Lobster Air Tawar Crayfish Cherax quadricarinatus Mikroorganisme

berlebih dapat memicu terjadinya kondisi lingkungan yang anaerob oksigen rendah sehingga terjadi penurunan mutu lingkungan yang pada akhirnya berdampak pada respon pertumbuhan ternak yang rendah. Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi prima suatu lingkungan budidaya salah satunya adalah keberadaan pakan buatan dan implikasinya bagi media budidaya selama pemeliharaan. Pakan merupakan masukan terbesar yang dapat mempengaruhi akumulasi bahan organik di sedimen dan kualitas air tambak. Akumulasi sisa pakan yang merupakan bahan organik akan menurunkan kualitas lingkungan hidup ternak dengan menyumbang kandungan nitrogen dan fosfor sebagai sumber polutan bagi ternak Nur, 2011.

B. Lobster Air Tawar Crayfish Cherax quadricarinatus

Lobster air tawar crayfish atau sering disebut capit merah merupakan spesies endemik kelompok udang yang hidup di perairan tawar kawasan Queensland, Australia. Ciri-ciri morfologi lobster air tawar capit merah ini tubuh berwarna hijau kemerahan dengan warna dasar bagian atas capit berupa garis merah tajam, terutama pada induk jantan yang telah berumur lebih dari 7 bulan. Lobster air tawar capit merah dapat hidup dan tumbuh pada suhu 21-37 ° C. Suhu air optimum untuk hidup dan tumbuh lobster ini adalah 23-31 ° C. Sementara itu, toleransi terhadap kandungan oksigen di dalam air adalah 1 ppm, pH keasaman 6-9,5, dan amonia 1 ppm Sukmajaya dan Suharjo, 2003. Sistem pencernaan lobster air tawar capit merah terdiri dari mulut, kerongkongan, lambung, usus, dan anus. Pakan yang masuk lobster akan dihancurkan secara mekanik oleh gigi halus yang terletak di permukaan mulut. Di dalam lambung, enzim pencernaan diekskresikan untuk memecah pakan menjadi bentuk yang lebih sederhana. Sisa pencernaan akan diekskresikan melalui anus Lukito dan Prayugo, 2007. Kebanyakan jenis lobster mengkonsumsi pakan dengan bantuan rangsang kimia kemoreseptor. Pada saat pakan diberikan, atraktan asam amino dari pakan akan dilepas ke air dan dideteksi oleh kemoreseptor yang menyebar di seluruh tubuh lobster sehingga lobster dapat mencapai pakan yang dituju Nur, 2011. Tabel I. Taksonomi lobster air tawar Lukito dan Prayugo, 2007 Kingdom Animalia Filum Arthropoda Kelas Malacostraca Ordo Decapoda Famili Parastacidae Genus Cherax Spesies Cherax quadricarinatus

C. Persiapan Pakan Lobster

1. Pakan lobster

Pakan merupakan salah satu faktor yang penting dalam masa pembesaran karena pertumbuhan lobster sangat dipengaruhi oleh pakan, dengan pemberian pakan yang benar diharapkan lobster dapat bertumbuh dan berkembang dengan kualitas baik Bachtiar, 2006. Pakan merupakan nutrien esensial untuk proses pertumbuhan, pemeliharaan dan penggantian jaringan yang telah rusak, pengaturan beberapa fungsi tubuh, serta mempertahankan kondisi kesehatan. Salah satu prinsip penerapan pakan dalam budidaya adalah program pemberian pakan secara efektif. Hal ini memerlukan pengetahuan tentang kebutuhan nutrien dari ternak yang akan dipelihara, kebiasaan dan tingkah laku makan, serta kemampuan kultivan dalam mencerna dan menggunakan nutrien esensial. Pakan yang diberikan harus mengandung nutrien yang dibutuhkan ternak seperti protein dan asam amino esensial, lemak dan asam lemak, energi, vitamin, serta mineral Nur, 2011. Pengaturan jumlah pakan dilakukan sesuai dengan nafsu makan, pertumbuhan, dan mortalitas ternak. Jika pakan diberikan terlalu sedikit dapat mengakibatkan pertumbuhan menjadi lambat, bahkan memicu kanibalisme terutama pada pemeliharaan ternak dengan kepadatan tinggi. Jika pemberian pakan diberikan secara berlebih maka akan terjadi penumpukan sisa pakan yang dapat menyebabkan penurunan mutu air. Seberapa besar jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ternak dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : jenis pakan, ukuran ternak, suhu air, cuaca, kualitas air, dan status kesehatan ternak itu sendiri. Perhitungan jumlah pakan harian yang diberikan pada ternak adalah dengan mengalikan total biomas ternak dengan prosentase pakan sesuai dengan berat ternak seperti tercantum pada tabel II Nur, 2011. Tabel II. Prosentase pakan berdasarkan berat ternak Nur, 2011 Berat udang g Pakan tambahan Pakan lengkap 0-3 10-4 15-8 3-15 4-2,5 8-4 15-40 2,5-2 4-2

