Pembahasan HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN DAN

5. Revisi Hasil Uji Coba Terbatas Main Product Revision

Revisi hasil uji coba terbatas dilakukan setelah perangkat pembelajaran digunakan guru dalam penelitian. Revisi hasil uji coba terbatas diberikan dari guru dan beberapa ada perbaikan yang diberikan dari pendapat siswa yaitu pada LKS. Berikut ini adalah bagian yang direvisi dan hasil revisinya. Tabel 4.7 Revisi Hasil Uji Coba Terbatas Perangkat Pembelajaran Sebelum Revisi Sesudah Revisi LKS 1 Pembagian kegiatan I dan II pada tiap pokok bahasan kurang jelas dan pencetakan yang menjadi satu antara pokok bahasan segiempat dengan segilima Pembagian kegiatan sudah jelas dan pencetakan sudah benar antara pokok bahasan segiempat dan segilima. THB Pemberian nama pada gambar nomor 1 kurang lengkap dan tidak jelas. Pemberian nama pada nomor 1 sudh lengkap dan jelas.

B. Pembahasan

Pada bagian ini peneliti akan membahas tentang hasil penelitian yang diperoleh untuk menjawab rumusan masalah yang sudah dirancang. Peneliti menggunakan prosedur penelitian dan pengembangan Borg Gall.

