Delapan Anugerah Pangeran Siddharta meninggalkan Istana

64 Buku Guru Kelas IV SD Edisi Revisi 4. Agar Ayah tetap bersama saya 5. Agar semua wanita di istana ini dan kerabatnya tetap hidup 6. Agar kerajaan ini tidak berubah dan tetap seperti sekarang 7. Agar semua yang hadir dalam pesta kelahiranku dapat mengatasi semua nafsu keinginannya 8. Agar saya dapat mengatasi kelahiran, usia tua, dan kematian Mendengar permintaan tersebut, Raja Suddhodana terkejut dan tidak menduganya. Tentu saja Raja tidak dapat memenuhi permintaan Pangeran Siddharta yang di luar kemampuannya itu. Tetapi dengan tetap berusaha mencegah kepergian Pangeran Siddharta. Raja Suddhodana mencoba membujuknya, “Anakku, usiaku sekarang sudah lanjut, tunggulah dan tangguhkan kepergianmu sampai aku sudah mangkat.” “Ayah, izinkan aku pergi selagi Ayah masih hidup. Dengan demikian, kelak ketika aku berhasil, aku akan kembali ke kerajaan dan mempersembahkannya kepada Ayah.” Namun demikian, Raja tetap tidak mengizinkan Pangeran Siddharta pergi. Sementara Pangeran tetap pada tekadnya untuk pergi menjadi petapa mencari cara mengatasi usia tua, sakit, dan kematian.

2. Kepergian Pangeran Siddharta

Pangeran pergi menuju istana-Nya yang megah, indah, dan nyaman, kemudian berbaring di dipan istana-Nya. Saat Pangeran berbaring, semua pelayan perempuan serta para gadis penari yang cantik dan memiliki kulit yang bersih berkumpul mengelilingi-Nya. Mereka mulai bermain musik dengan lima jenis alat musik, menari serta menyanyi untuk menghiburnya. Pangeran letih sehingga tidak lagi dapat menikmati hiburan berupa nyanyian, tarian, dan musik. Pangeran pun tertidur pada saat itu juga. Pada saat bangun dari tidur-Nya, Pangeran melihat para gadis penari yang tertidur. Beberapa menimpa alat musiknya di bawah tubuhnya dan air liur mengalir keluar dari mulutnya mengotori pipi dan tubuhnya. Beberapa menggemeretakkan giginya. Beberapa mendengkur. Beberapa mengoceh dalam tidurnya, Beberapa membuka mulutnya. Beberapa yang tidur tanpa mengenakan pakaian yang layak. Beberapa tidur dengan rambut kusut berantakan. Semuanya itu terlihat seperti mayat yang menjijikkan di kuburan. 65 Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti M e n y a k s i k a n p e r u b a h a n y a n g menjijikan dalam diri para gadis penari, Pangeran merenung dan menyadari bahaya dari kelahiran, usia tua, sakit, dan kematian. Pangeran Siddharta kemudian mengungkapkan perasaan-Nya dengan mengucapkan: “Oh, betapa menyulitkan” “Oh, betapa menekan” Kejadian tersebut menyebabkan Pangeran Siddharta berkeinginan kuat untuk melepaskan keduniawian dan menjadi petapa. Beliau berpikir, “Sekarang adalah waktunya bagi-Ku bahkan hari ini juga untuk pergi meninggalkan kehidupan rumah tangga.” Pada pertengahan malam itu juga, Pangeran Siddharta keluar dari istana. Saat itu Senin malam purnama di bulan Asadha. Dia tiba di pintu gerbang utama kota. Beliau berangkat meninggalkan istana dengan menunggangi kuda istana, Kanthaka, bersama kusirnya Channa, yang memegang ekor kuda Kanthaka. Adapun para dewa meletakkan tangan mereka di bawah kaki kuda itu pada setiap derapnya sehingga suara derapannya tidak terdengar oleh siapa pun. Gb. 3.2 Pengeran Siddharta melihat para penari tertidur pulas Sumber : www.dhammaweb.net