2. Tetrasiklin HCl

Tetrasiklin HCl TCH merupakan antibiotik yang dihasilkan oleh jamur Streptomyces aureofasiens dan S. rimosus. Tetrasiklin HCl bersifat bakteriostatik dengan daya jangkauan spektrum luas. Tetrasiklin HCl ini menghambat sintesis protein dengancara mengikat sub unit 30 S pada ribosom sel bakteri sehingga bakteri tidak dapat membentuk protein untuk berkembangbiak menjadi banyak Subronto dan Tjahjati, 2001. Tetrasiklin HCl memiliki rumus molekul C 22 H 24 N 2 O 8 .HCl dengan berat molekul 480,6 gmol. Rumus struktur kimianya sebagai berikut: Gambar 1. Struktur tetrasiklin HCl Anonim, 1995 Organoleptis tetrasiklin HCl adalah serbuk hablur, kuning, tidak berbau, agak higroskopis, stabil di udara tetapi pada pemaparan terhadap cahaya matahari yang kuat dalam udara lembab menjadi berwarna gelap. Kelarutan tetrasiklin HCl dalam air, alkali hidroksida dan dalam larutan karbonat sangat tinggi, sukar larut dalam etanol, praktis tidak larut dalam kloroform dan eter. Tetrasiklin HCl membentuk garam dengan ion Na + dan Cl - sehingga kelarutannya dalam air meningkat Anonim, 1995.

D. Mikroorganisme

Proses penanganan air limbah secara biologi terdiri dari campuran mikroorganisme yang mampu memetabolisme limbah organik. Mikroorganisme yang ditemukan dalam air dan air limbah digolongkan dalam 4 golongan yaitu, virus, organisme prokarotik, organisme eukariotik, dan invertebrata sederhana bersel jamak. Mikroorganisme golongan prokariotik ini menjadi perhatian khusus dalam melihat kondisi air maupun penanganan air limbah. Bakteri merupakan salah satu organisme prokariotik yang cukup penting dalam sistem penanganan air limbah. Dua hal yang menjadi poin dalam air limbah yaitu bakteri patogen dan bakteri yang dapat memetabolisme limbah. Pada umumnya bakteri menggunakan bahan organik seperti protein sebagai sumber energi dan karbon dengan merombak protein menjadi senyawa yang lebih sederhana. Beberapa spesies bakteri mengoksidasi senyawa-senyawa anorganik seperti NH 3 untuk energi dan menggunakan CO 2 sebagai sumber karbon Jenie dan Rahayu, 1993. Keragaman mikroba dalam lingkungan habitat air dan air limbah adalah sebagai berikut : Tabel III. Genus bakteri dalam lingkungan Vaz-Moreira et al.,2014 Lingkungan Genus Habitat air dan Air limbah Acidovorax Curvibacter Sphingomonas Aeromonas Acinetobacter Pseudomonas Legionella Rhodococcus Cyanobacteria Gordonia Mycobacterium Flavobacterium Bacillus Clostridium Epsilonproteobacteria Acidobacteria Verrucomicrobia Planctomycete Chloroflexi Gemmatimonadetes Chlorobi Nitrospirae Spirochaetes Chlamydiae Aquificae Thermotogae Fusobacteria Synergistetes Tenericutes Escherichia Enterococcus

E. Protein