Unsur – Unsur PPR Paradigma Pedagogi Reflektif PPR
b. Pengalaman
Pengalaman untuk menumbuhkan persaudaraan, solidaritas, dan saling membantu adalah pengalaman bekerja sama dalam
kelompok kecil yang “direkayasa” sehingga terjadi interaksi dan komunikasi yang intensif, ramah dan sopan, tenggang rasa, dan akrab.
Sering kali tidak mungkin guru fasilitator menyediakan pengalaman langsung mengenai nilai-nilai yang lain. Untuk itu siswa difasilitasi
dengan pengalaman yang tidak langsung. Pengalaman yang tidak langsung diciptakan Subagya,
2008:43 misalnya dengan membaca danatau mempelajari suatu kejadiaan. Selanjutnya guru fasilitator memberi sugesti agar siswa
mempergunakan imajinasi mereka, mendengar cerita dari guru, melihat gambar sambil berimajinasi, bermain peran, atau melihat
tayangan filmvideo. Misalnya, ketika guru mengajar tentang energi IPA dan sekaligus ingin memberi siswa pengalaman tentang
ketidakadilan. Siswa bisa diajak melihat gambar dan membaca cerita tentang orang-orang yang bekerja di tambang batubara dan tinggal di
gubuk-gubuk kumuh.
Guru juga
bisa mengajak
mereka membayangkan keadaan pekerja-pekerja itu bersama dengan keluarga
dan anak-anak mereka. Banyak orang diuntungkan dan hidup nyaman dari hasil tambang itu. Namun, para pekerja yang menghasilkan
batubara tetap hidup menderita, hidup susah, dan miskin. Dengan cara demikian, siswa difasilitasi dengan pengalaman untuk mempelajari
ilmu sekaligus “melihat” sendiri ketidakadilan itu. Siswa dapat mengalami sendiri meskipun secara tidak langsung dan memperoleh
pengalaman mengenai ketidakadilan, bukan mendapat informasi tentang ketidakadilan.
c. Refleksi
Guru memfasilitasi dengan pertanyaan agar siswa terbantu untuk merefleksikan. Pertanyaan yang baik adalah pertanyaan yang divergen
menyebar agar siswa secara otentik dapat memahami, mendalami, dan menyakini temuannya. Siswa dapat diajak untuk diam dan hening
untuk meresapi apa yang baru saja dibicarakan. Melalui refleksi, siswa menyakini makna nilai yang terkandung dalam pengalamannya.
Diharapkan siswa membentuk pribadi mereka sesuai dengan nilai yang terkandung dalam pengalamannya itu Subagya 2008:44.
d. Aksi
Guru memfasilitasi siswa dengan pertanyaan aksi agar siswa terbantu untuk membangun niat dan bertindak sesuai dengan hasil
refleksinya. Dengan membangun niat dan berperilaku dari kemauannya sendiri, siswa membentuk pribadinya agar nantinya
menjadi pejuang bagi nilai-nilai yang direfleksikannya Subagya 2008:44.
e. Evaluasi
Setelah pembelajaran, guru memberikan evaluasi atas
kompetensinya dari sistem akademik. Ini adalah hal wajar dan
merupakan keharusan.
Sekolah memang
dibangun untuk
mengembangkan ranah akademik dan menyiapkan siswa menjadi kompeten di bidang studi yang dipelajarinya, namun gurusekolah
juga perlu mengevaluasi apakah ada perkembangan pada pribadi siswa Subagya 2008:44.