1. Pengembangan perangkat pembelajaran materi prisma dengan

menggunakan PPR Pada bagian ini akan membahas tentang pengembangan perangkat pembelajaran materi prisma dengan menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif PPR serta mengakomodasi teori Van Hiele PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dengan model pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe II pada kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta yang telah dilaksanakan. Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilakukan dengan wawancara dan observasi di sekolah, proses pembelajaran matematika di SMP Negeri 1 Yogyakarta pada awalnya sudah menggunakan pembelajaran diskusi dan presentasi siswa, akan tetapi tidak semua proses pembelajaran berlangsung seperti itu karena keterbatasan waktu. Oleh sebab itu guru masih cenderung dengan pembelajaran yang berpusat pada guru karena pembelajaran seperti ini menghemat waktu dan sudah terbiasa dilakukan oleh guru. Proses pembelajaran yang seperti itulah yang membuat siswa mudah bosan dan kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu, penggunaan alat peraga yang jarang digunakan karena keterbatasan alat membuat siswa kurang tertarik dan antusias dalam mengikuti pembelajaran. Belum adanya refleksi pada akhir proses pembelajaran membuat siswa kurang memahami maksud dan tujuan pembelajaran yang mereka lakukan, sehingga siswa masih merasa belum bermanfaat pada kehidupan sehari-hari. Padahal saat peneliti melakukan observasi dan wawancara, peneliti melihat adanya potensi pada guru dan siswa. Potensi pada guru yang terlihat adalah adanya semangat guru dalam mengajar. Akan tetapi potensi ini terhambat karena kurangnya sumber belajar untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI melakukan inovasi dalam pembelajaran. Dari siswa terlihat potensi mereka aktif, dan kritis pada saat pembelajaran. Potensi siswa lebih terlihat saat melakukan diskusi daripada terpusat hanya pada guru. Siswa pun antusias menggunakan alat peraga walaupun jumlahnya terbatas. Setelah mengamati kebutuhan dilapangan, hambatan dan potensi yang dimiliki selanjutnya peneliti melakukan pencarian pendekatan maupun model pembelajaran yang sesuai untuk mengatasi kebutuhan dilapangan dan mengembangkan perangkat pembelajaran prisma. Peneliti memilih PPR yang tediri dari konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi diharapkan dapat memenuhi kebutuhan guru untuk menginovasi pembelajaran matematika dan kebutuhan siswa agar dapat merefleksikan manfaat pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari. Pada tujuan PPR tidak hanya ingin mencapai nilai kognitif siswa, akan tetapi juga ingin mengembangkan dan mencapai nilai sikap dan nilai sosial siswa terhadap teman dan lingkungan. Selain itu untuk mengisi pengalaman pada proses pembelajaran, peneliti memilih salah satu model pembelajaran yaitu Jigsaw tipe II untuk memenuhi kebutuhan siswa pada proses pembelajaran. Model pembelajaran ini merupakan inovasi model pembelajaran diskusi kelompok. Jigsaw tipe II ini dipilih peneliti karena memiliki fasean yang dapat memenuhi kebutuhan guru dan siswa. Dengan fasean yaitu orientasi yang dilakukan guru untuk awal PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI pemahaman siswa pada materi yang diajarkan, lalu pengelempokkan yang dirasa siswa lebih antusias dengan pembelajaran seperti diskusi kelompok, setelah itu fasean kelompok expert membuat siswa merasa memiliki rasa tanggung jawab untuk pemahaman pokok bahasan yang telah di pilihnya, pada tahan diskusi penerapan pun siswa akan dengan senang menjelaskan informasi yang diperolehnya dengan anggota kelompok utama lainnya, selain itu fase penilaian dan penghargaan akan membuat siswa merasa senang dan bangga akan usaha yang telah dilakukan dengan memperoleh hasil dan pengahargaan dari kelompok dan guru. Dengan demikian, diharapkan model pembelajaran ini dapat memberikan motivasi dan inovasi terbaru bagi guru dan siswa. Setelah menentukan pendekatan dan model pembelajaran yang akan dikembangkan, peneliti menjelaskan pada guru yang akan menggunakan perangkat pembelajaran prisma tersebut. Inovasi yang baru membuat guru merasa tertantang dan setuju untuk menggunakan pendekatan dan model pembelajaran ini. Selain memberikan inovasi terbaru guru juga setuju menggunakan PPR agar siswa membiasakan diri melakukan refleksi setelah prose pembelajaran agar siswa mengetahui kegunaan dan manfaat dari pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari. Mengenai prosedur pembuatan perangkat pembelajaran prisma peneliti menggunakan prosedur pengembangan produk dari Borg and Gall yakni dengan fasean 1 menganalisis masalah dan pengumpulan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI data, 2 merencanakan penelitian, 3 pengembangan produk, 4 uji coba lapangan terbatas, dan 5 revisi uji coba terbatas. Produk perangkat pembelajaran yang dikembangkan peneliti meliputi silabus, RPP, bahan ajar, LKS, THB competence, dan penilaian conscience dan compassion. Semua perangkat pembelajaran yang dikembangkan dengan menggunakan PPR dan model pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe II. Tetapi pada perangkat RPP, LKS, dan bahan ajar disusun dengan mengakomodasi fase pembelajaran Van Hiele. Fase Van Hiele merupakan langkah yang digunakan untuk materi geometri, karena guru dapat mengetahui tingkat berpikir anak terhadap geometri. Silabus yang disusun sesuai silabus yang ada di sekolah dan dikembangkan dengan unsur-unsur PPR serta dimodifikasi sesuai dengan silabus pola PPR. RPP disusun dan dilengkapi dengan kurikulum yang diterapkan di sekolah yakni kurikulum 2006. Akan tetapi pada langkah kegiatan pembelajaran RPP dilengkapi dengan tahapan PPR dan tahapan Jigsaw tipe II, serta fase pembelajaran Van Hiele. Evaluasi untuk siswa dilakukan dengan cara mengerjakan soal THB prisma. Evaluasi ini digunakan untuk mengetahui ketercapaian pemahaman siswa terhadap materi dengan menggunakan proses pembelajaran PPR. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Peneliti memiliki kendala dalam mengalokasikan waktu untuk setiap kegiatan pembelajaran. Hal ini dikarenakan fasean kegiatan yang disusun meliputi pembelajaran PPR, Jigsaw tipe II dan fase pembelajaran Van Hiele. Oleh sebab itu peneliti melakukan konsultasi terbimbing dengan guru dan dosen pembimbing untuk memperoleh solusi dari penelitian. Peneliti mengembangkan bahan ajar dengan memodifikasi bahan ajar menggunakan tahapan PPR. Bahan ajar yang disusun dengan menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh guru yang menggunakannya. Kendala yang dialami peneliti dalam penyusunan bahan ajar adalah menggunakan bahasa yang mudah dipahami guru karena pada bahan ajar yang sudah ada bahasa yang digunakan masih sulit dipahami dan tidak sederhana. Berdasarkan hal tersebut peneliti menyusun bahan ajar dengan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar agar dapat mudah dipahami oleh guru yang membacanya. Selain itu peneliti juga menggunakan referensi bahan ajar yang sudah memenuhi standar. Perangkat pembalajaran lain yang dikembangkan adalah LKS. Perangkat pembelajaran ini menggunakan fasean PPR, Jigsaw tipe II dan fase pembelajaran Van Hiele. Kegunaan LKS ini bertujuan untuk membantu siswa dalam kegiatan pembelajaran dan diskusi kelompok. Pada penggunaan LKS guru melakukan penilaian sikap pada siswa sehingga guru memiliki daftar penilaian sikap yang akan diamati dan dinilai guru saat melakukan kegiatan diskusi. Kendala yang dialami peneliti saat penyusunan LKS adalah membuat LKS semenarik mungkin dengan keterkaitan antara PPR, agar siswa memahami kegunaan pembelajaran ini pada kehidupan sehari-hari. Selain itu, kendala yang lain adalah mengaitkan fase Van Hiele dengan Jigsaw tipe II pada setiap kegiatan LKS. Berdasarkan kendala penyusunan LKS, peneliti mengupayakan untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan mencari referensi LKS yang menarik. Hasil belajar siswa dilihat secara competence, conscience, dan compassion. Nilai competence diperoleh dari hasil THB. Sedangkan hasil sikap conscience dan compassion siswa diperoleh dari hasil pengamatan selama proses pembelajaran menggunakan rubrik penilaian. Oleh karena itu menyusun soal THB dan rubrik penilaian sikap. Materi THB adalah materi prisma yang mencakup secara keseluruhan yaitu unsur prisma, jaring-jaring prisma, luas permukaan dan volume prisma. Pada soal THB selain mencakup seluruh materi peneliti juga menuliskan refleksi. Selanjutnya peneliti menyusun rubrik penilaian sebagai pedoman untuk menilai nilai sikap conscience dan sikap compassion siswa. Rubrik penilaian dibuat dalam 4 kategori yaitu kurang, cukup, baik, sangat baik. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Kualitas perangkat pembelajaran materi prisma yang

