ini, peneliti mengembangkan perangkat
pembelajaran menggunakan PPR mengakomodasi teori Van Hiele dan model pembelajaran koopertif Jigsaw tipe II yang akan digunakan untuk
mengatasi permasalahan yang dihadapi guru di kelas. Peneliti memilih PPR agar dapat mengembangkan dan membimbing siswa menjadi pribadi
yang utuh secara akademik, sikap dan tindakan antar sesama manusia. Peneliti memilih Van Hiele agar siswa mampu memahami materi geometri
bangun ruang sisi datar secara terstruktur dan menyenangkan sehingga pemahaman siswa dapat tercapai. Selain metode pembelajaran yang
digunakan masih
membosankan, peneliti
menggunakan model
pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe II untuk menginovasi pembelajaran menjadi menyenangkan dengan kerjasama siswa, selain itu pembelajaran
kooperatif Jigsaw tipe II juga mendukung PPR dan teori Van Hiele dalam mengkombinasikan
pembelajaran dikelas,
sehingga menghasilkan
perangkat yang baik dan berguna. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Oleh sebab itu peneliti melaksanakan penelitian yang diberi judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Menggunakan
Paradigma Pedagogi Reflektif dan Jigsaw Tipe II pada Topik Prisma di Kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 20152016
”.
B. Identifikasi Masalah