Tinjauan Review Kajian Terdahulu: Sistematika Penulisan

2. Persaingan Usaha Tidak Sehat Persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antar pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha. 3. Persekongkolan Persekongkolan atau konspirasi usaha adalah bentuk kerjasama yang dilakukan oleh pelaku usaha dengan pelaku usaha lain dengan maksud untuk menguasai pasar bersangkutan bagi kepentingan pelaku usaha yang bersekongkol. 4. Tender Tender merupakan suatu proses pengajuan penawaran yang dilakukan oleh kontraktor yang akan dilaksanakan di lapangan sesuai dengan dokumen tender. Pengertian tender mencakup untuk memborong suatu pekerjaan, mengadakan barang-barang atau menyediakan jasa. 5. Dokumen Pengadaan Dokumen yang ditetapkan oleh ULPPejabat Pengadaan yang memuat informasi dan ketentuan yang harus ditaati oleh para pihak dalam proses Pengadaan BarangJasa.

F. Tinjauan Review Kajian Terdahulu:

No. Nama penulisJudul Skripsi, JurnalTahun Substansi Perbedaan 1. Omar MardhiAnalisis Yuridis Kedudukan Hukum Panitia Tender Dalam Kasus-Kasus Persekongkolan Tender Secara Vertikal Di IndonesiaFakultas Hukum, Universitas Indonesia, 2011. Skripsi ini menjelaskan pandangan negara Jepang dan Amerika Serikat mengenai persekongkolan tender dan kedudukan hukum panitia tender dalam persekongkolan tender secara vertikal ditinjau dari The Sherman Act 1890 dan The Japanese Antimonopoly Act. Peneliti menulis tentang analisis putusan Mahkamah Agung No. 241 KPdt.Sus- KPPU2014 tentang praktik persekongkolan tender pembangunan Terminal Angkutan Jalan Sei Ambawang Kota Pontianak Tahap XI Tahun 2012. Ditinjau dari Perpres No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan BarangJasa Pemerintah dan Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. 2. Maulana Ichsan SetiadiAnalisis Yuridis Putusan KPPU Nomor 16KPPU-L2009 Tentang Persekongkolan Tender Jasa Kebersihan Cleaning Service Di Bandara Soekarno Hatta Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,2014. Skripsi ini membahas mengenai persekongkolan tender proyek jasa kebersihan di Bandara Soekarno Hatta dengan menganalisis putusan KPPU No.16KPPU- L2009, dan perlindungan hukum dan sanksi yang dapat dilakukan untuk menangani persekongkolan tender yang diatur dalam Pasal 22 Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Peneliti menulis tentang analisis putusan Mahkamah Agung No. 241 KPdt.Sus- KPPU2014 tentang praktik persekongkolan tender pembangunan Terminal Angkutan Jalan Sei Ambawang Kota Pontianak Tahap XI Tahun 2012. Ditinjau dari Perpres No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan BarangJasa Pemerintah dan Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

G. Metode Penelitian

1. Tipe Penelitian

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa dan konstruksi yang dilakukan secara metodologis, sistemasis, dan konsisten. 14 Metodologis berarti sesuai dengan metode dan cara tertentu; sistematis adalah berdasarkan suatu sistem, sedangkan konsisten berarti adanya hal-hal yang bertentangan dalam suatu kerangka tertentu. Dari definisi diatas, maka nyata bahwa penelitian adalah suatu penyelidikan yang terorganisasi. Tipe penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode penelitian kepustakaan library research, yang bersifat yuridis normatif, yaitu penelitian yang dilakukan mengacu pada norma hukum yang terdapat pada peraturan perundang-undangan, literature, pendapat ahli, makalah-makalah, keputusan pengadilan serta norma-norma yang berlaku di masyarakat atau juga yang menyangkut kebiasaan yang berlaku di masyarakat. 15

2. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah dalam skripsi ini dengan tipe penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif, maka pendekatan yang digunakan adalah Pendekatan Perundang-Undangan Statute approach, Pendekatan 14 Moh Nazir, Metode Penelitian, Cet . VII Bogor: Ghalia Indonesia, 2011, h. 57. 15 Soerjono Soekanto dan Sri Mahmudji, Peranan dan Penggunaan Kepustakaan di Dalam Penelitian Hukum, Jakarta: Pusat Dokumentasi Universitas Indonesia,1979, h.18. Konspetual conceptual approach, dan Pendekatan Kasus Case approach. 16 Pendekatan Perundang-Undangan Statute approach, diterapkan guna memahami bagaimana persaingan usaha yang sehat dalam monopoli suatu kegiatan pasar dimana dalam persaingan tender pembangunan Terminal Angkutan Jalan Sei Ambawang Kota Pontianak Tahap XI Tahun 2012 terjadi pelanggaran Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Pendekatan Konseptual conceptual approach diterapkan guna memahami konsep-konsep persaingan usaha tidak sehat, persekongkolan tender, Pendekatan Kasus Case approach diterapkan dalam mengamati telaah beberapa kasus yang sudah menjadi putusan pengadilan tetap yang berhubungan dengan kasus Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

3. Bahan Hukum

Bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini ada tiga jenis, yaitu: a. Bahan hukum primer Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mencakup ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan mempunyai kekuasaan hukum yang mengikat. Bahan hukum yang di gunakan penulis dalam penelitian ini adalah: 16 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, cet VI Surabaya: Kencana,2010, h.96. 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, 3 Keputusan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan BarangJasa Pemerintah. 4 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 2005 tentang Tata Cara Pengajuan Upaya Hukum Keberatan Terhadap Putusan KPPU. 5 Putusan Mahkamah Agung Nomor 241 KPdt.Sus-KPPU2014 tentang Pembatalan Putusan KPPU Nomor 06KPPU-L2012. b. Bahan hukum sekunder Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang diperoleh dari penelusuran buku dan artikel yang berkaitan dengan penjelasan mendalam mengenai bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, diantaranya buku-buku, skripsi, tesis, dan disertasi mengenai hukum persaingan usaha serta artikel ilmiah dan tulisan di internet. c. Bahan non-hukum Bahan non hukum adalah bahan diluar bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang dipandang perlu. Bahan non hukum berupa buku-buku mengenai Ilmu Politik, Ekonomi, Sosiologi, Filsafat, dan Kebudayaan

4. Pengelolaan dan Analisis Bahan Hukum

Adapun bahan hukum, baik bahan hukum primer, bahan hukum sekunder maupun bahan non-hukum diuraikan dan dihubungkan sedemikian rupa, sehingga ditampilkan dalam penulisan yang lebih sistematis untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan. Selanjutnya setelah bahan hukum diolah, dilakukan analisis terhadap bahan hukum tersebut yang akhirnya akan diketahui bagaimana hasil dari analisis putusan Mahkamah Agung Nomor 241 KPdt.Sus-KPPU2014 berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999.

H. Sistematika Penulisan

Skripsi disusun dengan sistematika yang terbagi dalam lima bab. Penulisan skripsi mengacu pada buku pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum 2012. Adapun urutan dan tata letak masing-masing bab serta pokok pembahasannya adalah sebagai berikut. BAB I Pendahuluan, isi dari bab ini menjelaskan alasan penulis memilih tema atau masalah yang kemudian diangkat menjadi judul penulisan hukum. Dalam bab ini juga akan dijelaskan tentang latar belakang, identifikasi dengan batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjuan review kajian terdahulu, kerangka teoritis dan konseptual, metode penelitian dan sistematika penulisan. BAB II Tinjauan Umum Hukum Persaingan Usaha dan Persekongolan Tender. Bab ini membahas tentang persaingan usaha dan persekongkolan tender yang dijadikan bahan pertimbangan dalam melakukan analisis. Pada bab ini juga akan dibahas mengenai pengertian dan sejarah persaingan usaha di Indonesia, perkembangan dan peraturan Tentang persaingan usaha di Indonesia menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, konsep pendekatan per se illegal dan rule of reason dalam persaingan usaha, pengertian persekongkolan tender, persekongkolan tender berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999. BAB III Pembatalan Putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha, pada bab ini penulis akan membahas gambaran umum putusan yang akan diteliti. Bab ini berisi Peranan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Dalam Penegakan Hukum Persaingan di Indonesia, Pelaksanaan Putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha, dan Pembatalan Putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha BAB IV Analisis Yuridis Putusan Mahkamah Agung Nomor 241 KPdt.Sus-KPPU2014, pada bab ini akan dipaparkan hasil penelitian yakni bagian pertama, menelaah Putusan Mahkamah Agung Nomor 241 KPdt.Sus-KPPU2014 yang terdiri dari posisi kasus, aspek materil dan formil perkara. Bagian kedua, mengetahui akibat hukum yang ditimbulkan atas putusan Mahkamah Agung Nomor 241 KPdt.Sus-KPPU2014 tentang Pembatalan Putusan KPPU Nomor 06KPPU-L2012. BAB V Penutup, berisi kesimpulan yang ditarik dari hasil penelitian sesuai dengan perumusan masalah yang telah ditetapkan dan saran-saran yang akan lahir setelah pelaksanaan penelitian berdasarkan pemaparan bab-bab sebelumnya. 23