menggunakan PPR Pada bagian ini akan membahas tentang kualitas dari perangkat yang dihasilkan dalam materi pembelajaran bangun ruang sisi datar dengan menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif PPR serta mengakomodasi teori Van Hiele dengan model pembelajaran menggunakan Jigsaw tipe II pada kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta yang telah digunakan pada penelitian. Peneliti menggunakan dua ahli untuk memvalidasi perangkat pembelajaran yang telah digunakan. Kedua ahli tersebut adalah dosen Pendidikan Matematika yang ahli pada bidang mengenai perangkat pembelajaran dan guru matematika SMP Negeri 1 Yogyakarta yang melakukan uji coba terbatas dengan menggunakan perangkat pembelajaran tersebut. Hasil validasi perangkat dilihat dari dua aspek yaitu secara kulitatif dan kuantitatif. Nilai kualitatif yang diperoleh adalah komentar, kritik, dan saran dari kedua validator ahli. Sedangkan nilai kuantitatif yang diperoleh mencapai nilai 3,85 yang masuk dalam kategori “Baik”. Hasil komentar, kritik, dan saran yang diberikan validator digunakan untuk merevisi perangkat pembelajaran sehingga lebih baik dan layak digunakan pada proses pembelajaran. Secara garis besar komentar, kritik, dan saran yang dikemukakan oleh para validator adalah penyusunan kalimat dan kekurangan keterangan pada beberapa perangkat pembelajaran. Kritik dan saran pada silabus adalah sumber yang digunakan belum tertulis, dan beberapa penulisan ada yang salah. Pada RPP kritik dan saran yang diberikan adalah bahasa dan konteks kalimat yang kurang baku. Kurangnya konteks kalimat dan kurangnya keterangan gambar menjadi komentar validator pada LKS. Kalimat kurang baku, kesalahan penulisan dan kurang keterangan pada gambar adalah kritik validator pada perangkat penilaian 3C. Kualitas perangkat dapat dilihat juga dari hasil THB siswa. Perangkat pembelajaran dikatakan berhasil karena hasil THB sebanyak 31 siswa memperoleh nilai di atas Kriteria Kelas Minimum KKM, dan 4 siswa tidak tuntas KKM. Banyak kesalahan pada soal THB cenderung pada soal nomor 4, karena siswa masih banyak yang hanya menghafal rumus, sehingga saat diketahui volume dan yang dicari tinggi prisma siswa kebingungan cara menentukan antara tinggi prisma dengan tinggi alas yang berbentuk segitiga.

