Melihat Orang Sakit Peristiwa Pertama dan Kedua

47 Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti

2. Peristiwa Ketiga dan Keempat

Suatu waktu, Pangeran Siddharta tertipu dan tertarik oleh lima kenikmatan indria.Tipuan itu diatur oleh ayah-Nya, Raja Suddhodana. Hal itu untuk menghalang-halangi-Nya melepaskan keduniawian dan menjadi petapa.

a. Melihat Orang Mati

Setelah empat bulan berlalu dalam kemewahan hidup, Pangeran Siddharta pergi lagi mengunjungi Taman Kerajaan. Pangeran mengendarai kereta yang ditarik oleh kuda putih seperti sebelumnya. Di perjalanan, Pangeran melihat pertanda yang diciptakan oleh para dewa untuk ketiga kalinya. Waktu itu, banyak orang berkumpul. Ada tandu jenazah yang berhiaskan kain berwarna-warni. Pangeran bertanya kepada kusirnya, “Channa, mengapa orang-orang ini berkumpul? Mengapa mereka mempersiapkan tandu yang dihias kain berwarna-warni?” Channa menjawab, “Yang Mulia, orang-orang itu berkumpul dan mempersiapkan sebuah tandu karena ada seseorang yang mati.” Pangeran yang belum pernah melihat orang mati sebelumnya, bahkan mendengar kata ‘orang mati’ saja belum pernah. Dia bertanya lagi kepada kusirnya, “Channa, jika mereka berkumpul dan mempersiapkan sebuah tandu, antarkan Aku ke tempat orang mati itu.” Si kusir menjawab, “Baiklah, Yang Mulia,” dan mengarahkan keretanya menuju tempat orang mati itu dibaringkan. Ketika Pangeran melihat orang mati itu, Ia bertanya, “Channa, apakah orang mati itu?” Si kusir menjawab, “Yang Mulia, jika seseorang mati, sanak saudaranya tidak akan dapat bertemu dengannya lagi. Dia juga tidak dapat bertemu dengan sanak saudaranya.” Pangeran bertanya lagi, “Channa, bagaimana ini? Apakah Aku juga bisa mati seperti orang itu? Apakah Aku tidak dapat menghindari kematian? Apakah ayah- Gb. 2.3 Pangeran Siddharta melihat orang mati Sumber : www.dhammaweb.net 48 Buku Guru Kelas IV SD Edisi Revisi Ku, ibu-Ku, dan sanak saudara-Ku tidak dapat bertemu dengan-Ku lagi suatu hari nanti? Apakah Aku juga tidak akan bisa bertemu dengan mereka lagi suatu hari nanti?” Channa menjawab, “Yang Mulia, kita semua, termasuk Anda juga saya, pasti mengalami kematian dan tidak seorang pun yang dapat mengatasi kematian.” Pangeran berkata, “Channa, jika semua manusia tidak dapat menghindari kematian, Aku juga akan mengalami kematian. Aku tidak ingin lagi pergi ke Taman Kerajaan dan bersenang-senang di sana. Berbaliklah dari tempat orang mati tadi dan pulang ke istana.”“Baiklah Yang Mulia,” jawab Channa.

a. Melihat Petapa

Setelah empat bulan berlalu dalam kemewahan hidup, Pangeran Siddharta pergi lagi mengunjungi Taman Kera- jaan. Pangeran mengendarai kereta yang ditarik oleh kuda Kantaka seperti sebelumnya. Di perjalanan itu, Pangeran melihat pertanda yang diciptakan oleh para dewa untuk keempat kalinya. Seorang petapa dengan kepala gundul, janggut dicukur dan mengenakan jubah berwarna kulit kayu. “Channa,” Pangeran berkata. “Kepala orang ini tidak seperti kepala orang-orang lain, kepalanya dicukur bersih dan janggutnya juga tidak ada. Pakaiannya juga tidak seperti pakaian orang-orang lain, berwarna seperti kulit kayu. Disebut apakah orang seperti itu?” Channa menjawab, “Yang Mulia, dia adalah Petapa.” Pangeran Siddharta bertanya lagi, “Channa, apakah ‘Petapa’ itu? Jelaskanlah kepadaku” Channa menjawab, “Yang Mulia, Petapa adalah seseorang yang berpendapat bahwa lebih baik melatih sepuluh kebajikan. Hal itu dimulai dari kedermawanan, telah melepaskan keduniawian dan mengenakan jubah berwarna kulit kayu. Dia adalah seorang yang berpendapat lebih baik melatih sepuluh perbuatan baik yang Gb. 2.4 Pangeran Siddharta melihat petapa suci Sumber : www.dhammaweb.net