BAB II TINJAUAN UMUM HUKUM PERSAINGAN USAHA DAN

PERSEKONGKOLAN TENDER Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pengertian hukum persaingan usaha, baik dari segi perkembangannya maupun berbagai peraturan yang mengikat di Indonesia. Selanjutnya akan dijelaskan mengenai 2 pendekatan yang menjadi acuan bagi Komisi Pengawas Persaingan Usaha, untuk menanggulangi persaingan usaha tidak sehat yaitu pendekatan Per se Illegal dan Rule of Reason. Di pembahasan terakhir bab akan dipaparkan pengertian persekongkolan tender dilihat dari segi teoritis dan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999.

A. Pengertian dan Perkembangan Hukum Persaingan Usaha

1. Pengertian Hukum Persaingan Usaha

Persaingan mensyaratkan suatu iklim usaha yang kondusif, baik secara kuantitatif maupun kualitatif, di mana para pelaku dipandang saling beroposisi. 1 Hukum persaingan usaha bertujuan mengawal rivalitas tersebut. Persaingan competition dalam bahasa Inggris didefinisikan sebagai “rivalry between two or more businesses striving for the same customer or market ”, ada dua usaha atau lebih yang terlibat dalam upaya saling mengungguli. 1 Galuh Puspaningrum, Hukum Persaingan Usaha: Perjanjian dan Kegiatan yang Dilarang dalam Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2013, h. 27.

Dokumen yang terkait

Eksistensi Presidential Threshold Paska Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14/Puu-Xi/2013

6 131 94

Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 101/K.Pdt.Sus/Bpsk/2013 Tentang Penolakan Klaim Asuransi Kendaraan Bermotor

22 248 119

Analisis Yuridis Terhadap Putusan Mahkamah Agung No. 981K/PDT/2009 Tentang Pembatalan Sertipikat Hak Pakai Pemerintah Kota Medan No. 765

4 80 178

Analisis Putusan Mahkamah Agung Mengenai Putusan yang Dijatuhkan Diluar Pasal yang Didakwakan dalam Perkaran Tindak Pidana Narkotika Kajian Terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor 238 K/Pid.Sus/2012 dan Putusan Mahkamah Agung Nomor 2497 K/Pid.Sus/2011)

18 146 155

Efektivitas Penerapan Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 179/K/SIP/1961 Di Dalam Persamaan Hak Mewaris Anak Laki-Laki Dan Anak Perempuan Pada Masyarakat Suku Batak Toba Perkotaan (Studi Di Kecamatan Medan Baru)

2 68 122

Analisis Hukum Terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi Tentang Calon Independen Di Dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

0 68 130

Penetapan Luas Tanah Pertanian (Studi Kasus : Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 11/Puu-V/2007 Mengenai Pengujian Undang-Undang No: 56 Prp Tahun 1960 Terhadap Undang-Undang Dasar 1945)

4 98 140

Implementasi Putusan Mahkamah Konstitusi No.92/Puu-X/2012 Ke Dalam Undang-Undang No.17 Tahun 2014 Tentang Mpr, Dpr, Dpd Dan Dprd

0 54 88

Pembatalan Putusan Arbitrase Internasional (Analisis Putusan Mahkamah Agung No. 631 K/Pdt.Sus/2012)

14 81 121

Disparatis putusan sanksi denda pada persekongkolan tender (studi putusan MA perkara Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013)

1 20 0