3. Respon siswa pada pembelajaran prisma menggunakan PPR

Pada bagian ini akan membahas tentang respon siswa pada pembelajaran prisma dengan menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif PPR serta mengakomodasi teori Van Hiele dan Jigsaw tipe PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI II pada kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta yang dilihat dari hasil kuesioner dan refleksi siswa yang dilakukan setelah pembelajaran selesai. Pertama, kuesioner yang peneliti sebarkan mencakup dua aspek yang akan dilihat, yaitu tentang mata pelajaran matematika dan pembelajaran matematika yang telah dikembangkan. Kuesioner terdiri dari 40 pernyataan yang berisi 20 pernyataan positif dan 20 pernyataan negatif. Pernyataan tentang matematika yang terdiri dari 5 pernyataan negatif dan 6 pernyataan positif. Pernyataan tentang pembelajaran yang telah dikembangkan terdiri dari 15 penyataan negatif dan 14 pernyataan positif. Hasil yang diperoleh dari kuesioner 93,81 siswa menunjukkan senang, tertarik dan menganggap matematika berguna pada kehidupan sehari-hari. Sedangkan 97,71 siswa merasa tidak senang dan tidak tertarik terhadap matematika. Dapat dilihat dari hasil di atas bahwa kebanyakan siswa memang belum tertarik dengan matematika, akan tetapi berbeda apabila matematika disajikan dengan pembelajaran yang telah dikembangkan peneliti, sehingga memperoleh respon yang baik dari siswa dengan 96,73 siswa merasa senang, menambah ilmu dan mempermudah belajar matematika, sedangkan 92,19 siswa merasa lebih menyukai pembelajaran biasa. Semua respon siswa tentang pembelajaran matematika menggunakan PPR yang mengakomodasi teori Van Hiele dan Jigsaw tipe II ini masuk dalam kategori Bagus dengan total skor rata-rata 122.06 atau 76,29 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Kedua, selain menyebarkan kuesioner peneliti juga menggunakan refleksi sebagai langkah akhir pembelajaran menggunakan PPR untuk melihat respon siswa tentang pembelajaran matematika yang telah dikembangkan oleh peneliti. Pada hari pertama, peneliti merangkum ada 14 respon pernyataan siswa akan pembelajaran matematika yang telah mereka lalui. Dengan perhitungan respon siswa terhadap pembelajaran matematika sebagai berikut. Perasaan yang siswa rasakan setelah mengikuti pembelajaran ini yaitu 20 siswa merasa senang, 1 siswa merasa biasa saja, 5 siswa menarik dengan pembelajaran ini dan 1 siswa dapat memahami pembelajaran. Selain perasaan, sikap yang diperoleh siswa saat pembelajaran yaitu 20 kerja sama, 16 percaya diri, 17 bertanggung jawab, 11 teliti, 1 berbagi sesama teman, 1 kekompakan anggota kelompok, 1 peduli, 1 merasa lelah, 1 aktif dan 1 merasa disiplin dalam pembelajaran. Semua ini merupakan ungkapan perasaan dan sikap siswa yang diperoleh dari pembelajaran yang telah dikembangkan. Beda hal nya pada hari kedua, siswa lebih banyak merasakan hal- hal baru yang diperolehnya sehingga perasaanpernyataan yang dirangkum peneliti dari hasil refleksi berbeda dengan hari sebelumnya. Perasaan yang dirasakan siswa 25 senang, 2 menarik, 1 siswa merasa biasa saja, 1 siswa merasa lumayan senang, 1 membingungkan, 1siswa dapat menghargai teman, 1 siswa merasa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI jenuh, 1 siswa merasa lebih suka pembelajaran biasa. Selain perasaan, siswa juga memperoleh sikap dari pembelajaran ini yaitu 14 kerjasama, 13 percaya diri, 14 bertanggung jawab, 13 teliti, 2 kompak, 2 peduli, 1 cermat, 1 tertantang, 1 tidak egois, 1 toleransi dan 1 kerja keras. Hasil dari kuesioner dan refleksi yang telah dilakukan siswa ini dapat menunjukkan antusias dan partisipasi siswa terhadap pembelajaran matematika yang telah dikembangkan oleh peneliti. Hasil yang rata-rata menunjukkan perasaan senang, tertarik, dan memperoleh hal-hal positif yang baru, memperlihatkan bahwa pembelajaran seperti ini berhasil menjadikan belajar matematika menyenangkan dan tidak membosankan bagi siswa.

C. Keterbatasan Penelitian

Dokumen yang terkait

Pengembangan perangkat pembelajaran Matematika menggunakan paradigma pedagogi reflektif dan jigsaw tipe II pada topik prisma di kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016.

0 0 4

Pengembangan perangkat pembelajaran matematika menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dengan model pembelajaran problem based learning dan bantuan alat peraga pada materi lingkaran kelas VIII H SMP Negeri 1 Yogyakarta.

4 55 533

Pengembangan perangkat pembelajaran matematika menggunakan paradigma pedagogi reflektif yang mengakomodasi group investigation di kelas VIII SMP Negeri 1 Yogyakarta.

0 0 2

Implementasi perangkat pembelajaran matematika menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) pada topik kubus yang mengakomodasi teori van Hiele di kelas VIII A SMP Kanisius Kalasan tahun ajaran 2015/2016.

0 1 217

Pengembangan perangkat pembelajaran matematika menggunakan paradigma pedagogi reflektif yang mengakomodasi teori van Hiele pokok bahasan balok di kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta.

0 0 369

Implementasi perangkat pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) pada materi balok yang mengakomodasi teori van hiele di kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016.

0 0 250

Implementasi paradigma pedagogi reflektif pada pembelajaran keterampilan berdiskusi siswa kelas VIII SMP N 8 Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016.

0 4 175

Pengembangan perangkat pembelajaran menggunakan paradigma pedagogi reflektif dengan model pembelajaran jucama dan penggunaan alat peraga pada materi pythagoras kelas VIII H SMP Negeri 1 Yogyakart

1 11 370

Pengembangan perangkat pembelajaran matematika menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dengan model pembelajaran problem based learning dan bantuan alat peraga pada materi lingkaran kelas VIII H SMP Negeri 1 Yogyakarta

0 29 531

Pengembangan perangkat pembelajaran matematika dengan pendekatan pedagogi reflektif untuk topik himpunan pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Yogyakarta tahun ajaran 2018/2019 - USD Repository

0 5 408